Simak data berikut. Sistem Android yang mulai mengguncang dunia pada awal tahun ini mulai berbicara banyak di pasar smartphone negeri Obama. Survei terakhir mengatakan platform terbuka untuk smartphone dari open handset alliance berbasis pada Linux dan Java yang diusung Google itu berhasil menguasai pangsa pasar sebesar 33 persen. Sementara BlackBerry (28%) dan iPhone (22%).
Angka itu menunjukkan riset yang dilakukan ComScore, dimana menempatkan Android sebagai sistem operasi paling berbahaya pada 2010 terbukti benar. Tercatat, 200 ribu unit ponsel Android terjual setiap hari di seluruh dunia dimana chipset milik Qualcomm menguasai sekitar 140 model. Selain Qualcomm, chipset yang mendukung Android adalah Marvell.
Di Indonesia, Telkomsel merupakan operator pertama yang meluncurkan ponsel android bekerjasama dengan HTC pada Juni 2009. Sedangkan pemain kedua yang gencar memasarkan adalah Indosat yang mampu menggaet 60 ribu pengguna ponsel Android di jaringannya. Sementara XL hanya mampu memikat sekitar 10 ribu pengguna.
Kabar terbaru adalah, pemain Fixed Wireless Access (FWA) milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom), Flexi, ikut mencari celah untuk bersaing di memanjakan pengguna Android yang haus akses data itu.
“Kami yang pertama di Indonesia mendukung inovasi Android untuk pemain FWA atau CDMA. Ini menunjukkan Flexi tidak hanya lebih irit dalam bicara, tetapi juga mendukung akses data para pelanggannya,” ungkap Deputy Commerce Telkom Flexi Judi Achmadi di Jakarta belum lama ini.
Diungkapkannya, untuk tahap awal program bundling akan dilakukan dengan penyedia ponsel IVIO. Setelah itu, Flexi juga segera menambah empat mitra lainnya yaitu Hisense, Haier Mobile, ZTE, dan TiPhone. Hingga akhir tahun nanti ditargetkan bisa meraih 100.000 pelanggan baru Flexi dari bundling ponsel Android.
“Peluncuran Flexi Android untuk memenuhi gaya berkomunikasi pelanggan yang telah bergeser dari era mulut dan telinga (suara) ke mata dan jari (akses data),” tegasnya.
Untuk menyemarakkan layanan Android, Flexi menggandeng 150 mitra penyedia konten mengembangkan aplikasi Flexi di Google Android Market. Aplikasi Flexi Market ini dijadwalkan hadir September mendatang dengan metode pembayaran lewat FlexiCash.
Flexi pun sadar dengan menghadirkan Android maka kapasitas jaringan harus ditingkatkan karena platform itu membawa environment dari komputer ke ponsel. Rencananya kecepatan akses 153 Kbps akan ditingkatkan dengan inovasi Evolution Data Only (EVDO) di enam kota pada akhir tahun nanti sehingga bisa menghadirkan kecepatan hingga 3 Mbps bagi 16,2 juta pelanggannya.
Country Manager Qualcomm Indonesia Harry K Nugraha menilai, langkah Flexi yang akan meningkatkan kapasitas jaringan ke EVDO untuk melayani pelanggan data sudah tepat. “Secara teknis dedicated channel lebih baik daripada digabung dengan suara. Tinggal nanti manajemen trafik design dari Flexi untuk menyesuaikan kebutuhaan pelanggan,” katanya.
Tak Diam
Menanggapi aksi dari Flexi, dua pesaing terdekat yang menggunakan teknologi sama, Bakrie Telecom dan Smart Telecom tidak tinggal diam.
“Hubungan kami dengan Google lumayan dekat. Menggarap ponsel Android itu salah satu hal yang sedang dikaji. Produk AHA akan menggarap segmen ini karena haus data,” ungkap Wakil Direktur Utama Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer
Division Head of Marketing Multimedia Smart Telecom Ruby Hermanto menjanjikan, akhir tahun ini atau paling lambat awal tahun depan, Smart akan melayani pengguna Android. “Ponsel Android cukup menjanjikan, tetapi tidak dalam jangka waktu dekat. Masih butuh edukasi dan pembiasaan dari design ponsel qwerty ke layar sentuh. Kami akan datang dengan penawaran harga yang kompetitif agar diterima pasar,” katanya.
GM Mobile Data Services Channel Development XL Handono Warih mengungkapkan, semua operator yang melayani Android masih meraba dan belum menemukan strategi yang solid untuk bekerjasama dengan Google secara holistik. Dalam memasarkan Android para prinsipal mendatangi operator untuk meminta bundel data tanpa ada keinginan membangun infrastruktur bersama.
“Semua operator dalam tahap mencoba seperti bundling dengan eksisting paket data dan berjualan di jalur distribusi tradisional. Berbeda dengan BlackBerry dimana ada infrastruktur yang dibangun. Jika pola pemasaran Android seperti itu,maka akan datar saja kurvanya di Indonesia,” katanya.
Diingatkannya, Android adalah ponsel untuk pengguna menengah ke atas, sehingga jika ada pemain baru yang ingin masuk harus konsisten bermain di area tersebut. “Ini kan konsumsi datanya boros. Jika mau banting harga layanan di ponsel merek lokal saja,” katanya.
Sementara Group Head Vas Marketing Indosat Teguh Prasetya memperkirakan Android akan hype di kategori smartphone untuk Indonesia dalam waktu dua tahun mendatang. “Jika ada smartphone merek lokal menawarkan Android itu hanya mendorong pengguna merasakan Android soalnya merek terkenal belum bermain di harga murah. Ponsel merek lokal yang beredar sekarang sangat terbatas mendukung Android karena kemampuan chip,” katanya.
Pada kesempatan lain, Praktisi telematika Raherman Rahanan memperkirakan, penggunaan Android akan mampu menyaingi kompetitornya di Indonesia menjelang kuartal keempat tahun ini atau pada kuartal pertama 2011.
Pendorongnya adalah harga perangkat dan berlangganan yang murah, adanya aplikasi Instant Messaging dan Social Networking Services seperti Facebook atau Twitter.
Untuk perangkat murah Google sudah memberikan sinyal akan mendorong manufaktur seperti LG, Huawei, Samsung membuat smartphone yang terjangkau. Sedangkan untuk berlangganan bulanan secara tarif flat bisa dikembangkan dengan tidak hanya bergantung pada teknik APN seperti di BlackBerry.
Terakhir adalah, calon aplikasi pembunuh berupa VoIP Calls mulai dari Skype, Fring hingga Google Voice dan Gizmo5 yang akhir-akhir ini menawarkan free call antar aplikasi serta free call atau Unlimited call (berlangganan bulanan US10) ke negara tertentu. “Kelemahan ponsel Android itu hanya pada boros baterai. Jika ini bisa diperbaiki, pengguna akan makin setia,” katanya.[dni]
September 1, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar