Jakarta—Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa belum berpengaruh terhadap bisnis penerbangan nasional.
Menurutnya, sikap dari Komisi I DPR RI dalam melihat industri telekomunikasi belum berubah yakni menghargai perbedaan dari kepemilikan dan konten.
Posisi sekarang adalah Tri berada di kanal 1, NTS (3), Telkomsel (4 dan 5), Indosat (7 dan 8), XL (9 dan 10). Sementara kanal nomor 2, 6, 11, dan 12 kosong.
“Kami bukan memaksakan kehendak, tetapi frekuensi harus dikelola oleh operator yang benar-benar serius memanfaatkan spektrum untuk kepentingan masyarakat. Kanal yang sudah ada saja belum dimanfaatkan secara optimal oleh satu operator, lantas minta tambahan. Regulator harus bijaksana dan memikirkan kepentingan masyarakat,” tegasnya.
Sarwoto menambahkan pihaknya menunggu proses penataan ulang secara keseluruhan, dan sebaiknya sekalian tata ulang konsolidasi menuju Long Term Evolution (LTE).
”Struktural strategik jangka panjang penting untuk mendukung ekonomi broadband. Spektrum jelas siapa, dapat apa, berapa invest, dan apa sanksinya bila tidak invest, transparan dan auditable. Telekomunikasi adalah sektor riil, jangan diarahkan hanya main kertas,” ujarnya.
Direktur Layanan Korporasi Tri Sidarta Sidik mengungkapkan Tri harus mendapatkan tambahan kanal pada tahun ini agar kualitas layanannya tidak menurun.[dni]
JAKARTA—Jasa seluler milik PT Indosat Tbk (Indosat) mengandalkan layanan suara sebagai pemasok pendapatan utama, disusul Short Messages Services (SMS), data, dan Value Added Services (Vas).
Praktisi lainnya, Guntur S Siboro menyarankan Indosat menaikkan kualitas layanannya jika tidak ingin ditinggalkan oleh pelanggan dengan menyelesaikan secepatnya optimasi jaringan. “Pendapatan tidak akan naik, jika kualitas layanan terus turun. Ini teori lama di telekomunikasi. Melihat MOU yang turun, sementara RPM justru naik ini bisa berarti Indosat menaikkan tarif selama kuartal III. Tarif yang tinggi seharusnya diimbangi oleh kualitas layanan yang lebih baik,” tegasnya.[dni]
JAKARTA–PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menggandeng Martina Berto yang merupakan bagian dari Martha Tilaar Group untuk bekerjasama dalam peningkatan service dan keterampilan grooming frontliners maskapai tersebut.
Adanya kerjasama tersebut, maka nantinya Martha Tilaar Group akan mengadakan pendidikan dan pelatihan grooming, etiquette, dan pelatihan perawatan kecantikan bagi frontliners Garuda Indonesia di Jakarta dengan menggunakan produk make-up dari Martha Tilaar yaitu Sariayu Martha Tilaar.
Produk tersebut dibuat secara khusus agar serasi dengan seragam frontliners Garuda Indonesia. Sementara itu, untuk tatanan dan kesehatan rambut dipercayakan kepada produk Rudy Hadisuwarno Cosmetics. Pelatihan kecantikan tersebut akan dimulai pada bulan November 2011.
Direktur Layanan Garuda Indonesia, Agus Priyanto mengatakan bahwa kerjasama dengan Martha Tilaar ini sesuai dengan konsep layanan Garuda Indonesia, yaitu “Garuda Indonesia Experience”.
“Jajaran frontliners merupakan faktor penting mengingat mereka adalah petugas yang pertama kali bertemu dengan para pengguna jasa. Selain dituntut memiliki profesionalisme yang dapat melaksanakan tugas dengan baik dalam aspek pelayanan -, para frontliners juga dituntut memiliki kepribadian yang baik dan penampilan yang serasi,” katanya melalui keterangan tertulis, Senin (31/10).
Pada kesempatan lain, Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengungkapkan, perseroan akan membangun hanggar di Batam untuk perawatan pesawatnya.
“Batam terletak di wilayah yang strategis dimana bandaranya cukup memadai dan memenuhi syarat, dekat dengan Singapura dimana dukungan untuk suku cadang menjadi lebih mudah, dan juga lingkungan Batam sebagai kawasan industri menjadi kunggulan tersendiri,” katanya.
Diungkapkannya, lahan yang akan dibangun seluas 40.000m2 yang nantinya kan dibangun menjadi beberapa tahapan.
Untuk tahap pertama akan dibangun 1 buah hangar dengan kemampuan menampung dua buah pesawat Boeing 737 – 900 ER serta apron yang mampu menampung 3 pesawat.
Sarana pendukung lainnya yang akan dikembangkan merupakan bengkel-bengkel pendukung seperti avionic shop dan lain-lain.
“Kami harapkan hanggar ini bisa menyeraptenaga kerja, skill, dan tenaga kerja umum lainnya mulai dari 200 – 650 orang,” tuturnya.[dni]
JAKARTA—PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) optimistis mencatat kinerja positif hingga tutup tahun 2011 dengan posisi pertumbuhan single digit untuk top dan bottom line.
Kinerja XL
Secara terpisah, Presiden Direktur XL Hasnul Suhaimi mengungkapkan, berkat peningkatan layanan data sebesar 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya, omset perseroan masih bisa sama dengan rata-rata industri yakni tumbuh 8 persen.
Pada kesempatan lain, Pengamat telematika Bayu Samudiyo mengatakan, melihat kinerja yang diraih oleh Telkom dan XL, industri telekomunikasi masih mencari keseimbangan baru untuk keluar dari kondisi pasar yang jenuh.
“Layanan data yang dianggap sebagai solusi untuk pengganti omset suara belum bekerja optimal karena model bisnisnya belu ketemu yang ideal. Rasanya hingga akhir tahun nanti secara keseluruhan industri telekomunikasi hanya tumbuh di kisaran 7-8 persen, mengingat kuartal III setiap tahunnya adalah periode paling tinggi pertumbuhannya,” katanya.[dni]