JAKARTA—Maskapai lokal sebaiknya fokus di pasar domestik dan regional untuk memperkuat basis pendapatan dan kondisi badan usaha.
“Mayoritas maskapai lokal kita baru siap untuk dua pasar itu. Saat ini baru Garuda yang bisa bicara di dunia Internasional. Tadinya saya pikir Mandala bisa, tetapi terkendala ketersediaan armada,” ungkap Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit di Jakarta, Senin (31/5).
Menurutnya, bagi maskapai yang ingin masuk pasar internasional hal yang dilihat adalah kesehatannya sebagai badan usaha dan keteresdiaan armada. “Momentum untuk masuk pasar internasiola itu bagus saat ini kala pemain raksasa berguguran seperti Japan Airlines (JAL). Pasar yang mereka tinggalkan bisa diisi oleh pemain lokal,” katanya.
Danang pun mengingatkan, Garuda untuk berhati-hati dalam melakukan ekspansi rute internasional karena perusahaan itu asetnya dibangun dari modal pemerintah yang dihibahkan sehingga sering kali kinerja keuangannya masih banyak tersembunyi masalah-masalah tertentu
Sementara itu Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengungkapkan, setelah membuka kembali rute Jakarta-Amsterdam, perseroan akan membidik rute Frankfurt, London, Paris dan Roma.
“Jangka panjang kami akan membuka rute ke Amerika Serikat (AS) 2013. Semua urusan perizinan ke otoritas penerbangan Indonesia dan AS sudah
mulai digarap dari sekarang,” ungkapnya.
Emir optimistis, otoritas penerbangan AS tidak akan keberatan memberikan slot penerbangan untuk salah satu kota di AS kepada Garuda. Status maskapai bintang empat dari lembaga pemeringkat Sky Trax yang dimiliki Garuda saat ini akan sangat membantu mewujudkan rencana tersebut.
“Dari ratusan maskapai di dunia ini, hanya ada 27 maskapai yang memiliki kategori maskapai bintang empat. Ini tentu menjadi keunggulan Garuda,” jelasnya.
Selain itu, Emir menambahkan, upaya Garuda untuk menurunkan rata-rata umur pesawat yang dioperasikannya menjadi delapan tahun dipenghujung 2010 juga akan mendukung rencana tersebut. Dimana, lima tahun lalu rata-rata umur pesawat Garuda adalah 14 tahun.
Secara terpisah, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengungkapkan, sedang mengaji mengistirahatkan sembilan unit Boeing McDonnell Douglas (MD) series yang dimilikinya mulai Januari 2011. Saat ini Lion dan Wings Air masih menggunakan pesawat tersebut untuk operasi di Pulau Jawa sebanyak lima unit pesawat MD-90 dan empat unit MD-82.
Menurutnya, Lion tengah menimbang apakah perlu memutus kontrak sewa lima unit MD-90 yang dioperasikannya. Lion masih memiliki kontrak atas pesawat tersebut sampai 2015. Sementara MD-82 yang dioperasikannya sudah berstatus milik.
“Untuk membatalkan kontrak tidak gampang, tetapi kami masih menimbang apakah bisa melakukan hal tersebut,” jelasnya.
Rencana untuk mengistirahatkan Boeing MD series tersebut seiring dengan rencana Lion mendatangkan 178 unit Boeing 737-900ER sampai 2015. Saat ini Lion sudah mengoperasikan 50 pesawat, terdiri dari Boeing 737-900ER sebanyak 34 unit, 737-400 sebanyak 9 unit, 737-300 sebanyak 2 unit, 747 series 2 unit, dan MD-90 sebanyak 3 unit.
Sementara Wings Air mengoperasikan dua belas pesawat udara. Terdiri dari lima ATR 72-500, lima MD-82 dan dua Dash 8. Wings sudah memesan 30 pesawat ATR 72-500 sampai 2013.
Pada kesempatan lain, Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S Gumay mendukung langkah maskapai lokal untuk ekspansi ke luar negeri.
“Kami juga akan mengirimkan tim ke Komisi Uni Eropa pertengahan Juni ini untuk membuka larangan terbang bagi pemain lokal lainnya,” ungkapnya.
Menurutnya, membuka rute internasional harus dilakukan apalagi untuk jalur yang telah ada perjanjian bilateral untuk penerbangan seperti AS. “Sampai saat ini belum ada maskapai dari kedua negara yang memanfaatkannya. Bilateral agreement sudah ada, tinggal mengisi slotnya saja,” katanya.[dni]