Terima Beasiswa Harvard, Dirut Sarinah Mundur

JAKARTA — Direktur Utama PT Sarinah (Persero) Jimmy Gani  meminta izin untuk mundur dari  dari jabatannya ke Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, karena ingin melanjutkan studi ke Harvard Kennedy School, Boston, Amerika Serikat.

“Saya sudah resmi mengirimkan  surat untuk izin menjadi  Dirut Sarinah , hari ini,” ungkap Jimmy di Jakarta, Senin (28/5).

Diungkapkannya, dirinya memilih untuk hanya tiga tahun menjadi orang nomor satu di Sarinah karena ingin  menimba ilmu di luar negeri di bidang administrasi publik di Amerika Serikat dengan masa waktu kuliah selama satu tahun di Harvard.”Saya mendapat beasiswa dari Harvard,” katanya.

Diharapkannya, pengganti dirinya yang akan ditunjuk adalah perwakiland dari direksi  lama yang sudah ada guna menjamin keberlangsungan Rencana Jangka Panjang (RJP) perseroan.

“Saya berpikir dalam menjalankan RJP dilakukan secara laancar diharapkan ada regenerasi sehingga peralihan bisa lebih baik. Para direksi dimasa saya ini akan bisa mengawal RJP itu,” kata.

Diakuinya, selama tahun lalu memimpin Sarinah, belum berhasil mencapai target yang ditetapkan oleh Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) baik dari laba atau omset. “Hanya 90 persen dari RKAP terpenuhi. Tapi tahun ini kita masih berani menetapkan pertumbuhan 20-30 persen untuk laba dan omset,” jelasnya.

Sarinah Square
Lebih lanjut diungkapkannya, dalam RJP dicantumkan untuk  mengembangkan bisnis properti akan  mendirikan Sarinah Squre yang mulai dibangun pada tahun 2013.

“Semester II pencanangan pembangunan Sarinah Square dilakukan, sehingga diharapkan dapat mulai dibangun pada tahun depan,” katanya.

Sarinah Square  akan dibangun di kawasan MH Thamrin, Jakarta,  dengan konsep pusat perbelanjaan terpadu yang juga terdapat kondominium, hotel dan perkantoran.

Properti setinggi 47 lantai itu akan berdiri di lahan seluas 2,7 hektare, sementara saat ini yang sudah dimiliki seluas 1,7 hektare.

Untuk merealisasikan pembangunan Sarinah Square tersebut, Sarinah akan menggandeng pengembang yang sudah pengalaman termasuk mencari pihak yang ingin bermitra dalam hal pendanaan.

“Kita akan melibatkan pihak-pihak yang memiliki reputasi di bidang properti, sehingga dapat memberikan hasil maksimal kepada Sarinah,” ujarnya.[dni]

Obligasi Indosat Bisa Tembus Rp 3 Triliun

JAKARTA – Nilai obligasi yang diterbitkan PT Indosat Tbk (Indosat) bisa menembus angka tiga triliun rupiah jika kondisi pasar merespons positif surat hutang yang dilepas ke pasar pada medio Juni 2012.

“Kami menawarkan obligasi VIII sebesar dua triliun rupiah dan sukuk ijarah Indosat V tahun 2012 sebesar 500 miliar rupiah. Tetapi ada upsize room menembus angka tiga triliun rupiah dengan alokasi yang fleksibel sekitar 500 miliar rupiah tambahannya. Angka 2,5 triliun rupiah itu hanya minimal,” ungkap Presiden Direktur & CEO Indosat Harry Sosongko di Jakarta, Selasa (29/5).

Dijelaskannya, obligasi terdiri dari dua seri yaitu obligasi seri A berjangka waktu 7 tahun dengan kupon bunga di kisaran 7,875%-8,875% dan obligasi seri B berjangka waktu 10 tahun dengan kupon bunga di kisaran 8,125%-9,125%. Sedangkan sukuk ijarah senilai 500 miliar rupiah  berjangka waktu 7 tahun.  Adapun imbal hasil (return) yang diperolah 78,750 juta rupiah hingga 88,750 juta rupiah untuk satu miliar rupiah per tahun

Diharapkannnya, penerbitan obligasi  dapat mengurangi beban kupon bunga perseroan. Perseroan memiliki kupon bunga obligasi II seri B sebesar 16%. “Kami memutuskan membayar lebih awal obligasi yang diterbitkan 2002 lalu untuk meringankan beban bunga,” katanya.

Rincian lain penggunaan dana hasil penerbitan obligasi nantinya untuk  pembayaran lisensi jaringan kepada pemerintah sekitar 65 persen, sedangkan sekitar 25 persen untuk pembelian base station subsystem (BSS), serta sekitar 10 persen untuk melaksanakan opsi beli atas obligasi Indosat II tahun 2002.

Hal ini berarti untuk pembayaran Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi alokasinya  sebesar 1,3 triliun rupiah, BSS mencapai satu triliun rupiah dengan asumsi adanya tambahan dari sukuk ijarah 500 miliar rupiah, dan 200 miliar rupiah untuk opsi beli atas obligasi Indosat II.

Berkaitan dengan rencana penambahan frekuensi 3G, Harry mengaku, terbuka untuk menambah kanal, asalkan harga yang ditawarkan pemerintah rasional. “Kita mau menambah kanal, tetapi harganya harus realistis,” katanya.

Direktur PT Mandiri Sekuritas Iman Rachman mengungkapkan, jika  melihat dari rating, penawaran obligasi dimungkinkan untuk dinaikkan. “Namun potensi kenaikan penawaran tersebut akan bergantung dari hasil book building dan kupon yang ditawarkan,” jelasnya.

Berdasarkan catatan, Pefindo, pada 16 April 2012 lalu memberikan peringkat untuk Indosat berikut obligasi-obligasi yang ditawarkannya. Peringkat itu adalah id AA+/Stable Outlook untuk obligasi Indosat VIII tahun 2012 dan id AA (sy)+/Stable Outlook untuk Sukuk Ijarah Indosat V tahun 2012. Sedangkan Fitch pada 30 April 2012 telah memberikan peringkat nasional AAA(idn) untuk kedua obligasi tersebut.

Bookbuilding akan berlaku mulai 29 Mei 2012 dan berlanjut sampai dengan 8 Juni 2012. Tanggal efektif diharapkan pada 18 Juni 2012 bersamaan dengan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 28 Juni 2012.

Secara terpisah, Managing Research Indosurya Asset Management, Reza Priyambada menilai kupon yang ditawarkan untuk obligasi Indosat lumayan menarik dengan peringkat yang disandangnya dari lembaga pemeringkat.

“Kalau melihat beberapa tahun ini dari penerbit obligasi dengan status yang sama, memang rata-ratanya sebesar itu. Rentangnya lumayan menarik dibanding yang ditawarkan LPS,” katanya.

Menurutnya, obligasi yang ditawarkan Indosat ini masih tergantung pada kondisi pasar yang masih dihantui sentiment negatif belakangan ini. “Jika sentiment positif mulai muncul, biasanya yang diburu pertama itu obligasi ketimbang saham. Pasalnya, kupon yang ditawarkan memberikan jaminan keuntungan bagi investor.  Tetapi harus diingat, sekarang investor banyak menahan diri karena belum ada sentiment positif untuk masuk ke pasar,” jelasnya.[dni]

Mandiri Sekuritas Perkuat Infrastruktur Back Office System

JAKARTA –Mandiri Sekuritas menanamkan dana investasi mencapai 1,7 juta dollar AS atau sekitar  16 miliar rupiah untuk memperkuat infrastruktur Back Office System guna meningkatkan kualitas layanan bagi pelanggannya.

Direktur Utama Mandiri Sekuritas Harry M. Supoyo mengungkapkan, sistem yang digunakan adalah olympic Banking System dari ERI.

”Investasi ini merupakan bagian dari komitmen Mandiri Sekuritas untuk selalu memberikan yang terbaik bagi seluruh nasabah.  Dimana dengan semakin tingginya aktivitas dan volume transaksi nasabah serta makin kompleksnya kebutuhan pelaporan baik untuk keperluan eksternal maupun internal, maka kami juga berupaya untuk terus meningkatkan kualitas layanan,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Rabu (30/5).

Dijelaskannya, saat ini sudah dimulai proses implementasi dari sistem baru  dan akan siap pada awal tahun depan. Dengan Back Office System yang baru ini maka dapat membantu Mandiri Sekuritas untuk menangani pemrosesan data secara Straight Through Processing (STP) untuk multi-product, multi-client, multi-currencies, dan multi-channel. Selain itu, system yang baru ini nantinya  memiliki keandalan dan ketersediaan (Reliability & Availability) sekaligus dapat mengantisipasi penambahan data secara cepat (Scalability & Capacity), yang sejalan dengan pertumbuhan bisnis Mandiri Sekuritas termasuk kesiapan Perusahaan untuk go regional.

Hingga saat ini, Mandiri Sekuritas telah memiliki lebih dari 10 ribu nasabah dan 12 Mandiri Investment Gallery (MIG) di seluruh Indonesia. ”Upaya peningkatan kualitas layanan dengan Back Office System akan mampu meningkatkan kinerja sekaligus memperkuat posisi Mandiri Sekuritas sebagai pemain utama di industri pasar modal Indonesia,” kata Harry.[dni]

Mandiri Sekuritas Bidik Jamin 25 Emisi

JAKARTA –PT Mandiri Sekuritas membidik menjadi penjamin 25 emisi pada 2012 yang terdiri atas 17 emisi obligasi dan 8 emisi saham.

“Kami menaikkan target penjaminan emisi. Sebelumnya pada awal tahun ditargetkan penjaminan sebanyak 17 emisi, sekarang dinaikkan menjadi sebanyak 25 emisi,” ungkap  Executive Vice President Corporate Communication Mandiri Sekuritas, Febriari Nadira, usai  Paparan Publik Penerbitan Obligasi Indosat VIII, di Jakarta, Selasa (29/5).

Dijelaskannya,  penambahan jumlah penjaminan pada tahunini didorong situasi pasar saham dan obligasi yang terus membaik.

“Kita optimis penjaminan Mandiri Sekuritas tercapai, sejalan dengan momentum pertumbuhan ekonomi nasional, serta masuknya Indonesia ke dalam kategori investment grade.  Situasi tersebut diutarakan Nadira, juga mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan aksi korporasi,”jelasnya.

Diungkapkannya,  nilai penjaminan dari 25 emisi (obligasi dan saham) pada 2012 tersebut ditargetkan sekitar 10 triliun rupiah.

“Jumlah penjaminan kami naikkan, tapi nilai penjaminan belum kami revisi, masih pada target semula 9 triliun-10 triliun rupiah. Kita lihat situasinya saja,” katanya.

Sayangnya, Wanita yang akrab disapa Ira ini tidak merinci nama-nama perusahaan yang akan menerbitkan surat utang (obligasi) dan yang melakukan penawaran saham perdana kepada publik (IPO) tersebut.

Dikatakannya,  penjaminan emisi tahun ini meliputi perusahaan yang bergerak di sektor otomotif, perbankan, telekomunikasi, pembiayaan.

Mandiri Sekuritas merupakan pemimpin bisnis penjaminan emisi saham dan obligasi di Indonesia dengan menguasai 15,5 persen pangsa pasar penjaminan emisi.

Pada tahun 2011 realisasi penjaminan oleh Mandiri Sekuritas mencapai 22 perusahaan, terdiri atas emisi saham (IPO) 5,93 triliun rupiah  dan emisi surat utang 8,15 triliun rupiah.

Sejumlah perusahaan yang menggunakan jasa penjaminan Mandiri Sekuritas selama tahun 2011 meliputi Astra Sedaya Finance, Federal International Finance, Adira Finance, Agung Podomoro Land, Aneka Tambang, Garuda Indonesia, ABM Investama, Salim Ivomas Pratama dan Greenwood Sejahtera.[Dni]

Jagoan Pasti Menang

JAKARTA—Presiden Komisaris TiPhone Mobile Tbk (TELE) Hengky Setiawan selalu memiliki cara mematahkan serangan lawan. Termasuk, pertanyaan dari kalangan wartawan yang terkesan memojokkan dirinya atau perusahaan yang dibesarkannya secara susah payah.

Usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan Tiphone belum lama ini, wartawan mempertanyakan pertumbuhan dari pendapatan TiPhone yang kedodoran dibandingkan kompetitornya selama kuartal I-2012.

Tercatat, TiPhone hanya  berhasil mencetak omset sebesar 1.627 triliun rupiah  di kuartal pertama 2012 atau naik 16,5%  dari periode sama tahun lalu sebesar  1.396 triliun rupiah.

Sedangkan  laba bersih  pada kuartal pertama 2012 sebesar   39.083 miliar rupiah atau naik  6,9% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar   36.528 miliar rupiah.

Bandingkan dengan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) yang berhasil membukukan keuntungan sebesar  79.716  miliar rupiah selama kuartal pertama 2012 atau naik
naik 40,7% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar  56.622 miliar rupiah.

Sementara pendapatan yang dicetak oleh emiten dengan kode ERAA ini melesat jauh yakni sekitar 220% dari  989.263 miliar rupiah pada kuartal pertama 2011 menjadi  3.172 triliun rupiah  di kuartal pertama 2012.

Menanggapi hal itu, Pria yang akrab disapa Hengky ini secara santai mengatakan, senjata pamungkasnya belum dikeluarkan semua. “Saya ini jagoan, dimana-mana jagoan itu selalu menang di akhir cerita. Kita lihat saja nanti di akhir tahun,” katanya enteng.

Menurutnya, naiknya kinerja kompetitor karena pencatatan hasil perusahaan yang diakuisisi sudah bisa dikonsolidasi. Hal ini berbeda dengan TiPhone yang masih tahap penjajakan untuk mengakuisisi beberapa perusahaan.

“Kami nanti akan bikin heboh industri jika berhasil mengakuisisi beberapa pemain distributor. Pertumbuhan kita akan melesat. Lihat saja nanti. Jagoan selalu ada unsur kejutan,” katanya.

Hengky boleh optimistis, tetapi pesaingnya, ERAA, baru saja berhasil mengakuisisi iBox Indonesia dengan nilai transaksi 18 juta dollar AS. Jika terus bersikap santai, title sebagai jagoan tentu akan dicopot di akhir tahun nanti.[dni]

Indosat Mulai Proses Penawaran Obligasi Rp 2,5 Triliun

Jakarta— PT Indosat Tbk (Indosat) memulai proses penawaran surat utangnya ke publik dengan nilai  2,5 triliun rupiah yang terdiri atas obligasi Indosat VIII senilai dua triliun rupiah dan sukuk ijarah V senilai 500 miliar rupiah.

“Kami akan memulai Public Expose,  besok (Selasa, 29/5). Artinya mulai penawaran ke investor,” ungkap Corporate Secretary Indosat Strasfiatri Auliana ketika dihubungi Senin (28/5).

Sedangkan dalam prospektus ringkas perseroan  yang dipublikasikan pada Senin (28/5) disebutkan surat utang atau obligasi dan sukuk ijarah yang ditawarkan tersebut mempunyai peringkat AA+ dari lembaga pemeringkat efek Pefindo.

Obligasi VIII Indosat dibagi dalam dua seri yakni seri A mempunyai jangka waktu tujuh tahun dan seri B berjangka waktu 10 tahun. Sukuk ijarah V berjangka waktu tujuh tahun.

Dana dari hasil penerbitan obligasi dan sukuk ijarah akan digunakan sebanyak 65 persen untuk pembayaran lisensi jaringan kepada pemerintah, yaitu pembayaran hak penggunaan izin pita spektrum radio (IPSFR) penyelenggaraan jaringan bergerak selular di frekuensi radio 800 mhz, 900 mhz, dan 1.800 mhz untuk periode 15 Desember 2012-14 Desember 2013.

Sisanya 25 persen akan digunakan untuk pembelian base station subsystem untuk menambah kapasitas di area dengan trafik tinggi dan memperluas jaringan.

Sekitar 10 persen lagi akan digunakan untuk melaksanakan opsi beli atas obligasi Indosat II tahun 2002 seri B sebesar 200 miliar rupiah. Surat utang ini semula akan jatuh tempo pada 2031 dengan nilai pokok  200 miliar rupiah.

Sebelumnya, perseroan mengungkapkan rencana penerbitan obligasi dan sukuk ijarah  dengan maksimum penerbitan masing–masing   2,5 triliun rupiah  dan   500 miliar rupiah dengan jangka waktu maksimal 10 (sepuluh) tahun guna memperkuat struktur pemodalan pada 2012.

Penerbitan surat hutang ini rencananya dibantu oleh sindikasi penjamin emisi yang terdiri dari PT. DBS Vickers Securities Indonesia, PT. Danareksa Sekuritas, PT. HSBC Securities Indonesia, PT. Mandiri Sekuritas, dan PT. Standard Chartered Securities Indonesia.Sedangkan  wali amanat adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero).

Berkaitan dengan pelunasan lebih awal obligasi Indosat II tahun 2002, Presiden Direktur Indosat harry Sasongko, kala Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) medio Mei lalu mengungkapkan,  pelunasan awal obligasi Indosat II Seri B Tahun 2002 dengan harga 101 persen dari nilai pokok.

Genjot Penjualan
Sementara itu, Chief Marketing Officer Indosat Erik Meijer mengatakan, perseroan tengah menggenjot penjualan dari produk prabayar IM3 dengan memanfaatkan momentum liburan sekolah yang akan datang tak lama lagi.

“Pada musim liburan sekolah, biasanya penjualan mengalami peningkatan sedikit karena pelanggan yang liburan sekolah ada uang sisa yang bisa dipakai belanja dan menghabiskan waktu lebih banyak dengan gadget sehingga penggunaan meningkat,” katanya.

Dijelaskannya, untuk memanfaatkan momentum tersebut, IM3 muncul dengan paket prabayar yang
memberikan akses gratis ke social media sesuai dengan tren berkomunikasi pengguna muda saat ini.

“Sayangnya penjualan akan melambat usai liburan sekolah karena uang digunakan untuk keperluan pendidikan. Tetapi nanti ada harapan kala Ramadan,” katanya.

Brand Manager IM3 Andre Reinaldy mengungkapkan, penjualan produk IM3 selama liburan sekolah biasanya lebih tinggi ketimbang industri. “Jika industri terjadi kenaikan 5%, kami bisa lebih tinggi. Pasalnya, merek IM3 sudah kuat di mata anak muda,” katanya.

Untuk diketahui, kinerja Indosat selama kuartal I/2012 kurang menggembirakan. Tercatat,  laba  mengalami penurunan   96,5% selama kuartal I/2012 dari posisi  483,7 miliar  rupiah pada kuartal I/2011 menjadi   16,7 miliar rupiah   di kuartal I tahun ini.

Sedangkan  omset Indosat pada kuartal I/2012 naik sebesar 2,1% dari  4,874 triliun rupiah  pada kuartal I/2011 menjadi   4,977 triliun rupiah  di kuartal I/2012. Pelanggan seluler Indosat hingga kuartal I-2012 tercatat 52,1 juta nomor dimana produk IM3 berkontribusi hingga 65%.[dni]

Emiten Produk Telekomunikasi Bidik Laba Tumbuh 30,8%

JAKARTA– PT TiPhone Mobile Indonesia Tbk (TELE) membidik membukukan laba sebesar 200 miliar rupiah pada akhir 2012 atau tumbuh 30,8 persen dibandingkan 2011 yang sebesar 152,8 miliar rupiah.

Presiden Direktur Tiphone Mobile Indonesia Tan Lie Pin menjelaskan, untuk mencapai target keuntungan yang ditetapkan, perseroan harus mencapai omset pada 2012 sebesar 8 triliun rupiah atau naik 14,5% dibandingkan perolehan 2011 sebesar 6,6 triliun rupiah.

“Hingga kuartal pertama 2012 perseroan telah meraih omset 1,6 triliun rupiah dengan laba sebesar 39.083 miliar rupiah,” ungkapnya usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) di Jakarta, Rabu (30/5).

Diungkapkannya, strategi perseroan untuk menjaga pertumbuhan pendapatan perseroan ada dua yakni meningkatkan jalur distribusi dari penjualan ponsel merek sendiri (Tiphone) dan voucher dari mitra operator, serta melakukan akuisisi perusahaan distributor perangkat dan voucher.

“Kita mengandalkan pertumbuhan dari organik dan anorganik. Komposisinya 50:50, setidaknya ada empat perusahaan distribusi yang akan diakuisisi pada tahun ini dengan total alokasi bujet yang disiapkan sekitar 400 miliar rupiah. Sementara untuk perluasan saluran distribusi disiapkan dana 50 miliar rupiah, sedangkan total belanja modal sebesar 750 miliar rupiah yang didapat dari kas internal dan eksternal,” ungkapnya.

Saat ini pendapatan terbesar TiPhone berasal dari pemasaran voucher telepon seluler. Dari keseluruhan penjualan, voucher Telkomsel menempati proporsi terbesar, 70 persen. Sebanyak 20 persen merupakan voucher dari konten dan TiPhone.

Presiden Komisaris Tiphone Mobile Indonesia Hengky Setiawan mengharapkan, aksi akuisisi yang dilakukan perseroan bisa tuntas pada kuartal keempat tahun ini. “Ada beberapa perusahaan yang kita bidik. Sinar Mas Grup menjadi penasihat keuangan untuk membantu aksi ini. Salah satu yang dibidik adalah perusahaan yang menjadi  distributor produk Apple Inc terbesar di Indonesia dan perusahaan distributor voucher,” katanya.

Sekretaris Perusahaan Tiphone Mobile Indonesia Samuel Kurniawan menjelaskan, perusahaan yang akan diakuisisi profilnya harus memiliki kontribusi omset diatas 30-40 persen jika dibandingkan dengan total omset Tiphone. “Jika hanya omset setara 10 persen, itu buang-buang energi. Sekarang kita sedang menunggu hasil audit terhadap perusahaan yang dibidik, jika dianggap bagus, maka aksi akusisi berlanjut,” katanya.

Untuk diketahui, rencananya pada  semester pertama 2012 Tiphone  akan membeli satu perusahaan yang menjadi distributor produk Apple di Indonesia dengan nilai  mencapai  40 juta dollar AS.

Setelah akuisisi distributor Apple,  TiPhone membidik dua perusahaan yang bergerak di bidang distribusi voucher dan ritel. Kemungkinan besar akuisisi ini dilakukan pada semester kedua 2012.

Berkaitan dengan isu yang merebak bulan lalu sebagian saham dari perseroan akan dibidik oleh Samsung atau Research In Motion (RIM), Samuel mengaku hingga saat ini tidak ada pembicaraan yang dilakukan dengan kedua raksasa tersebut. “Kami belum pernah dihubungi oleh kedua perusahaan itu. Jadi, hingga sekarang tidak ada pembicaraan,” tegasnya.

Sebelumnya, beredar kabar TELE tengah dibidik oleh produsen BlackBerry, Research in Motion (RIM), dan vendor ponsel dari Korea, Samsung. Dikabarkan harga saham yang ditawarkan oleh kedua perusahaan tersebut berkisar  600 rupiah per lembar saham.[dni]

Dari Time ke Times

JAKARTA – PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) telah memiliki nakhoda baru sejak pertengahan Mei lalu. Arief Yahya atau yang akrab di sapa AY sejak menjabat posisi Telkom-1 terkesan menjauh dari media.

Selidik punya selidik, ternyata AY sedang berkonsentrasi untuk konsolidasi di internal Badan Usaha Milik Negara (BUMN) halo-halo itu. Rotasi di Telkomsel dengan ditunjuknya pejabat baru adalah bentuk kongkrit aksi AY.

Berikutnya, gerbong  The Dream Team yang digadang-gadang mantan Direktur Enterprise dan Wholesale Telkom ini sedang mempersiapkan pejabat-pejabat yang akan menduduki posisi yang ditinggalkan oleh personal karena dipromosikan menjadi direksi di Telkom atau Telkomsel.

Kesibukan lain yang dilakukan oleh AY dalam rangka konsolidasi internal adalah mensosialisasikan tentang Time ke Times. Telecomunication Information Media dan Edutainment (TIME) adalah jargon transformasi yang dilakukan oleh Telkom sejak 2009.

“Saya menambah huruf  “S” alias service sehingga menjadi TIMES. Telkom punya produk yang banyak dan menyasar segmen beragam. Service harus dihaja oleh semua elemen Telkom,” katanya beberapa waktu lalu.

AY menegaskan, jika terkesan Telkom memiliki produk yang saling bermain di pasar yang sama, itu tak bisa dilepaskan dari strategi merek. “Misalnya Simpati dan AS di kartu prabayar seluler. Kita posisikan AS itu attacker sementara Simpati defender. Semua ada porsinya Telkom sebagai penguasa pasar tetap terjaga,” katanya.

Menurutnya, masa depan dari produk-produk Telkom nantinya akan datang dari tiga segmen yakni eksisting market, new market, dan future market.
“Saya tebak-tebakan kalau untuk produk  bisa hidup itu harus menggarap new dan future market. Jika tak menggarap kedua pasar itu, berarti tidak berjiwa muda,” katanya.[dni]

BTEL akan Terus Merugi

JAKARTA – PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) akan terus merugi hingga semester pertama 2012 karena tekananhutang dalam bentuk dollar AS dan belum membaiknya penjualan dari pemilik merek dagang Esia itu sejak tahun lalu.

“Kami sudah pernah ungkapkan beberapa waktu lalu perseroan akan terus merugi karena turn around belum selaesai. Kita perkirakan kondisi rugi ini akan berlanjut hingga semester pertama tahun ini. Baru di semester kedua, sinyal positif didapat,” ungkap Wakil Deputi Presiden Direktur dan Direktur Keuangan Jastiro Abi ketika dihubungi Jumaat (1/6).

Diungkapkannya, faktor pemicu meruginya perseroan pada kuartal I-2012 tak bisa dilepaskan dari tidak bagusnya penjualan dari Esia. “Kita investasi besar, wajar ada depresiasi. Tetapi penjualan tidak mampu menaikkan Average Revenue Per User (ARPU). Beberapa perbaikan sedang dilakukan seperti membentuk tim pemasaran baru. Kalau bicara hutang dalam bentuk dollar AS, kita lakukan lindung nilai (hedging) hampir 75 persen,” jelasnya.

Dalam keterbukaan informasi perseroan pada otoritas bursa, terungkap  BTEL mengalami kerugian 355,62 miliar rupiah atau naik  764,67 persen  dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang hanya 41,128 miliar rupiah.

Direktur Utama Bakrie Telecom  Anindya Bakrie dalam keterbukaan tersebut menyatakan perseroan  mengalami  rugi kurs  sebesar 56,466 miliar rupiah dalam tiga bulan pertama di 2012, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang membukukan keuntungan kurs 115,871 miliar rupiah.

Sedangkan pendapatan bunga  mengalami penurunan sebesar 88,71 persen dari 4,07 miliar rupiah kini tercatat 452,205 juta rupiah. Beban keuangan turut meningkat  tipis 4,801 persen menjadi 210,206 miliar rupiah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 200,575 miliar rupiah.

Kondisi ini menyebabkan beban lain-lain perseroan melonjak 256,83 persen menjadi 266,365 miliar rupiah dari sebelumnya  74,646 miliar rupiah.

Pendapatan usaha   turun 26,61 persen menjadi 526,599 miliar  rupiah di tiga bulan pertama 2012 dibanding dengan periode yang sama tahun lalu 717,940 miliar rupiah.

Penurunan pendapatan usaha ini disebabkan turunnya pendapatan jasa telekomunikasi sebesar 26,07 persen dari 830,999 miliar rupiah menjadi 614,355 miliar rupiah. Selain itu, jasa interkoneksi juga turut turun 14,58% menjadi 58,963 miliar rupiah dibanding periode yang sama tahun lalu 69,033 miliar rupiah.

Posisi kas dan setara kas anak usaha Kelompok Usaha Bakrie ini melorot sampai 215,29 miliar rupiah pada Maret 2012 dibandingkan Maret 2011 yang sebesar 802,3 miliar rupiah.

Perseroan hanya berhasil menekan beban usaha sekitar 1,13% dari 704,981 miliar rupiah menjadi 696,967 miliar rupiah.Sedangkan rugi usaha diderita sebesar 170,368 miliar rupiah.

Hingga kuartal I-2012, total aset esia tercatat 12,028 triliun rupiah. Angka ini mengalami penurunan 1,51 persen  bila dibandingkan dengan posisi 31 Desember 2011 sebesar 12,213 triliun rupiah.

Sebelumnya, peringkat  Bakrie Telecom  dan obligasi I tahun 2007 diturunkan menjadi idBBB- dari sebelumnya idBB oleh Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Peringkat tersebut pun ditempatkan pada posisi credit watch dengan implikasi negatif.

Penurunan peringkat ini mencerminkan meningkatnya risiko pembiayaan kembali untuk obligasi perseroan sebesar 650 miliar rupiah yang jatuh tempo 4 September 2012. Padahal,  BTEL dikabarkan  akan mendapatkan  fasilitas kredit baru yang akan digunakan untuk melunasi 70 persen dari jumlah pokok obligasi  yang tengah difasilitasi oleh Credit Suisse AG cabang Singapura.

Makin runyam, rencana perusahaan untuk mengundang investor strategis baru melalui penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) yang akan digunakan untuk melunasi 30 persen sisa hutang juga masih memiliki ketidakpastian yang tinggi.[dni]

Antam Negosiasi Harga Jual Komoditas

JAKARTA – PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) segera melakukan negosiasi harga jual komoditas yang dimilikinya ke para pembeli potensial terkait adanya ketentuan bea keluar 20 persen yang harus ditanggung perseroan.

“Kami akan melakukan negosiasi dengan para pembeli. Umumnya para pembeli mau menanggung secara bersama Pass through sebesar 20 persen itu. Adanya keinginan negosiasi ini sudah angin segar bagi Antam,” ungkap Direktur Antam, Alwinsyah Loebis di Jakarta, usai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Kamis (31/5).

Untuk diketahui, bea keluar 20 persen sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan bea keluar dan tarif bea keluar. Beleid tersebut berlaku sejak 16 Mei 2012. Melalui aturan itu, 65 jenis mineral mentah dikenakan tarif 20 persen.

Diungkapkannya, perseroan sudah mendapatkan izin untuk melanjutkan kembali ekspor bijih nikel dan bauksit dengan kuota 2,275 juta ton untuk tiga bulan ke depan.   Antam tidak mengubah target volume penjualan bijih nikel dan bauksit di tahun 2012, walaupun ijin telah dikeluarkan.

“Sebanyak 24 persen dari total omset pada 2011 dikontribusi oleh Nikel. Kami harus melakukan negosiasi dengan pembeli untuk mau menanggung minimal 50:50 biaya pass through itu. Jika sebanyak 20 persen beban ditanggung oleh Antam, maka omset dari penjualan nikel bisa turun sekitar 8-10 persen,” ungkapnya.

Alwinsyah mengungkapkan, komposisi pemasaran komoditas perseroan ke Eropa pada tahun lalu sebanyak 25%, Korsel (15%), Jepang (10%), China (9%), Singapura (10%), dan domestik (30%).

“Kita harapkan ada efek seperti menekan balon dengan adanya krisis di Eropa, dimana permintaan dari Asia justru meningkat untuk komoditas yang dihasilkan oleh Antam. Untungnya, pembeli dari Eropa komoditas Antam itu dari Jerman dan Inggris yang tidak begitu terkena krisis,” jelasnya.

Direktur Operasional Antam Winardi mengungkapkan, saat ini pembeli dari China sudah bersedia untuk ikut menanggung biaya pass through sebesar 20 persen.
“Bisnis Feronikel di China masih bergairah, karena itu pelaku usahanya tidak keberatan menanggung pass through. Hal ini berbeda dengan pembeli yang terikat kontrak jangka panjang seperti dari Eropa dan Jepang. Kita harapkan tim pemasaran bisa bernegosiasi,” katanya.

Winardi memperkirakan adanya kebijakan pass through sebesar 20 persen akan menekan ekpor biji nikel dari Indonesia.” Jika pada tahun lalu ada 33 juta ton yang diekspor, tahun ini pasti akan kurang. Antam mensiasati dengan negosiasi, efisiensi, dan mengejar target produksi,” katanya.

Hingga akhir  April 2012, Antam telah mengapalkan 2,34 juta wmt bijih nikel.  Sampai dengan akhir bulan April 2012, Antam telah melakukan ekspor bijih bauksit sebesar 31.402 wmt. Antam menargetkan capaian produksi (feronikel) di tahun 2012 sebesar 18.000 TNi (ton nikel) dengan target volume penjualan sebesar 19.500 TNi.

Produksi feronikel tahun ini diperkirakan mengalami penurunan 8,5 persen dibandingkan produksi tahun 2011 yang tercatat 19.600 TNi. Namun, dari sisi penjualan, Antam memperkirakan akan relatif sama dengan 2011 sebesar 19.500 TNi.

Sedangkan untuk produksi bijih nikel, tingkat permintaan bijih nikel di tahun 2012 masih tetap kuat dan menargetkan volume produksi bijih nikel mencapai 9,4 juta wmt (wet metric ton) dengan volume penjualan sebesar 7,8 juta wmt.

Antam juga akan memacu produksi emasnya di tahun ini. Perseroan mengincar pertumbuhan produksi hingga 16,5 persen, dari 2.667 kilogram di 2011 menjadi 3.109 kilogram di tahun 2012.

Pada 2011 lalu, Antam melalui anak perusahaan, PT Indonesia Coal Resources (ICR), berhasil memproduksi 583.794 ton batu bara. Pada 2012, ICR menargetkan peningkatan produksi batu bara menjadi 1 juta ton.

Bagi Dividen
Lebih lanjut Alwinsyah mengungkapkan, RUPS Tahunan menyetujui untuk membagi dividen sebesar 867,55 miliar atau 45% dari laba bersih 2011 sekitar 1,9 triliun rupiah.

“Tadinya sempat ada wacana pembagian dividen mencapai 50% dari laba bersih, tetapi kami ada kebutuhan untuk investasi. Manajemen malah mengusulkan 30%, akhirnya diambil jalan tengah 45%,” jelasnya.

Sementara Direktur Keuangan Antam Djaja Tambunan mengatakan, perseroan masih menahan diri untuk mengeluarkan obligasi sebesar satu triliun rupiah yang sebelumnya sudah direncanakan sejak tahun lalu untuk pembiayaan proyek yang mendukung kinerja perseroan.

“Obligasi sebesar satu triliun rupiah akan menunggu kondisi pasar keuangan kembali stabil dan kemajuan dari proyek yang dibiayai oleh obligasi itu. Sebelumnya kita sudah menerbitkan obligasi sebesar 3 triliun rupiah untuk membiayai beberapa proyek,” katanya.

Diungkapkannya, strategi lainnya yang memungkinkan untuk membiayai proyek adalah melalui pinjaman ke bank lokal atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Export Credit Agency (ECA) di Eropa, khususnya untuk pengadaan peralatan proyek. “Kita incar ECA dari Eropa dan Asia Utara yang sedang melirik pasar baru untuk berinvestasi,” katanya.

Untuk diketahui, Antam saat ini  tengah berfokus pada pembangunan proyek-proyek utama perusahaan, diantaranya   pembangunan pabrik Chemical Grade Alumina (CGA) Tayan yang menelan investasi 450 juta dollar AS, pembangunan pabrik Feronikel Halmahera Timur dengan investasi 1,6 miliar dollar AS, proyek Modernisasi dan Optimasi Pabrik Feronikel Pomalaa , yang juga mencakup pembangunan PLTU Pomalaa dengan investasi 450-500 juta dollar AS. Konstruksi ketiga proyek ini telah dimulai dan diharapkan telah dapat beroperasi pada tahun 2014.

Kinerja BUMN ini selama kuartal I-2012  membukukan  laba bersih  379 miliar rupiah  atau naik 9,6 persen dibandingkan periode sama sebelumnya sebesar 346,16 miliar rupiah. Komoditas emas kembali menjadi kontributor terbesar bagi pendapatan perusahaan pelat merah tersebut.

Sedangkan penjualan bersih perusahaan selama kuartal I-2012 meningkat 24 persen dibandingkan periode sama 2011 menjadi 2,5 triliun rupiah. Peningkatan ini seiring naiknya volume penjualan feronikel, bijih nikel, dan emas. Sementara omset Antam selama 2011 sebesar  10,3 triliun rupiah.[dni]