Pada tahun ini para pengembang aplikasi mulai mendapatkan tempat di industri telekomunikasi. Tren ini diperkirakan akan berlanjut pada 2011.
Pendiri Polar Mobile Kunal Gupta memperkirakan beberapa hal akan terjadi di bisnis aplikasi untuk perangkat bergerak (mobile application) secara global pada tahun depan. Polar merupakan pengembang aplikasi bagi Apple Inc, Google Inc, dan Research in Motion Ltd.
“Pengembangan aplikasi mobile tidak hanya untuk iPhone atau iPad pada tahun depan walau kenyataannya pada akhir 2010 akan ada 4 juta aplikasi yang akan diunduh melalui dua perangkat itu,” katanya seperti dikutip dari laman Financial Post.com belum lama ini.
Menurutnya, perangkat berbasis sistem Android akan menjadi tantangan yang berat bagi Apple setelah keluarnya versi ketujuh dari Google.
Diperkirakannya, komputer tablet mulai berbicara banyak mengingat pada tahun ini telah terjual sebanyak 11 juta unit secara global. Pada 2011 diperkirakan komputer jenis ini akan terjual sebanyak 55 juta unit.
“Pada tahun depan para pengembang aplikasi akan lebih mengutamakan pelanggan aktif ketimbang jumlah yang diunduh. Aplikasi jejaring sosial akan memegang peranan penting dalam penetrasi perangkat walaupun mulai bermunculan merek-merek tradisional menawarkan aplikasi mobile seperti koran versi digital,” jelasnya.
Sedangkan untuk nasib aplikasi berbayar, diperkirakan masih mendapatkan tantangan yang berat mengingat keternatasan infratsruktur sehingga belum mencapai skala ekonomi yang ideal.
Pada tahun depan pun para pengembang aplikasi mulai getol mengembangkan near-field communications (NFC) yang bisa membuat ponsel menjadi alat commerce. “Dukungan dari aplikasi yang bisa menjamin keamanan sangat dibutuhkan. Saya juga melihat akan ada pertambahan sistem operasi dan perangkat yang membuat para pengembang harus mengkustomisasi setiap aplikasi buatannya,” jelasnya.
Tren Indonesia
Direktur Utama Indosat Mega Media (IM2) Indar Atmanto mengungkapkan, untuk Indonesia pada tahun depan aplikasi mobile masih akan didominasi oleh jejaring sosial seperti Facebook, Twittwer atau foursquare. Selain untuk penggunaan personal, jejaring sosial akan diadopsi untuk kegiatan bisnis sebagai bagian dari strategi hubungan dengan pelanggan. Fitur berbasis lokasi di masyarakat diyakini menjadi bagian dari strategi bisnis, terutama pada kegiatan usaha berbasis lifestyle seperti café atau resto.
“Perkembangan ini didukung oleh karakteristik masyarakat Indonesia dengan sifat kekeluargaan yang tinggi. Fenomena ini juga didukung tersedianya aplikasi client (client application) pada handset sebagai standar aplikasi. Mobile internet yang tumbuh 50-100 persenpada tahun depan akan menjadi basis berkembangnya mobile application di sini,” jelasnya.
Sedangkan untuk aplikasi berbayar yang akan laris tahun depan adalah terkait dengan bisnis dan menunjang produktifitas seperti office viewer atau e-book. Selain itu, aplikasi hiburan seperti games premium akan terus menjadi kontributor bagi aplikasi berbayar.
Diungkapkannya, pertumbuhan mobile application di Indonesia masih dalam fase awal, sehingga dengan basis yang ada, diperkiran terjadi kenaikan dobel digit pada tahun depan didorong oleh aplikasi yang tersedia di apps store seperti milik Apple, Android, dan Ovi.
“Peningkatan itu akan membuat kontribusi layanan data bagi operator meningkat. Jika sekarang masih di bawah 10 persen, pada tahun depan bisa mencapai 15-20 persen dari total omset,” katanya.
Group Head Pemasaran Vas Indosat Teguh Prasetya mengakui, kontribusi mobile data pada tahun depan melebihi 20 persen karena masa pengenalan dianggap telah selesai. “Fitur mobile advertising dan commerce untuk transaksi mulai mendapat tempat tahun depan selain tentunya jejaring sosial dengan fitur “Location Based”. Aplikasi gratis di Android market juga akan semakin berjaya tahun depan,” katanya.
Wakil Direktur Utama Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer mengungkapkan, mobile application tidak hanya bermain di segmen atas tetapi juga bawah hal itu terlihat di pelanggan Esia yang terus aktif menggunakannya. “Tahun depan di Indonesia tetap tiga aplikasi yang akan dominant yakni jejaring sosial dan instant messaging, musik, serta games,” katanya.
Menurutnya, tren lain yang menggembirakan di Indonesia adalah kesadaran mulai ada untuk membeli aplikasi berbayar walau penggunaan gratisan masih tinggi. “Tantangannya harus banyak saluran pembayaran. Tidak bisa hanya mengandalkan kartu kredit. Kerjasama erat operator dengan perbankan dibutuhkan,” katanya.
VP Digital Music and Content Management Telkomsel Krish Pribadi menjelaskan, masih terdapat beberapa kendala untuk mengakses mobile application ke pelanggan seperti keperluan untuk melakukan provisioning dan setting koneksi data di perangkat. Berikutnya reliability koneksi data, mahalnya tarif, dan kompatibilitas perangkat.
Biasanya penyedia applikasi menyiasati hal ini dengan melakukan bundling pre-installed application dengan perangkat. Di sisi lain, penyedia perangkat juga bergerak ke arah yang sama untuk meningkatkan nilai tambah dari perangkat. “Saya perkirakan tren tahun depan akan didominasi dengan pre installed mobile application. Sedangkan fiturnya masih seputar jejaring sosial,” katanya.
Kris memperkirakan pertumbuhan pendapatan dari mobile content pada tahun depan akan sebesar 20 persen mengingat mekanisme penagihannya masih berbasis SMS. “Sedangkan masalah untuk aplikasi berbayar itu di tarifnya. Sebenarnya pengguna senang dengan yang ditawarkan, tetapi terkendala daya beli,” jelasnya.
VP Marketing MDS XL Axiata Jeremiah de la Cruz mengungkapkan, sedang menyiapkan ekosistem agar pengembangan aplikasi kian meningkat di Indonesia. “Tingginya penetrasi ponsel harus dimanfatkan oleh pengembang aplikasi dengan membuat layanan yang sesuai kebutuhan. Selain itu XL sedang membuat ekosistem untuk metode pembayaran agar penegmbang aplikasi bisa lebih ekspansif,” jelasnya.
Menurutnya, dalam bisnis aplikasi masalah tingginya jumlah pengunduh masih memegang peranan penting karena akan digunakan untuk membuat matrik profiling pelanggan. “Membuat segmentasi itu sangat penting. Tetapi, jika pengembang aplikasi ingin mencari uang dil luar bisnis inti, boleh saja mencari pelanggan aktif yang banyak,” sarannya.
Sementara Praktisi Telematika Faizal Adiputra menyarankan para pengembang aplikasi lokal lebih menonjolkan sesuatu yang berbau nusantara untuk mendapatkan posisi unik di pasar. “Permainan tradisional ada baiknya dijadikan aplikasi. Bagaiamana pun games adalah aplikasi yang menjadi tren pada 2011. hal itu terlihat dari masih tingginya keinginan pelanggan mengunduh walau kebanyakan berbayar,” jelasnya.[dni]
Desember 23, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar