JAKARTA–Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) tetap mendesak Resarch in Motion (RIM) untuk membangun data center meskipun produsen Blackberry itu menunjukkan minat mengembangkan investasi bidang konten dan aplikasi di Indonesia.
“Kami tetap mendesak RIM membangun data center di Indonesia karena itu amanah dari UU Informasi dan Transaksi Elektronika (ITE),” tegas Menkominfo Tifatul Sembiring di Jakarta, Selasa (5/10).
Diungkapkannya, pada akhir tahun ini akan dikeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) terkait kewajiban membangun data center bagi perusahaan telekomunikasi dan perbankan yang beroperasi di Indonesia. “Sekarang kita tidak mau ngotot dulu minta RIM bangun data center karena PP belum ada. Tetapi kita sudah beritahu mereka, agar menyesuaikan diri dengan aturan di Indonesia,” jelasnya.
Berkaitan dengan isu RIM akan membangun Network Agregator di Singapura, Tifatul mengaku sudah mendengar isu tersebut, dan akan mengonfirmasi ke pihak perusahaan asal Kanada tersebut.
“Sebenarnya masalah keinginan berinvestasi itu urusan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan RIM sendiri sebagai pemilik uang. Kita tidak bisa paksa dia mau investasi dimana,” jelasnya.
Secara terpisah, anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi mengungkapkan, RIM telah mengirim surat pernyataan tentang rencana membangun network agregator di Singapura. “Mereka akhirnya memilih Singapura untuk Network Agregator kawasan Asia,” jelasnya.
Sebelumnya, kantor MenkoPerekonomian mengungkapkan, RIM segera investasi di Indonesia untuk pengembangan riset center dan institut aplikasi yang pasarnya dunia
RIM pada November nanti akan mengajukan konsep investasinya di Indonesia
Upaya pembangunan institut aplikasi RIM ini rencananya akan dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa institute teknologi di Indonesia, seperti di Bandung dan Bali.
Menanggapi hal ini, Pengamat Telematika Abimanyu Wachjoewidajat menegaskan, investasi RIM di bidang aplikasi tidak signifikan karena bentuknya kerjasama dengan para kreator. “Kalau pengembangan aplikasi, jika dijual itu ada sharing. Harusnya investasi langsung yang membawa dampak bagi sektor riil,” jelasnya.
Pengamat telematika lainnya, M.S Manggalany mengungkapkan, RIM harus didesak secepatnya membangun data center di Indonesia sebelum tren BlackBerry menurun. “Tidak mahal dan susah investasi untuk Data Center itu. Ini masalah kemauan perusahaan itu mengikuti aturan dan wibawa dari regulator lokal dimata pemain asing,” jelasnya.
Sementara menurut Anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya terombang-ambingnya masalah RIM tak bisa dilepaskan dari tidak jelasnya posisi Indonesia dalam bernegosiasi. [Dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan