101210 Bandara Soetta Dipastikan Sebagai Hub Domestik

JAKARTA–PT Angkasa Pura II (AP II) memastikan Bandara Soekarno-Hatta (Soetta) akan diposisikan sebagai hub penerbangan domestik untuk Indonesia karena letaknya yang menguntungkan secara geografis.

“Dalam grand design yang sedang dibuat dan akan selesai pada April 2011 bandara Soetta diposisikan sebagai hub domestik karena letaknya yang strategis untuk penerbangan nusantara,” ungkap Direktur Utama AP II Tri S Sunoko di Jakarta, Kamis (9/12).

Dijelaskannya, untuk menjadikan Soetta sebagai hub domestik perseroan berencana akan menambah jumlah terminal dan runway yang akan mendukung pengembangan bisnis secara sistemik.

“Kami memperkirakan dalam waktu 6 atau 7 tahun lagi bandara Soetta akan melayani 65 juta penumpang. Untuk itu pada 2014 atau 2015 angka kapasitas itu harus dicapai. Sedangkan saat ini bandara Soetta sudah melayani 38 juta penumpang walau kapasitas sebenarnya untuk 22 juta penumpang,” katanya.

Diungkapkannya, langkah menambah kapasitas dengan memulai pengembangan terminal III dan terminal IV  pada 2012. Selain itu akan dibangun juga runway III pada tahun yang sama.

“Untuk pembangunan runway akan digandeng pemerintah daerah karena area yang ada saat ini tidak mencukupi,” katanya.

Ditegaskannya, selain masalah penambahan kapasitas penumpang yang dilayani, AP II juga memiliki perhatian khusus terkait nasib kereta api bandara yang masih terkatung-katung.

“Konsep yang dikembangkan adalah multimoda. Jika KA bandara tidak ada, itu akan mengurangi akses ke Soetta. Padahal, jika jumlah penumpang yang dilayani sekitar 65 juta jiwa, akses darat sudah tidak mencukupi,” katanya.

Selanjutnya diungkapkan, untuk bandara yang akan dijadikan sebagai hub penerbangan internasional adalah Kuala Namu di Medan. “Letaknya sangat strategis. Jika penerbangan dari Medan ke belahan dunia lainnya bisa menghemat bahan bakar. Kuala Namu akan dikembangkan sebagai pesaing kuat bandara Changi atau Kuala Lumpur,” jelasnya.

Sementara Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengingatkan, AP II sebagai pengelola bandara harus meningkatkan  kualitas pelayanan ke penumpang pesawat, terutama saat di bandara.

“Kalau bicara kondisi saat ini, Soetta  tidak dapat mengimbangi pesatnya pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia,” katanya.

Diungkapkannya, saat ini  pertumbuhan pasar penumpang domestik dan internasional sebesar 15 hingga 20 persen  per tahunnya bagai dua sisi mata uang.

“Di satu sisi kita senang karena bepergian dengan pesawat bukan lagi menjadi hal yang sangat eksklusif. Namun, di sisi lain pelayanan penumpang menjadi keteter,” jelasnya.

Diperkirakannya,  volume penumpang pesawat pada tahun ini diperkirakan mencapai 100 juta orang lebih, atau meningkat dibandingkan dengan 2009 sebanyak 98 juta orang.

“Khusus di Bandara Soekarno-Hatta, jumlah penumpang di tahun lalu mencapai sekitar 38 juta orang. Pada tahun ini di bandara itu diperkirakan penumpang mencapai 40 juta orang lebih. Bandara Soekarno-Hatta butuh perubahan wajah,” tegasnya.

Berkaitan dengan nasib proyek KA bandara, Bambang mengungkapkan, nilai investasi meroket dua kali lipat dari 4,6 triliun menjadi 10 triliun rupiah  karena berubahnya desain pembangunan.

“Pemerintah akan memberikan dukungan sebesar 3 triliun rupiah untuk proyek itu,” jelasnya.

Diungkapkannya, melonjaknya nilai investasi  karena adanya proyek baru yakni rute kereta dari Tangerang menuju bandara.

Selain itu, proyek Manggara-bandara melalui Angke dan Pluit juga mengalami perubahan desain sehingga lebih banyak jalur yang melayang (elevated).

Ditegaskannya,  pemerintah menargetkan KA Bandara Soekarno-Hatta bisa mulai beroperasi pada 2014.

“Tender yang ada sekarang (tiga perusahaan lolos prakualifikasi) itu dibatalkan. Nanti akan ada tender ulang pada pertengahan 2011. Karena juga ada proyek baru, yaitu rute Tangerang-bandara,” jelasnya.
Diulangnya tender untuk proyek KA Bandara Soekarno-Hatta menjadikan hasil prakualifikasi tender sebelumnya yang meloloskan tiga perusahaan, yakni China Harbour asal China, Railink (anak usaha PT Kereta Api dan PT Angkasa Pura II), dan Mitsui asal Jepang menjadi gugur.

Sedangkan Sekjen Asosiasi Penerbangan Nasional (INACA) Tengku Burhanuddin mengingatkan, diperlukan dukungan yang kuat dari semua pemangku kepentingan di negeri ini jika ingin mengembangkan bandara Soetta.

“Tidak bisa hanya mengandalkan AP II. Harus ada dukungan kongkrit mulai dari pimpinan pemerintah mendukung pengembangan bandara tersebut. Contohnya, masalah pembebasan lahan, kalau tidak ada dorongan dari pemerintah pusat, mana bisa jalan,” ketusnya.[Dni]