Tiga operator yang menjadi penguasa pasar telekomunikasi Indonesia telah mengumumkan kinerjanya selama kuartal pertama tahun ini. Ketiga operator itu adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), PT Indosat Tbk (Indosat), dan PT XL Axiata Tbk (XL).
Telkom melanjutkan stagnannya pertumbuhan pendapatan dan laba yang telah dimulai sejak akhir tahun lalu dengan meraup omset 16,706 triliun rupiah atau tumbuh 2,11 persen dibandingkan periode kuartal pertama 2010 sebesar 16,356 triliun rupiah. Laba bersih hanya tumbuh 1,5 persen dibandingkan periode kuartal I 2010 atau hanya sebesar 2.828 triliun rupiah.
Sementara Indosat pada kuartal I 2011 membukukan laba bersih 453,9 miliar rupiah atau meningkat 63,3 persen dibandingkan periode yang sama sebelumnya sebesar 278 miliar rupiah. Omset yang diraup selama kuartal I 2011 sebesar 4,8778,8 triliun rupiah atau tumbuh 3 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai 4.877,8 triliun rupiah. Pendapatan seluler yang berkontribusi 80 persen bagi total omset Indosat tumbuh 6,2 persen dari 3,734,3 triliun rupiah menjadi 3,964,4 triliun rupiah.
Sementara Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) mengalami penurunan sebesar 0,2 persen menjadi 2.223,7 triliun rupiah dengan marjin EBITDA hanya 45,6 persen.
Namun, dibalik pertumbuhan yang dialaminya, Indosat sedang menghadapi bahaya laten berupa turunnya secara drastis Average Revenue Per User (ARPU) pelanggan seluler dan hilangnya dalam jumlah banyak pengguna Fixed Wireless Access (FWA), serta broadband.
Tercatat, ARPU seluler Indosat turun dari 33.827 rupiah pada kuartal I 2010 menjadi 28.828 rupiah pada kuartal I 2011. Sementara Pelanggan FWA hilang 38,1 persen dari 686,5 ribu nomor menjadi 424,8 ribu nomor. Sedangkan pelanggan broadband hilang 28,1 persen dari 755,6 ribu nomor menjadi 543,2 ribu nomor.
Tantangan lain yang dihadapi Indosat adanya program Voluntary Separation Scheme (VSS/ Pensiun Dini/Pendi) yang menelan biaya 116 miliar rupiah. Diyakini aksi Pendi akan terus berjalan selama tahun ini mengingat struktur organisasi anak usaha Qatar Telecom ini terlalu gemuk sehingga bottom line dari perseroan akan tertekan selama tahun ini.
Sedangkan XL masih mampu mempertahankan prestasinya selama setahun belakangan yang selalu mencatat pertumbuhan di atas rata-rata industri. Anak usah Axiata itu pada kuartal pertama 2011 meraup omset 4,5 triliun rupiah atau meningkat 9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
Laba bersih XL sebesar 756 miliar rupiah atau naik 26 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. EBITDA mencapai 2,4 triliun rupiah atau naik 50 persen dibandingkan periode sama tahun lalu. Dan EBITDA margin tetap stabil di level 52 persen.
XL juga memiliki pekerjaan rumah karena selama kuartal I 2011 karena kehilangan 1,1 juta pelanggan dibandingkan posisi akhir 2010. Tercatat, XL sekarang memiliki 39,3 juta pelanggan dari posisi akhir 40,4 juta pelanggan.
Melihat kinerja dari tiga besar yang menguasai pasar hampir 85 persen ini, para analis ramai-ramai mengoreksi pertumbuhan sektor telekomunikasi dari 9-10 persen menjadi di kisaran 8 persen.
Suara Flat
Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah menjelaskan, stagnannya kinerja perseroan pada kuartal I tahun ini karena beberapa faktor. Pertama, secara operasional periode kuartal I selalu kecil pertumbuhannya dibandingkan tiga kuartal lainnya selama satu tahun.
Kedua, jasa telepon tetap kabel yang terus menunjukkan penurunan yakni sekitar 8 persen. Terakhir, kinerja anak usaha, Telkomsel, yang menjadi andalan sebagai penyumbang terbesar pendapatan hanya tumbuh sekitar 4 persen.
“Salah satu yang harus dicermati adalah kondisi saat ini dimana pendapatan dari jasa suara baik itu seluler atau telepon tetap cenderung flat. Walau ada penurunan biaya interkoneksi dan tarif retail, ternyata itu tidak membuat jasa ini tumbuh. Sekarang kami sedang mencari solusi untuk mendapatkan pertumbuhan yang tinggi dengan menggenjot layanan data. Sebanyak 65-70 persen dari belanja modal 16-17 triliun rupiah digunakan untuk mengembangkan jasa data baik itu produk Speedy atau Telkomsel Flash,” jelasnya.
Presiden Direktur XL, Hasnul Suhaimi mengakui pasar yang mulai jenuh ditandai penetrasi SIM Card yang melewati total populasi sebagai pemicu melambatnya kinerja selama kuartal I 2011 ini. “Kami terpaksa melakukan pembersihan nomor-nomor yang tak produktif ini karena kompetisi yang ketat sehingga ada perpindahan pelanggan demikian cepatnya,” katanya.
Menurutnya, melihat kondisi dimana tarif untuk suara dan SMS sudah sangat rendah, perseroan melihat tidak ada manfaat untuk menurunkan tarif lebih dalam karena elastisitasnya sudah tidak ada lagi.
”Kami tidak berniat untuk terlalu agresif dalam merespon kompetitor kami. Harapannya pada meningkatnya popularitas layanan Mobile Data Service (MDS) yang menjadi sumber pertumbuhan pendapatan dikemudian hari. Pada tahun lalu jasa ini berkontribusi 7 persen, diharapkan menjadi 9-10 pada 2011. Secara keseluruhan, XL tetap ingin tumbuh di atas rata-rata industri,” jelasnya.
Presiden Direktur Indosat Harry Sasongko mengungkapkan, tantangan yang dihadapi perseroan pada tahun ini adalah mempertahankan bottom line tetap positif karena beban penyusutan terus meningkat dan mengisolir dampak dari program Pendi.
Secara terpisah, Praktisi Telematika Bayu Samudiyo menyarankan operator besar harus pintar meningkatkan produktifitas setiap pelanggan yang dimilikinya karena margin dari akusisi semakin tipis. Apalagi, biaya pemasaran cenderung meningkat yang bisa menggoyang kinerja bottom line.
Disarankannya, pemerintah pun harus mulai mewaspadai melambatnya kinerja para operator dengan memberikan insetif seperti harga blok frekuensi untuk data yang lebih terjangkau. “Operator sekarang kekurangan kapasitas mengembangkan jasa data. Jika diberikan Biaya Hak Penggunaan (BHP) frekuensi yang terjangkau ini akan signifikan mengurangi biaya operasional,” jelasnya.[dni]
Mei 5, 2011
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar