Momentum Lebaran selalu dijadikan oleh operator telekomunikasi sebagai ajang adu gengsi. Tidak hanya memberikan jaringan berkualitas, tetapi juga program pemasaran yang menarik. Semua itu tak bisa dilepaskan karena bulan Ramadan dianggap mampu berkontribusi 30 persen bagi total pendapatan.
Adu gengsi dalam memberikan layanan berkualitas bisa disimak dari aksi uji jaringan yang dilakukan operator menjelang pemeriksaan dilakukan oleh regulator. Pelakunya untuk tahun ini adalah XL dan Axis. XL melakukan uji jaringan melibatkan media dan blogger, sementara Axis menjalankannya bersama para wartawan. Sementara Telkomsel yang selama ini dikenal transparan dan getol memaparkan kemampuan jaringannya dengan uji langsung bersama media, untuk Ramadan kali ini absen.
Sedangkan di program pemasaran, semua operator gencar mengguyuri pasar dengan penawaran menarik. Bakrie Telecom dan Smart Fren menawarkan ponsel berbau konten Islami. Telkomsel dalam payung Telkomsel Siaga 2010 menawarkan konten lengkap pada menu *123#, antara lain jadwal puasa dan sholat, SMS Infaq, Al Qur’an Selular, mobile book islami, NSP, ringtone, SMS ibadah, video doa dan pendidikan anak tentang Islam.
XL pun tak mau kalah menawarkan program Paket Ramadan untuk pelanggan yang menawarkan tarif kompetitif dan konten Islami. Bahkan XL menawarkan tarif 25 rupiah per menit untuk panggilan ke sesama pelanggannya mulai dari menit pertama. Aksi dari XL ini dijawab oleh Telkomsel dengan menawarkan tarif 20 rupiah per menit walau hanya berlaku di area tertentu untuk pelanggan Kartu As.
Aksi paling berani untuk urusan tarif dilakoni oleh Tri yang mengeluarkan promo Tarif Edan yakni 99 rupiah per menit kesemua operator dan sesama nomor Tri. Tri juga menghadirkan paket sms termurah mulai 399 rupiah per hari untuk 100.000 sms per hari.
Operator pun tak lupa memanjakan pelanggan dengan membuka posko mudik atau membawa pelanggan mudik bersama. XL, Smartfren, Indosat, Telkomsel adalah operator yang melakukan hal itu. Sayangnya, Telkomsel melepas tradisi mudik bersama menggunakan pesawat dan mengganti dengan kapal laut. Padahal, arus mudik tahun ini paling tinggi pertumbuhannya adalah di angkutan udara.
Praktisi telematika Bayu Samudiyo menilai hal yang wajar operator jor-joran memanfaatkan momentum Ramadan karena daya beli masyarakat meningkat. “Tetapi margin yang didapat oleh operator dibandingkan dengan usaha yang dilakukan tidak sebesar era industri berjaya lima tahun lalu. Margin yang didapat sangat tipis karena pemain mulai banyak dan program nyaris sama. Namun, operator harus melakukan itu semua karena citra harus dijaga,” katanya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan