Tak terasa PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) pada 23 Oktober lalu telah berusia 154 tahun. Saat pertama beroperasi, layanan pertama yang diberikan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu adalah jasa telegrap elektromagnetik guna menghubungkan Batavia (Jakarta kini) dengan Buitenzorg (Bogor) pada 23 Oktober 1856.
Sebagai perusahaan telekomunikasi, Telkom adalah penguasa pasar untuk setiap jenis layanan yang diselenggarakannya. Di seluler, melalui Telkomsel, BUMN ini berhasil menguasai 55 persen pangsa pasar dengan 93 juta pelanggan. Hal yang sama juga terjadi di Fixed Wireless Access (FWA), dimana Flexi memiliki 16,2 juta pelanggan atau menguasai 50 persen pangsa pasar. Sementara untuk telepon tetap kabel bisa dikatakan Telkom bermain sendiri dengan sekitar 8 jutaan pelanggan.
Sumbangan dividen bagi negara pun yang diberikan oleh Telkom lumayan besar. Tercatat, dari 26 triliun rupiah total dividen milik semua BUMN pada Juli lalu, sebanyak 12,8 persen merupakan sumbangan perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar senilai 180 triliun rupiah itu.
“Saya mengharapkan Telkom dapat terus berkembang tidak hanya di Indonesia tapi juga mancanegara dan berjaya di regional, menjadi perusahaan idaman dan kebanggaan masyarakat,” ungkap Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah kepada Koran Jakarta, belum lama ini.
Dirjen Postel Muhammad Budi Setyawan mengharapkan, setelah mampu menyediakan layanan telekomunikasi bagi rakyat Indonesia, BUMN ini harus mampu meningkatkan accesability, affordability, dan kualitas layanan. “Seharusnya dengan usia melewati 1,5 abad, manajemen Telkom berfikir caranya untuk menjadi pemain penting di kawasan Asia,” katanya.
Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Setyanto P Santoso mengungkapkan, pada awal 1990-an Telkom sudah menjadi penguasa di Asean, bahkan pemain dari Singapura, Singtel belum ada apa-apanya. “Telkom ada kesempatan untuk kembali berkuasa dengan meningkatkan kualitas layanan sesuai standar internasional dan mewujudkan akses serat optik ke rumah dengan kecepatan minimum 1 Mbps. Broadband berbasis ekonomi akan menolong pertumbuhan Telkom lebih kuat,” katanya.
Praktisi telematika Suryatin Setiawan meminta pemerintah sebagai pemilik harus menyadari bahwa tantangan ke depan sangat berat dan perlu keputusan besar serta mendasar agar Telkom tetap menjadi yang terbesar di Indonesia
Keputusan besar. Itulah yang dinanti oleh karyawan dan manajemen Telkom dari Kementrian BUMN sebagai kuasa pemegang saham untuk menentukan nama yang menduduki posisi Direktur Utama setelah sejak Juni lalu diambil sikap mengambang dengan memperpanjang jabatan direksi dan komisaris yang telah habis masa tugasnya.
Kabar beredar, Tiga kandidat untuk direktur utama masih digodok oleh penguasa. Ketiganya adalah Rinaldi Firmansyah, Ermady Dahlan (Direktur Jaringan Telkom), dan Arief Yahya (Driektur Wholesales & Enterprise). Sementara untuk jajaran komisaris, nama Jusman Syafei Djamal (mantan Menhub), Johnny Swandi Sjam (Mantan Dirut Indosat), dan Rudiantara (Mantan Wadirut PLN) diyakini tinggal menunggu pengesahan saja saat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) nanti.
Bagi Telkom, masalah pejabat yang akan menduduki jajaran direksi dan komisaris ini sangat penting artinya agar pengelompokkan pendukung secara internal segera berakhir sehingga aksi korporasi untuk membesarkan nama Telkom bisa segera berjalan. Semoga pemerintah menyadari hal ini dan memberikan kado ulang tahun terbaik bagi Tekom.[dni]