JAKARTA – Sebuah pesawat udara tipe Cassa 212-200 milik maskapai penerbangan tidak berjadwal, PT Nusantara Buana Air, terjatuh di sekitar wilayah Pegunungan Bahorok, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada hari ini.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bhakti S Gumay mengungkapkan, pesawat tersebut diperkirakan terjatuh di ketinggian 3.600 kaki dan jatuh di sekitar kaki Pegunungan Bahorok. Padahal, ketinggian normal penerbangan di wilayah tersebut rata-rata 8.300 kaki.
“Berdasarkan data Badan Metreologi dan Geofisika (BMG), cuaca di sekitar Medan berawan, tapi sedang. Selain itu posisi awan pada ketinggian 520 meter. Itu berarti posisi awan cukup rendah,” katanya di Jakarta, Kamis (29/9).
Diungkapkannya, Pesawat bernomor registrasi PK-TLF dengan tanggal pembuatan 31 Maret 1989 oleh PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) Bandung ini merupakan pesawat perintis dengan rute Medan-Kutacane. Pesawat berangkat dari Bandara Polonia Medan pukul 07.28 WIB dan di perkirakan akan mendarat di bandara Kutacane pada pukul 08.03 WIB.
Namun pesawat yang memiliki jam terbang 11329.30 flight hours dan 13626 flight cycle, dengan konfigurasi 18 tempat duduk, mengalami kehilangan kontak dengan ATC Medan dan Kutacane beberapa saat setelah terbang. Koordinat terakhir diperkirakan pada posisi 03.23.80 North dan 098.01.21 East, yaitu di sekitar Bukit Bahorok, kawasan Bukti Barisan.
Posisi tersebut juga telah di konfirmasi oleh pesawat maskapai penerbangan Susi Air yang melihat dari atas adanya pesawat pada posisi pada 3.600 kaki.
“Di lihat dari atas, kondisi pesawat masih utuh. Baik sayap maupun bagian depan dan belakang pesawat masih utuh. Kita berharap penumpang dan crew semaunya selamat,” ujarnya.
Berdasarkan manives dari PT Nusantara Buana Air, crew yang bertugas dalam pesawat tersebut adalah pilot Capt Famal Ishak dengan Co pilot Budiyono, enggineer Nico Matulessi dan FOO B Sutopo. Pesawat itu membawa 14 orang penumpang, terdiri dari 10 orang dewasa yaitu Aisyah, Astuti, Dr. Juli Dhaliana, Samsidar Yusni (wanita), Suriadi, Dr Suhelman, Siwa sanbugan, Jefridin, Timau Karsu dan Andi Raylan (pria), 2 orang anak yaitu Tia Apriliani dan Hamimatul Janah, serta 2 orang bayi yaitu Hanif Abdilah dan Ahmad Arief.
“Tim SAR sudah dikirim, namun hingga sore ini (kemarin) belum sampai ke lokasi kejadian sehingga belum dapat dipastikan mengenai kondisi penumpang dan pesawatnya,” jelasnya.
Herry menyatakan, selain dari tim SAR, tim investigasi dari Ditjen Perhubungan Udara yang dipimping oleh Direktur Kelayakan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (KKUPPU) Direktorat Perhubungan Udara Kemenhub Diding Sunardi beserta tim dari Komite Keselamatan Nasional Transportasi (KNKT) dalam waktu dekat juga akan diberangkatkan.
“Tim investigasi ini nantinya akan melakukan penelitian mengenai penyebab kecelakaan apakah karena faktor cuaca atau teknis pesawat. Namun pesawat laik terbang. Pesawat melakukan cek perawatan terakhir pada 30 November 2010,” katanya
Berdasarkan catatan, saat ini PT Nusantara Buana Air memiliki sembilan armada, terdiri dari 5 unit CASA 212-200, 1 CASA 212-100, 1 unit Piper Chayene dan 2 unit helikopter MD-500. Adapun pesawat nahas ini memiliki masa berlaku pemeriksaan (C of A) pada 31 Oktober 2011 mendatang dan pada 24 februari 2012 untuk C of R.
Berkaitan dengan seringnya terjadi kecelakaan pesawat Herry mengatakan, pihaknya akan melakukan evaluasi, serta akan membuat aturan-aturan yang tegas pada aspek keselamatan penerbangan dengan meningkatkan penyelenggaraan training-training terhadap pilot masing-masing maskapai.
Kepala Bidang Penelitian Pesawat KNKT, Masruri, menambahkan pihaknya akan menurunkan tim investigasi langsung ke lapangan. Tim investigasi tersebut terdiri dari Tom Temenggung, Muhammad Aviv dan Nurcahyo, sedangkan dirinya bertindak sebagai ketua tim investigasi.
“Jika (pesawat) ditemukan, maka besok (hari ini) saya dan tim investigasi akan berangkat ke tempat jatuhnya pesawat tersebut, namun hingga sekarang belum ditemukan, meskipun sudah ada saksi mata yang melihatnya,” ujarnya.
Dijelaskannya, tim investigasi dari KNKT secara bertahap telah mengumpulkan data yang dibutuhkan, baik itu dari perusahaan penerbangan, Nusantara Buana Air, maupun dengan ATC di Bandara Polonia. “Setelah ditemukan pesawatnya, maka kami akan mengumpulkan bukti di lapangan seperti kondisi mesin, kotak hitam, keadaan pesawat, dan sebagainya,” katanya.[dni]