Jasa TV berbayar di Indonesia pada tahun ini diproyeksikan tumbuh 30 persen atau mencapai 1,69 juta pelanggan. Sedangkan pada tahun lalu penetrasi TV berbayar hanya mencapai 1,3 juta sambungan.
Angka ini adalah yang terendah di kawasan Asia Tenggara mengingat potensi pasar yang dimiliki Indonesia adalah 40 juta rumah tangga pemilik TV. Seharusnya, pengguna TV berbayar diestimasikan sebesar 12 juta pelanggan atau sekitar 30 persen dari total populasi TV nasional.
Di Indonesia pemain TV berbayar ada beberapa pemain seperti Indovision, Telkom Vision, Aora TV, First Media, Mega Vision, dan IM2. Tiga pemain menguasai pasar dengan jumlah pelanggan yang signifikan yakni Indovision (700 ribu pengguna), TelkomVision (300 ribu pelanggan), dan First Media (150 ribu pelanggan).
”TV berbayar di Indonesia tidak maju karena masalah konten. Di Indonesia ini konten asing sangat mendominasi sehingga membuat biaya operasional membengkak, akhirnya operator menjadi kelimpungan mencari keuntungan karena semua dana dialokasikan membeli konten,” ungkap Direktur Utama Telkom Vision Elvizar KH di Jakarta, Senin (23/5).
Menurutnya, sebagai operator TV berbayar yang paling lengkap media untuk meyalurkan konten mulai dari satelit, kabel, hingga Internet Protocol TV (IPTV), pihaknya harus kreatif menghadirkan konten yang menarik tanpa membebani biaya operasional.
”Kami akan meluncurkan IPTV secara komersial pada Juni nanti. Jika tidak digandeng banyak pemain konten lokal, bisa jadi layanan ini tidak berkembang karena keterbatasan konten. Kita mau jadikan IPTV sebagai sarana pendukung bagi kreator lokal, sehingga kolaborasi bisa saling menguntungkan,” jelasnya.
IPTV didefinisikan sebagai Interactive Personalize TV menggunakan kabel untuk bisa diakses pelanggan dan dijamin tingkat kerahasiaannya sehingga pelanggan bisa mereview menggunakan jaringan kabel telepon dan kabel broadband dalam satu waktu.
Untuk merealisasikan IPTV ini dibutuhkan dana 50 hingga 100 miliar rupiah. Hingga 2015, Telkom Vision optimis bisa meraih 1 juta pelanggan IPTV. Harapannya, setelah memperoleh 17.000 pelangggan tahun ini, jumlah pelanggan tersebut akan terus naik menjadi 200.000 tahun 2012, sebanyak 500.000 pelanggan di tahun 2013 hingga pada 2015 nanti menembus 1 juta pelanggan.
Fitur TV on Demand (TvoD) dan Video on Demand (VoD) merupakan salah satu unggulan yang ditawarkan oleh IPTV, dimana melalui TVoD pengguna bisa melihat program TV yang sudah tayang sebelumnya, dengan flashback sampai 2 hari kebelakang. Sedangkan VoD sendiri memungkinkan pengguna menyewa film-film eksklusif dengan tambahan biaya per film.
“Kita sejak Februari lalu sudah melakukan ujicoba terhadap 300 pelanggan yang diantaranya pengguna internet Speedy dan komunitas seerta orang terkenal. Hasilnya sebagian besar dari mereka puas, terlebih fitur di IPTV seperti TV on Demand dan Video on Demand,” jelas Elvizar.
Head of IP TV Telkomvision Bambang Lusmiadi mengungkapkan, layanan miliknya sangat mendukung dan mendorong adanya konten lokal. “Jangan sampai kita kalah dengan tayangan luar atau bahkan tetangga yang mempunyai acara sendiri. Kita ingin IPTV ini menjadi platform baru bagi konten lokal. Langkah ini telah dimulai dengan menggandeng 14 produsen film dan delapan perusahaan rekaman musik Indonesia untuk mengisi konten IPTV,” kata Bambang.
Beberapa penyedia konten lokal yang telah digandeng adalah MovieStar, 13 Entertainment, Rapi Film, Indica Pictures, Kompas Gramedia Production, RPM, Trinity, Warner Music Indonesia, Musica Studio, dan StarVision.
Diungkapkannya, Telkom Vision telah menyiapkan berbagai konsep pola pembagian pendapatan dengan pemilik konten lokal agar mau mengisi IPTV mulai dari 50:50, 60:40 atau bahkan 30:70 tergantung kualitas konten yang ditawarkan.
Praktisi telamatika Mochammad James Falahuddin mengakui, memperkaya konten sebelum IPTV diluncurkan adalah langkah yang tepat dilakukan oleh Telkom Vision mengingat sebagai operator pertama yang memiliki layanan ini tantangannya lumayan berat. ”Telkom Vision adalah pionir sehingga harus mengedukasi pasar dengan tepat tentang layanan ini. Selain itu, operator ini juga harus pintar menentukan harga berlangganan agar pasar bisa merespons dengan positif,” sarannya.[dni]