JAKARTA—Maskapai penerbangan mendesak perbaikan sarana dan prasarana penerbangan untuk mengantisipasi pertumbuhan penumpang angkutan udara dan persiapan pemberlakuan kebijakan ASEAN Open Sky 2015.
Hal itu disampaikan oleh EVP Operation PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Capt. Ari Sapari dan Presiden Direktur Indonesia Air Asia (IAA) Dharmadi kala menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi V DPR-RI, Selasa (18/1).
“Kami sangat terkendala menambah frekuensi penerbangan karena keterbatasan sarana dan prasana penerbangan di Indonesia. Misalnya untuk masalah panjang landasan dan jam operasional bandara yang tidak standar di seluruh Indonesia,” katanya.
Diungkapkannya, panjang landasan di seluruh Indonesia tidak sama sehingga sulit untuk didarati oleh pesawat berbadan besar. Belum lagi masalah tidak beroperasinya bandara selama 24 jam yang membuat pesawat banyak terparkir. “Padahal maskapai lokal sedang dalam masa ekspansi karena pasar terus tumbuh,” jelasnya.
Dharmadi menambahkan, dibutuhkannya satu sistem standar navigasi di setiap bandara yang ada di Indonesia agar memudahkan maskapai untuk melakukan penerbangan dan peningkatan pelayanan di bandara. “Standar sistem check in harus ada. Ini agar penumpang nyaman menggunakan angkutan udara tidak hanya kala di udara, tetapi juga di darat,” katanya.
Hal lain yang menjadi catatan untuk ditingkatkan adalah integrasi moda dari bandara dan ke bandara yang masih sangat minim. “Lonjakan penumpang cukup membuat padat suasana di Bandara. Belum lagi persoalan integrasi moda yang masih sangat minim seperti taxi dan bus. Karena itu, kami meminta agar sarana dan prasarana diperbaiki,” katanya.
Pada kesempatan sama, Anggota Komisi V DPR RI KH Abdul Hakim meminta pihak Angkasa Pura I dan II selaku badan usaha pengelola Bandar Udara untuk memenuhi fasilitas Bandara sesuai dengan amanat UU No.1/2009 tentang Penerbangan.
“Sesuai dengan Pasal 219 ayat (1), setiap badan usaha bandar udara atau unit penyelenggara bandar udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta pelayanan jasa Bandar udara sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.” jelasnya.
Ditegaskannya, bila hal itu dilanggar, Badan usaha tersebut dapat dikenakan sanski sebagaimana diatur dalam pasal 219 ayat (5) yang berbunyi setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) dikenakan sanksi administratif berupa peringatan, pembekuan sertifikat hingga pencabutan sertifikat.
Direktur Utama Angkasa Pura II Tri S Sunoko dalam berbagai kesempatan mengakui ada berbagai kekurangan dari bandara yang dikelolanya, tetapi telah mencanangkan diri terus memperbaiki kualitas layanan. Misalnya, untuk Bandara Soekarno-Hatta yang dicanangkan menjadi bandara kelas dunia di masa mendatang.
Terus Berkembang
Sementara itu, terkait pengembangan maskapai ke depan, Ari mengungkapkan, sedang menimbang bermain di rute-rute domestik pendek. “Kami sedang mengaji menggunakan pesawat jenis ATR, Embraer, atau Bombardier untuk segmen tersebut,” katanya.
Menurutnya, pesawat berkapasitas kursi kecil memberikan keuntungan dari sisi operasional sedangkan rute yang dilayani menjanjikan keuntungan yang besar. “Untuk segmen Low Cost Carrier (LCC) dimana yang bermain Citilink sedang dipertimbangkan pemilihan pesawat jenis Airbus atau Boeing 737,” jelasnya.
Sedangkan Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengungkapkan, terus meremajakan armadanya dan sedang mempersiapkan diri untuk mendapatkan sertifikat IATA Operational Safety Audit (IOSA) .
“Pada tahun lalu kami mengangku 20 juta penumpang. Kita berencana pada 2017 semua armada berisikan B737-NG,” katanya.
Wakil Direktur Utama Sriwijaya Air Hasudungan Panjaitan mengungkapkan, perseroan sedang mempersiapkan grand design dari medium service menjadi full service pada Juli nanti. “Kami juga telah meminta ke Angkasa Pura II lahan seluas 5 HA untuk bisnis perawatan pesawat. Sriwijaya akan terus berkembang, hal itu terlihat pada kemampuannya mengangkut 600 ribu penumpang setiap harinya,” jelasnya.
Sementara Deputy Service Director Batavia Air M.Yamin mengungkapkan, maskapainya telah menguasai 60 persen dari total 36 unit armada yang dioperasikan. “Ini artinya Batavia tidak mengalami masalah dalam operasional atau pesawat mendadak ditarik lessor. Kami sendiri dalam pengembangan rute internasional seperti ke Australia, Osaka, dan Roma. Setiap bulannya dari 39 rute yang dijalani terangkut 500 ribu penumpang,” jelasnya
Dharmadi juga tidak mau kalah bersaing dengan menyatakan telah memiliki lima Hub di Indonesia yakni Medan, Cengkareng, Bandung, Denpasar, dan Surabaya.
Corporate Communication Manager Indonesia Air Asia Audrey Progastama Petriny mengungkapkan, maskapainya pada tahun ini menargetkan mengangkut 4,5 juta penumpang atau naik 12,5 persen dibanding 2010 sebesar 4 juta penumpang. Hampir 75 persen penumpang yang diangkut untuk rute internasional dan sisanya domestik. Sedangkan jumlah pesawat Airbus A320 yang dioperasikan rencananya berjumlah 16 unit dengan kedatangan dua armada baru pada tahun ini.[dni]