PT XL Axiata Tbk (XL) pada akhirnya mengonfirmasikan isu yang selama ini beredar tentang rencana perseroan untuk menngikuti jejak dari Telkomsel memasarkan ponsel pintar milik Apple Inc, iPhone, mulai April nanti.
Telkomsel sendiri telah menjalin kerjasama dengan perusahaan yang dikomandoi Steve Jobs itu sejak dua tahun lalu dan telah berhasil menggaet 120 ribu pengguna dari ponsel yang identik dengan Apps Store dan layar sentuh itu.
XL rencananya akan memulai kerjasamanya dengan Apple melalui penjualan iPhone 4 tipe putih. Jumlah pasokan barang yang akan disediakan untuk tahap awal sebanyak 25 ribu unit. Ponsel ini memiliki dua varian yakni 16 dan 32 GB. Kelebihannya terletak pada layar dimana memiliki retina display beresolusi tinggi dan kecepatan mengunduh data.
Telkomsel sendiri membundling iPhone 4 plus kartu prabayar selulernya dengan harga 6,99 juta rupiah untuk yang memori 16 GB, dan 8,2 juta rupiah untuk memori 32 GB. Sementara XL masih membuka pre order melalui internet untuk perangkat ini dimana 1.500 pelanggan telah mendaftarkan diri untuk membeli.
Lantas, kenapa XL ngotot untuk menjalin kerjasama ekskulisf dengan Apple mengingat tanpa ada perjanjian pun, sebanyak 30 ribu pengguna iPhone telah setia di jaringannya?
Apalagi, sudah menjadi rahasia umum menjalin kerjasama dengan Apple sangat berat syaratnya terutama dalam masalah pemasaran dan distribusi yang harus mengikuti standar dari perusahaan itu. Misalnya, bentuk komunikasi iklan yang harus sama dengan pasar global atau target penjualan hingga 150 ribu unit per tahun. Belum lagi sistem distribusi yang tertutup yakni adanya eksklusifitas yang bertentangan dengan pasar Indonesia dimana barang impor paralel bisa dijual bebas di pusat penjualan ponsel.
“Kami melihat pasar smartphone nantinya akan didominasi oleh BlackBerry, Apple, dan Android. Sebagai operator yang ingin fokus juga di jasa data, ketiganya harus digandeng agar eksistensi XL diakui,” tegas Direktur Konsumer XL Axiata Joy Wahjudi kepada Koran Jakarta, akhir pekan lalu.
Diakuinya, model bisnis yang diterapkan oleh Apple mirip dengan Research In Motion (RIM) tiga tahun lalu dimana memaksa operator secara tidak langsung bertindak sebagai distributor. “Permintaan akan produk Apple itu ada. Saya rasa seiring perkembangan pasar, Apple akan melihat kenyataan di Indonesia dan menyesuaikan diri agar ketersediaan barangnya meluas,” jelasnya.
Dikatakannya, mengingat dalam kerjasama ini Apple memegang kendali yang dominant maka untuk urusan harga perangkat dan paket data yang diberikan oleh XL nantinya tak akan beda jauh dengan Telkomsel. “Kami akan tetap mencoba untuk berbeda. Soal bedanya dimana, itu masih rahasia. Tunggu saja bulan depan,” katanya.
GM Mobile Data Service Channel Development XL Axiata Handono Warih menambahkan, perseroan membutuhkan media adoption untuk masuk ke pasar smartphone selain BlackBerry. “Sejauh ini profil 30 ribu pengguna iPhone yang menggunakan kartu XL lumayan menjanjikan. Apalagi iPhone ini memiliki ekosistem dan industri yang bagus sehingga ini bisa mendukung agresifitas XL yang ingin meningkatkan kontribusi jasa data,” jelasnya.
Ditegaskannya, walau XL dalam memasarkan iPhone bukanlah pemain pertama, namun akan datang dengan penawaran pemasaran yang menarik sehingga bisa memenuhi kebutuhan dari komunitas pengguna. “Kami akan tawarkan penawaran dengan distribusi yang lebih baik. Para pengembang aplikasi juga diajak untuk mengembangkan pasar ini. Soalnya, ditengah kebosanan orang terhadap perkembangan gadget, konten menjadi kunci memenangkan persaingan,” katanya.
Head of Corporate Communication XL Axiata, Febriati Nadira mengharapkan, jalinan kerjasama Apple mampu meningkatkan kontribusi layanan data terhadap total omzet XL dimana pada tahun lalu sekitar 7 persen menjadi 9-10 persen.
Kuatkan Komunikasi
Praktisi telematika Abul A’la Alamujudy memperkirakan XL akan melebihi prestasi Telkomsel dalam menjual iPhone mengingat komunikasi pemasarannya selama ini lebih agresif dan pintar.
”XL pintar sekali menciptakan buzz marketing. Kunci dalam menjual iPhone itu di buzz marketing karena yang disasar adalah penggemar fanatik dari produk buatan Apple. Harus diingat, merek Apple itu dalam pemasaran sudah dalam tingkatan brand religion, jadi produknya sudah menjual dirinya sendiri, tinggal dimainkan sedikit komunikasinya,” katanya.
Pengamat Telekomunikasi Guntur S Siboro mengingatkan XL dalam bernegosiasi dengan Apple harus pintar terutama jangan mau terjebak dalam keharusan membeli sejumlah unit tertentu per tahun. ”Jika itu terjadi akan menjadi sulit dan beban bagi operator. Harusnya resiko ditanggung bersama,” katanya.
Pengamat Telekomunikasi lainnya, Bayu Samudiyo mengatakan, masalah waktu masuk ke pasar akan menjadi kunci sukses XL memasarkan iPhone. ”Telkomsel kurang apa dalam memasarkan iPhone, sayangnya karena sistem birokrasi di Apple yang lama, membuat operator itu kehilangan momentum menjualnya di pasar dan malah disalip oleh produk paralel impor yang dibawa dari luar. Xl harus belajar dari kesalahan ini,” katanya.
Menurutnya, untuk varian iPhone 4 ini XL belum akan bisa berbicara banyak karena momentum masuk ke psar sudah lewat. ”Kecuali paket bundling-nya super seksi yang mampu mengikat pelanggan dan memberikan persepsi harga perangkat yang tinggi itu ada nilainya. Kalau cuma jual handset dengan harga tinggi akan sama ceritanya seperti iPhone seri lama,” tuturnya.
Masih menurutnya, kehadiran iPhone 4 oleh XL nantinya hanya akan mendorong pemilik iPhone lama untuk pindah ke perangkat baru itu mengingat pengguna merek Apple sangat setia. ”Kalau mengharapkan pengguna baru rasanya berat,” jelasnya.
Praktisi Telematika Teguh Prasetya mengakui masalah harga menjadi kunci untuk diterima pasar dalam hal ini operator harus berani melakukan subsidi agar harga bisa dibanting. ”Sebenarnya jika dilihat secara lebih mendalam hal yang dicari oleh operator kala menggandeng Apple adalah dari sisi citra. Nama besar Apple itu menjual dan mampu mengangkat nilai jual operator,” katanya.
Menurutnya, jika mau jujur, ponsel berbasis Android akan lebih dicari pasar pada tahun ini karena banyak varian dan aplikasinya gratis. ”Produk Apple itu niche market. Jadi, secara logika, jika operator sampai rela habis-habisan mengikuti standar Apple, berarti ada sesuatu yang lebih besar dicari ketimbang menjual unit perangkat,” ungkapnya.
Sementara Praktisi telematika lainnya Faizal Adiputra mengingatkan, XL harus mampu menjaga kualitas jaringannya karena sistem layanan iPhone berbeda dengan BlackBerry. ”Data dihantarkan tanpa kompresi oleh sistem operasi Iphone. Jika tidak pintar dalam manajemen jaringan, bisa jebol,” katanya.
Faizal menegaskan, jika dilihat dari sisi produk, iPhone bisa diibaratkan seperti Harley Davidson (HD) dimana mampu memenuhi kebutuhan multimedia penggemar fanatiknya. ”Soal kebanggan menggunakan produk Apple itu seperti para pengendara motor yang selalu ingin memiliki HD. Rasanya punya HD itu bangganya besar sekali. Nah, di perangkat iPhone seperti itu. Boleh banyak produk sejenis, tetapi bagi pecinta gadget, iPhone itu premiumnya,” jelasnya.
Sementara, Telkomsel yang telah lebih dulu menggelontorkan bundling iPhone4 bersama Apple, mengaku tak khawatir pasarnya digerogoti XL. “Masyarakat jadi punya banyak pilihan,” tutur VP Channel Management Product Telkomsel Gideon Eddie Purnomo.[dni]
Maret 29, 2011
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar