JAKARTA—Kementrian Perhubungan (Kemenhub) sebaiknya memeriksa kemampuan Mandala Airlines dalam melayani penumpangnya mengingat maskapai itu kekurangan armada seiring sejumlah pesawat dikembalikan ke lessor.
“Sebaiknya diantisipasi dengan bertanya ke manajemen maskapai itu hal yang sebenarnya terjadi. Jika tidak bisa menimbulkan rumor yang bisa merusak industri penerbangan,” kata Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit kepada Koran Jakarta, Rabu (30/3).
Dia menduga, kebijakan mengembalikan pesawat oleh Mandala bisa karena beberapa hal seperti pertimbangan bisnis, kontrak selesai, atau mau mengurangi jumlah armada dan ingin fokus kepada pasar gemuk.
“Tetapi bisa juga ada masalah keuangan di perusahaan itu. Untuk hal ini pemerintah harus turun tangan karena ini menyangkut layanan publik yang tidak bisa terhenti karena masalah di korporasi,” tegasnya.
Sementara Anggota Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo meminta, jika terjadi pembatalan penerbangan oleh Mandala karena kekurangan maskapai harus memberikan ganti rugi ke konsumen.
“Jika ada pembatalan penerbangan itu, berarti jelas sekali ada pihak yang ingkar. Regulator penerbangan harus memberikan peringatan kepada maskapai tersebut,” katanya.
Dia meminta, selain Mandala memberikan ganti rugi pengembalian uang tiket, juga memberikan jalan keluar bagi calon penumpang dengan mencarikan maskapai lainnya untuk ke tempat tujuan. “Itu baru namanya bertanggungjawab,” tegasnya.
Sebelumnya, Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S. Gumay menyarankan Mandala Airlines menyesuaikan jumlah rute yang diterbangi dengan jumlah pesawat yang kini dioperasikan. Penyesuaian itu untuk terjadinya keterlambatan penerbangan yang pada gilirannya memengaruhi pelayanan.
Diungkapkannya, pihaknya menerima laporan sejumlah pesawat dihapus dari daftar registrasi pesawat Indonesia berkode PK sehingga aktivitas penerbangannya berkurang. Kondisi itu menyebabkan sejumlah rute penerbangan domestik terpaksa ditutup seperti Jakarta-Malang dan Jakarta-Padang.
Herry melanjutkan pihaknya juga menyarankan Mandala mulai berkiprah di rute penerbangan regional dengan membawa nama Indonesia. “Rute domestik dikurangi untuk alihkan ke penerbangan regional. Itu saya sarankan agar ke regional,” tutur dia.
Saat ini, Mandala mengklaim mengoperasikan tujuh unit pesawat dari sebelumnya pernah mengoperasikan 11 pesawat pada akhir 2008. Rencananya, Mandala akan menambah antara dua pesawat hingga empat pesawat selama tahun ini.
Kabar beredar mengatakan, kekurangan armada dialami Mandala karena adanya keributan antar pemegang saham.
Maskapai Mandala dikuasai Cardig International dan Indigo Partners AS. Cardig International merupakan perusahaan yang memfokuskan bisnisnya pada industri aviasi yang kini memiliki investasi di 10 perusahaan.
Perusahaan inti yang mendukung sektor aviasi Indonesia adalah JAS Airport Services (yang bekerja sama dengan Singapore Airport Terminal Services-SATS) dan JAS Aero Engineering (yang bekerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company-SIAEC).
Indigo Partners adalah perusahaan yang berinvestasi di sektor penerbangan dan memiliki saham di sejumlah maskapai seperti Spirit Airlines (USA), Wizz (Europe), Tiger (Singapore), Abnanova Airlines (Russia) dan Mandala Airlines (Indonesia). Indigo dikenal sebagai salah satu lessor. Konon armada yang dikembalikan adalah hasil lessor dengan Indigo karena tarifnya mahal. [dni]