Gaung masuknya industri telekomunikasi ke era broadband telah dimulai sejak tiga tahun lalu. Semua pemangku kepentingan di sektor ini pun sudah kasak-kusuk mempersiapkan diri menyambut datangnya era ini.
Hasil riset bank dunia di 120 negara selama 1980-2006 menunjukkan setiap kenaikan 10 persen dari penetrasi broadband akan meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) 1,21 persen di negara maju dan 1.38 persen untuk negara berkembang.
Sedangkan setiap peningkatan satu persen penetrasinya, tenaga kerja yang terpakai naik 0,2-0,3 persen. Sementara setiap investasi sebesar satu dollar AS untuk broadband, maka masyarakat akan mendapatkan keuntungan 10 kali lipatnya. Di Indonesia sendiri diperkirakan setiap pertumbuhan 10 persen dari broadband di Indonesia memberikan dampak tidak langsung mencapai 500 triliun rupiah.
Pemerintah pun sepertinya mulai menyadari pentingnya Broadband dengan memasukkan National Broadband Plan (NBP) ke dalam 23 kajian pembangunan enam koridor ekonomi.
Menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Komunikasi dan Informatika Gatot S. Dewa Broto, NBP bakal berdampak positif pada semua sektor seiring dengan proyeksi daya tarik investasinya yang mencapai 169,5 triliun rupiah.
“Dalam penyusunan draf NBP yang dipimpin oleh Kementerian Perekonomian, Kemenkominfo memberikan rambu-rambu dari berbagai aspek seperti regulasi, potensi pemain, kendala yang dihadapi, hingga roadmap,” ujarnya di Jakarta, Senin (30/5).
Diungkapkannya, dari sisi regulasi, Kemenkominfo telah memaparkan kapasitas ketersediaan frekuensi yang menjadi domainnya, di mana tidak dapat dibuat kebijakan di luar itu yang bertentangan. Selain itu, pemaparan soal konsep arah pengembangan broadband harus mengikuti perkembangan regulasi Kemenkominfo agar nantinya tidak terjadi pertentangan diantara pemangku kepentingan.
Berdasarkan draf NBP yang beredar, mekanisme pembangunan terdiri dari dua konsep, yakni mengembangkan jaringan eksisting (sharing) dan pembangunan baru. Jika konsep sharing dapat diterapkan secara ideal, potensi penghematan biaya bisa mencapai 73,5 triliun rupiah.
Sementara itu, sumber dana yang dialokasikan dari APBN nantinya hanya sebesar 8 persen dari total investasi, sedangkan 92 persen berasal dari dana swasta atau private public partnership (PPP).
Pada 2014, adanya NBP membuat Broadband mampu menjangkau minimal 30 persen populasi yang tersebar pada enam koridor ekonomi untuk memberikan layanan akses broadband yang berkualitas berbasis service level guarantee dengan kecepatan mulai 2 Mbps, selain layanan Internet murah yang tetap tersedia dan didukung dengan kinerja layanan terbaik.
Ketua Umum Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) Sarwoto Atmosutarno mengungkapkan, jika penetrasi broadband tumbuh hingga 30 persen baru signifikan bagi perekonomian Indonesia.
”Nanti itu daya saing satu negara dilihat dari bandwitdh per kapita. Indonesia saat ini butuh konsumsi bandwitdh per orang sekitar 150 Mbps. Kita ini sudah terlambat dibandingkan Malaysia dan Singapura yang membidik kebutuhan bandwitdh per rumah tangga masing-masig 100 Mbps dan 1 Gbps,” jelasnya.
Anggota Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Nonot Harsono mengungkapkan, pemerintah sebenarnya sudah mencanangkan tentang pentingnya industri telematika dalam perekonomian nasional sejak 1997, tetapi janji manis itu belum terpenuhi hingga saat ini.
“Hingga kini belum ada langkah nyata yang diambil. Bahkan, badan legislatif pun belum memiliki visi yang jelas tentang broadband di Indonesia,” keluhnya.
Menurut Nonot, salah satu masalah yang dihadapi Indonesia dalam mewujudkan era broadband economy itu adalah pembangunan infrastruktur. Saat ini, pembangunannya diserahkan kepada swasta, yakni operator telekomunikasi.
”Kita sudah lama bergelut dan mendiskusikan dana Universal Service Obligation (USO) digunakan untuk pengembangan broadband. Hingga sekarang untuk menggelontorkan ICT Fund dari dana USO masih digantung terus oleh Kemenkeu, walaupun Kemenkominfo sudah datang dengan konsep yang lumayan kuat,” sesalnya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan