JAKARTA—Kementrian Perhubungan (Kemenhub) mengimplementasikan pemeriksaan kargo internasional melalui agen inspeksi (Regulated Agent/RA) mulai Minggu (16/10) menyusul telah dilakukan hal serupa pada 4 September 2011.
JAKARTA—Kementrian Perhubungan (Kemenhub) mengimplementasikan pemeriksaan kargo internasional melalui agen inspeksi (Regulated Agent/RA) mulai Minggu (16/10) menyusul telah dilakukan hal serupa pada 4 September 2011.
JAKARTA-Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDM Perhubungan) akan mendirikan tiga sekolah penerbang guna memenuhi kebutuhan pilot di masa depan.
“Kita akan mendirikan tiga sekolah penerbang. Lokasinya di Medan, Papua, dan Sumenep,” ungkap Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDM Perhubungan) Kemenhub Bobby Mamahit di Jakarta, Jumaat (14/10).
Diungkapkannya, untuk di Medan dan Papua sudah tahap detil engineering design (DED), sedangkan di Sumenep masih tahap studi. Diperkirakan biaya pembangunan satu sekolah penerbangan sekitar 100 miliar rupiah, sehingga ketiganya menelan investasi sekitar 300 miliar rupiah.
Dikatakannya, pemerintah berniat menjadikan Bandara Polonia, Medan, sebagai basis sekolah penerbangan baru di Tanah Air.
Hal Itu bisa terjadi setelah operasional Bandara Polonia dipindahkan ke Bandara Kualanamu pada akhir tahun depan.
Untuk sementara sekolah itu masih jadi bagian dari Akademi Teknik Keselamatan Pelayaran (ATKP) Medan, namun seiring tidak digunakannya Polonia sebagai bandara komersial maka sekolah akan dikelola mandiri oleh badan layanan umum (BLU)
“Kami sedang berkoordinasi dengan Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub dan juga PT Angkasa Pura II agar Polonia bisa jadi basis sekolah penerbangan di wilayah barat. Saat ini basis sekolah penerbangan di Indonesia baru di Curug,” jelasnya.
Diperkirakannya, pembangunan sekolah yang paling cepat direalisasikan adalah di Medan pada tahun depan karena status masih di bawah ATKP.
“Kalau yang lain benar-benar sekolah penerbangan murni, untuk di Sumenep akan gunakan Bandara Sumenep dan Papua gunakan Bandara Sorong,” katanya.
Pendirian sekolah penerbangan adalah untuk menggejot produksi pilot. Kebutuhan pilot per tahun mencapai 800 orang per tahun, namun kemampuan STIP Curug hanya 120 orang per tahun jika ditambah dengan sekolah penerbang swasta hanya 300 orang per tahun.[Dni]
JAKARTA—Persaingan maskapai melayani rute ke Bandung kian ketat dengan masuknya anak usaha Singapore Airlines berbasis low cost carrier (LCC), Silk Air, mulai awal pekan lalu.
Corporate Communication Manager Indonesia Air Asia Audrey Progastama Petriny mengakui, masuknya Silk Air menjadikan persaingan kian ketat untuk tujuan ke Kota Parahyangan tersebut dan memaksa maskapainya untuk terus berinovasi.
“Selain berinovasi kami juga terus menawarkan jaringan yang luas dari Bandung dengan menyediakan penerbangan langsung ke Bali, Medan, dan Kuala Lumpur,” jelasnya di Jakarta, Jumaat (14/10).
Dijelaskannya, dari Kuala Lumpur para penumpang Indonesia Air Asia bisa melanjutkan perjalanan ke banyak destinasi, bahkan ke Eropa dengan fasilitas fly-thru.
Chief Executive Silk Air Marvin Tan mengatakan penerbangan maskapainya dari Singapura ke Bandung dilakukan tiga kali dalam semiggu dengan menggunakan pesawat Airbus A319 dengan kapasitas 128 kursi.
“Rencananya mulai 30 Oktober jumlah frekuensi dinaikkan menjadi lima kali seminggu. Rute baru ini menawarkan kelas bisnis sebanyak 8 kursi dan ekonomi 120 kursi,” katanya.
Sebelumnya, maskapai negeri jiran Malaysia Airlines juga membuka rute Kuala Lumpur-Bandung pada medio Juli 2011. Sedangkan pemain lokal yang sudah terbang ke bandara Husein Sastranegara adalah Merpati Nusantara Airline, Susi Air, Sriwijaya Air, Sky Aviation, dan Wings Air. Ramainya maskapai melayani rut eke Bandung tak bisa dilepaskan dari diperpanjangnya runway bandara sehingga bisa darati oleh pesawat berbadan lebar.
Tender Sub-100
Pada kesempatan lain, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Elisa Lumbantoruan menargetkan perseroan mulai mengoperasikan pesawat dengan kapasitas kursi di bawah 100 (Sub-100) pada kuartal III-2012.
“Kami targetkan bisa mengoeprasikan pada periode tersebut dengan memperkirakan pabrikan pesawat baru bisa mengirimkan pada jangka waktu itu. Saat ini sedang ditimbang antara jenis Embraer 190 buatan Brazil atau Bombardier CRJ 1000 buatan Kanada,” ungkapnya.
Diungkapkannya, rencananya perseroan akan mendatangkan sebanyak 15 unit pesawat tipe sub-100 hingga 2015. Pada akhir Oktober ini akan diumumkan pilihan pabrikan pesawat yang digunakan dan pada November dipastikan sudah ada pembuatan kontrak pemesanan dengan pabrikan pilihan.
Diperkirakannya, harga satu unit pesawat yang akan didatangkan antara 30-40 juta dollar AS. Untuk mendatangkan pesawat tersebut perseroan akan menggunakan skema operating lease atau financial lease.
Garuda akan menggunakan pesawat tersebut sebagai feeder dari bandara-bandara kecil menuju bandara utama di pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, dan Bali.[dni]