JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) segera melakukan negosiasi harga jual komoditas yang dimilikinya ke para pembeli potensial terkait adanya ketentuan bea keluar 20 persen yang harus ditanggung perseroan.
“Kami akan melakukan negosiasi dengan para pembeli. Umumnya para pembeli mau menanggung secara bersama Pass through sebesar 20 persen itu. Adanya keinginan negosiasi ini sudah angin segar bagi Antam,” ungkap Direktur Antam, Alwinsyah Loebis di Jakarta, usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis (31/5).
Untuk diketahui, bea keluar 20 persen sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar. Beleid tersebut berlaku sejak 16 Mei 2012. Melalui aturan itu, 65 jenis mineral mentah dikenakan tarif 20 persen.
Diungkapkannya, perseroan sudah mendapatkan izin untuk melanjutkan kembali ekspor bijih nikel dan bauksit dengan kuota 2,275 juta ton untuk tiga bulan ke depan. Antam tidak mengubah target volume penjualan bijih nikel dan bauksit di tahun 2012, walaupun ijin telah dikeluarkan.
“Sebanyak 24 persen dari total omset pada 2011 dikontribusi oleh Nikel. Kami harus melakukan negosiasi dengan pembeli untuk mau menanggung minimal 50:50 biaya pass through itu. Jika sebanyak 20 persen beban ditanggung oleh Antam, maka omset dari penjualan nikel bisa turun sekitar 8-10 persen,” ungkapnya.
Alwinsyah mengungkapkan, komposisi pemasaran komoditas perseroan ke Eropa pada tahun lalu sebanyak 25%, Korsel (15%), Jepang (10%), China (9%), Singapura (10%), dan domestik (30%).
“Kita harapkan ada efek seperti menekan balon dengan adanya krisis di Eropa, dimana permintaan dari Asia justru meningkat untuk komoditas yang dihasilkan oleh Antam. Untungnya, pembeli dari Eropa komoditas Antam itu dari Jerman dan Inggris yang tidak begitu terkena krisis,” jelasnya.
Direktur Operasional Antam Winardi mengungkapkan, saat ini pembeli dari China sudah bersedia untuk ikut menanggung biaya pass through sebesar 20 persen.
“Bisnis Feronikel di China masih bergairah, karena itu pelaku usahanya tidak keberatan menanggung pass through. Hal ini berbeda dengan pembeli yang terikat kontrak jangka panjang seperti dari Eropa dan Jepang. Kita harapkan tim pemasaran bisa bernegosiasi,” katanya.
Winardi memperkirakan adanya kebijakan pass through sebesar 20 persen akan menekan ekpor biji nikel dari Indonesia.” Jika pada tahun lalu ada 33 juta ton yang diekspor, tahun ini pasti akan kurang. Antam mensiasati dengan negosiasi, efisiensi, dan mengejar target produksi,” katanya.
Hingga akhir April 2012, Antam telah mengapalkan 2,34 juta wmt bijih nikel. Sampai dengan akhir bulan April 2012, Antam telah melakukan ekspor bijih bauksit sebesar 31.402 wmt. Antam menargetkan capaian produksi (feronikel) di tahun 2012 sebesar 18.000 TNi (ton nikel) dengan target volume penjualan sebesar 19.500 TNi.
Produksi feronikel tahun ini diperkirakan mengalami penurunan 8,5 persen dibandingkan produksi tahun 2011 yang tercatat 19.600 TNi. Namun, dari sisi penjualan, Antam memperkirakan akan relatif sama dengan 2011 sebesar 19.500 TNi.
Sedangkan untuk produksi bijih nikel, tingkat permintaan bijih nikel di tahun 2012 masih tetap kuat dan menargetkan volume produksi bijih nikel mencapai 9,4 juta wmt (wet metric ton) dengan volume penjualan sebesar 7,8 juta wmt.
Antam juga akan memacu produksi emasnya di tahun ini. Perseroan mengincar pertumbuhan produksi hingga 16,5 persen, dari 2.667 kilogram di 2011 menjadi 3.109 kilogram di tahun 2012.
Pada 2011 lalu, Antam melalui anak perusahaan, PT Indonesia Coal Resources (ICR), berhasil memproduksi 583.794 ton batu bara. Pada 2012, ICR menargetkan peningkatan produksi batu bara menjadi 1 juta ton.
Bagi Dividen
Lebih lanjut Alwinsyah mengungkapkan, RUPS Tahunan menyetujui untuk membagi dividen sebesar 867,55 miliar atau 45% dari laba bersih 2011 sekitar 1,9 triliun rupiah.
“Tadinya sempat ada wacana pembagian dividen mencapai 50% dari laba bersih, tetapi kami ada kebutuhan untuk investasi. Manajemen malah mengusulkan 30%, akhirnya diambil jalan tengah 45%,” jelasnya.
Sementara Direktur Keuangan Antam Djaja Tambunan mengatakan, perseroan masih menahan diri untuk mengeluarkan obligasi sebesar satu triliun rupiah yang sebelumnya sudah direncanakan sejak tahun lalu untuk pembiayaan proyek yang mendukung kinerja perseroan.
“Obligasi sebesar satu triliun rupiah akan menunggu kondisi pasar keuangan kembali stabil dan kemajuan dari proyek yang dibiayai oleh obligasi itu. Sebelumnya kita sudah menerbitkan obligasi sebesar 3 triliun rupiah untuk membiayai beberapa proyek,” katanya.
Diungkapkannya, strategi lainnya yang memungkinkan untuk membiayai proyek adalah melalui pinjaman ke bank lokal atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Export Credit Agency (ECA) di Eropa, khususnya untuk pengadaan peralatan proyek. “Kita incar ECA dari Eropa dan Asia Utara yang sedang melirik pasar baru untuk berinvestasi,” katanya.
Untuk diketahui, Antam saat ini tengah berfokus pada pembangunan proyek-proyek utama perusahaan, diantaranya pembangunan pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang menelan investasi 450 juta dollar AS, pembangunan pabrik Feronikel Halmahera Timur dengan investasi 1,6 miliar dollar AS, proyek Modernisasi dan Optimasi Pabrik Feronikel Pomalaa , yang juga mencakup pembangunan PLTU Pomalaa dengan investasi 450-500 juta dollar AS. Konstruksi ketiga proyek ini telah dimulai dan diharapkan telah dapat beroperasi pada tahun 2014.
Kinerja BUMN ini selama kuartal I-2012 membukukan laba bersih 379 miliar rupiah atau naik 9,6 persen dibandingkan periode sama sebelumnya sebesar 346,16 miliar rupiah. Komoditas emas kembali menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan pelat merah tersebut.
Sedangkan penjualan bersih perusahaan selama kuartal I-2012 meningkat 24 persen dibandingkan periode sama 2011 menjadi 2,5 triliun rupiah. Peningkatan ini seiring naiknya volume penjualan feronikel, bijih nikel, dan emas. Sementara omset Antam selama 2011 sebesar 10,3 triliun rupiah.[dni]
Juli 21, 2012
Kategori: Bursa . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar