JAKARTA–PT Indosat Tbk (Indosat) berhasil mengurangi jumlah hutangnya sebesar 5,5 persen pada 2010 dibandingkan posisi 2009. Tercatat, pada 2009 anak usaha Qatar Telecom (Qtel) ini memiliki total hutang 25.474,4 triliun rupiah, sedangkan tahun lalu menjadi 24.063,2 triliun rupiah.
Presiden Direktur Indosat Harry Sasongko menjelaskan, pembayaran hutang bisa dilakukan melalui fasilitas kredit (refinancing) dari BCA sebesar 1,3 triliun rupiah, DBS (Rp400 miliar) dan Bank Mandiri (Rp900 miliar).
“Kami melakukan pelunasan obligasi jatuh tempo 2010 sebesar 234 juta dollar AS, pelunasan awal obligasi jatuh tempo pada tahun 2012 sebesar 109 juta dollar AS, dan pembayaran obligasi rupiah jatuh tempo pada tahun 2010 sebesar 640 miliar rupiah,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (24/3).
Sayangnya, walau sudah berhasil mengurangi salah satu pemicu menurunnya bottom line, perseroan tak bisa mengelakkan anjloknya laba bersih pada 2010. Tercatat, laba bersih 2010 sebesar 647,2 miliar rupiah atau anjlok 56,8 persen dibandingkan periode 2009 sebesar 1.498,2 triliun rupiah.
Sedangkan untuk top line pada 2010 perseroan membukukan pendapatan usaha terkonsolidasi sebesar 19,80 triliun rupiah atau tumbuh sebesar 5,2 persen terhadap tahun sebelumnya.
Earning Before Interest Tax Depreciation and Amortization (EBITDA) untuk 2010 tumbuh sebesar 9,7 persen menjadi 9.625,9 triliun rupiah dibanding periode 2009 sebesar 8.774,4 triliun rupiah. Dimana marjin EBITDA mengalami peningkatan sebesar 2,0 persen menjadi 48,6 persen.
Sementara Beban usaha meningkat sebesar 4,6 persen dalam periode ini, utamanya disebabkan oleh peningkatan beban pemasaran dan beban penyusutan dan amortisasi.
“Walaupun Average Revenue Per User (ARPU) selular turun 7 persen menjadi 34.712 rupiah dari 37.664 rupiah, tetapi pendapatan seluler yang berkontribusi 81 perswen bagi total omset perseroan tumbuh 12,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan pertumbuhan jumlah pelanggan selular yang signifikan menjadi lebih dari 44 juta,” jelasnya.
Pada tahun 2010, Indosat berhasil menambah 1.755 Base Transceiver Station (BTS) baru untuk mendukung perluasan bisnis. Pendapatan seluler sendiri pada 2010 sebesar 16.027,1 triliun rupiah. Sementara pendapatan non selulernya hanya 3.769,4 triliun rupiah alias turun 16,7 persen dibandingkan periode 2009 sebesar 4.524 triliun rupiah.
Sebelumnya, Telkomsel sebagai penguasa seluler memiliki pendapatan usaha
42 triliun rupiah dengan 95 juta pelanggan pada 2010, sementara XL Axiata dengan 40,4 juta pelanggan meraupomzet 17,6 T.
Pengamat telekomunikasi Bayu Samudiyo menilai jika hanya melihat dari omset seluler dan raihan pelanggan maka Telkomsel adalah pemilik pelanggan berkualitas dan produktif, disusul oleh XL dan Indosat.
“Telkomsel tidak mau menurunkan harga dengan cepat karena sudah memiliki pelanggan yang solid dan setia. Jika masyarakat ingin harga murah, pilihannya ada di XL dan Indosat,” jelasnya.
Diakuinya, sebagian pelanggan Telkomsel menggunakan XL dan Indosat tapi tetap menggunakan Telkomsel sebagai kartu utama. “Inilah yang disebut fenomena wallet share dimana pengeluaran telekomunikasi pelanggan terpecah,” jelasnya.
Menurutnya, Telkomsel di masa depan tidak akan memiliki pertumbuhan pendatapan yang tinggi lagi. strategi yang dilakukan oleh pemimpin pasar ini adalah menjaga pelanggannya sendiri agar lebih sering menggunakan kartunya sehingga wallet share pelanggan sebagian besar dilarikan ke penggunaan Telkomsel, sebagai kartu utama.
Masih menurutnya, dari fenomena itu terlihat bahwa pelanggan seluler itu orangnya itu-itu juga, tidak bisa bertambah terlalu banyak.
Hal ini karena GDP Indonesia cuma tumbuh 6 persen setahun sehingga tidak mampu mencetak orang- kaya yang baru. Bandingkan dengan China yang GDP-nya tumbuh 20 persen per tahun dengan basisi penduduk 2 miliar jiwa, sehhingga pelanggan seluler yang solid terus tumbuh.[Dni]