JAKARTA—Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia siap berdialog dengan Saudi Telecom (STC) terkait nasib anak usahanya di Indonesia, Natrindo Telepon Selular (NTS/Axis) yang sedang kesulitan bersaing di pasar telekomunikasi lokal.
“STC internasional sudah berkirim surat kepada regulator mempertanyakan regulasi pentarifan dan persaingan di Indoensia. Kami welcome untuk berdiskusi,” ungkap Anggota Komite BRTI Heru Sutadi di Jakarta, Rabu (20/4).
Dijelaskannya, sebenarnya aturan interkoneksi dan tarif di Indonesia sudah jelas, dimana pemerintah hanya menetapkan formula atas tarif ritel saja. Dan khusus untuk penyelenggara dominan harus mendapat persetujuan BRTI ketika menetapkan tarif dasar
“Soal adanya permintaan pengaturan tariff batas bawah, dari diskusi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) diminta baiknya ditiadakan. Sebab khawatir tariff batas bawah itu mengunci tarif yang mungkin saja lebih murah,” jelasnya.
Menurutnya, hal yang terjadi di NTS memang unik karena sebenarnya tarif murah yang jor-joran dimulai oleh pemilik merek dagang Axis itu. “Harusnya jangan apa-apa dibenturkan dengan regulasi. Salah satu persoalan NTS adalah tidak ada orang indonesia di jajaran petingginya sehingga komunikasi yang terjalin selama ini dengan regulator tidak memahami budaya local,” ketusnya.
Masih menurutnya, pasar Indonesia sangat unik, sehingga cara-cara berdagang di luar negeri belum tentu cocok di sini. “Misalnya, jika mereka tidak memicu tarif gratis sekian ribu SMS yang tidak masuk akal, tidak mungkin mendorong pemain lain juga mengobral SMS secara tidak logis. Janganlah kegagalan manajemen dalam menjalankan usaha malah menuding regulator sebagai kambing hitam,” tegasnya.
Sebelumnya, VP Sales & Distribution Axis Syakieb A Sungkar meminta pemerintah untuk memberikan perhatian bagi operator baru yang sedang membangun jaringan dari serangan pemain besar, terutama dalam perang tarif.
“Jika incumbent ikutan obral tarif, sama saja menutup peluang bagi pemain baru untuk dikenal masyarakat. Harusnya pemain baru diberi kesempatan untuk berkembang,” jelasnya.
Syakieb berharap, regulator dapat mendengar suara hati operator pemain baru dan memberikan batas tarif bawah yang berbeda antara pemain baru dengan incumbent. Sehingga pemain baru ini diberi kesempatan berkembang. “Contohnya di Arab Saudi, ketika Etisalat masuk pasar, Saudi Telecom (STC) selaku incumbent dilarang untuk menurunkan tarif mereka,” tuturnya.
Axis pada tahun lalu berhasil mendapatkan 9 juta pelanggan berkat program roaming nasional dengan XL Axiata.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan