Tak mau menyerah. Ungkapan inilah yang pantas diberikan pada PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) melalui aksinya membuat anak usaha baru yakni Bakrie Connectivity (BCONNET). Anak usaha ini bergerak dibidang jasa mobile broadband dengan kecepatan minimal mulai dari 3,1 Mbps melalui teknologi Evolution Data Optimized (EVDO) Rev A.
EVDO Rev A adalah evolusi dari teknologi Code Division Multiple Access (CDMA 1x) yang menawarkan kecepatan maksimum 3,8 Mbps untuk download dan 1,8 untuk upload. Tahap pertama BCONNECT dengan merek dagang AHA akan hadir di lima kota yakni Bogor, Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, dan Malang. Hingga akhir tahun jumlah tersebut diharapkan naik menjadi 10 kota.
Rencana ke depan untuk pengembangan jaringan adalah membangun serat optic disepanjang ruas toal Kanci-Pejagan, milik PT Bakrieland Development Tbk selain pengembangan jaringan kabel dan infrastruktur tower di wilayah Jawa dan Sumatera.
Sebenarnya BTEL sudah pernah mencoba bermain di akses data beberapa tahun lalu melalui produk Wimode, namun gagal total. Hal ini karena spektrum yang dimiliki hanya 3 kanal sehingga Wimode sering diidentikkan koneksi lemot oleh penggunanya.
Namun, berkat kemurahan hati dari pemerintah tahun lalu, BTEL akhirnya memiliki empat kanal alias lebar pita frekuensi sebesar lima MHz. Tambahan satu kanal sebesar 1,25 MHz inilah yang digunakan oleh BCONNECT untuk menggelar EVDO Rev A.
Sejak enam bulan lalu, BCONNECT digeber dilahirkan dengan menelan investasi 100 juta dollar AS. Sebanyak 30 hingga 40 juta dollar AS belanja modal BCONNECT terserap untuk memasang modul EVDO Rev A di 70 persen total 3.900 BTS milik BTEL, sedangkan untuk transmisi backhaul juga menyerap anggaran 30 juta dollar AS, dan sisanya untuk backbone dan IT System.
Wakil Direktur Utama Bidang Jaringan Bakrie Telecom M. Danny Buldansyah membantah jika dulunya Wimode gagal. “Itu bukan gagal, tetapi hanya tidak fokus saja. Kita dulu punya tiga kanal. Sekarang ada 4 kanal, sehingga tiga bisa buat suara, satu untuk data,” katanya.
Menurutnya, satu kanal untuk data masih mampu melayani 50-60 pengguna EVDO dalam satu jangkauan BTS dengan akses masing-masing pengguna 500-600 Kbps. Sedangkan kapasitas satu kanal itu bisa menampung 4 juta pelanggan. “Kapasitas sebesar itu bisa memberikan keuntungan yang lebih besar dari investasi yang dikeluarkan. Soalnya Average Revenue Per User (ARPU) dari pelanggan data itu sekitar 100 ribuan rupiah,” jelasnya.
Presiden Direktur BCONNECT Erik Meijer menjelaskan, alasan BTEL membentuk anak usaha yang khusus bermain di data karena di masa depan pasar ini sangat menjanjikan. “Di Indonesia penetrasi internet baru sekitar 15 persen. Pemainnya banyak, tetapi penetrasi terbatas. Jika BCONNECT masuk ke pasar dengan strategi disruptive innovation, bisa meningkatkan penetrasi. Tahap awal kami sediakan modem AHA sebanyak 100 ribu unit,” ungkapnya.
Sementara Komisaris Utama BCONNECT Anindya N Bakrie mengharapkan, dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan anak usaha ini berkontribusi 30 persen bagi BTEL. Saat ini pendapatan dari data bercampur dengan Value Added Services (VAS) dan berkontribusi 10 persen. “Kalau tahun pertama ini, BCONNECT masih menjadi bagian dari mendukung target BTEL mencapai 14 juta pelanggan pada akhir tahun nanti,” ungkapnya.
Klarifikasi
Pada kesempatan lain, Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) Heru Sutadi menegaskan akan meminta klarifikasi tentang BCONNECT kepada BTEL karena tidak ada pemberitahuan resmi tentang entitas baru itu.
“Kami tidak mendapatkan pemberitahuan sama sekali. Ada beberapa hal yang perlu diklarifikasi agar tidak ada dusta diantara kita,” selorohnya.
Hal yang perlu diklarifikasi adalah tentang spektrum frekuensi yang digunakan, jenis usaha yang dipilih, jangkauan, dan standar layanan.
“Masalah jangkuan itu harus jelas, soalnya BTEL itu lisensinya Fixed Wireless Access (FWA). Jika pengguna AHA bisa menggunakan akses data layaknya seluler, itu tidak boleh karena penomoran di FWA berlaku di satu kode area,” katanya.
Heru pun mengingatkan masalah istilah Broadband Wireless Access (BWA) yang digunakan dalam tagline AHA. Jika merujuk pada aturan BWA maka kecepatan yang diberikan ke pelanggan mulai 256 Kbps. “Itu harus stabil kecepatannya. Padahal di radio itu ada sharing bandwidth. BTEL harus hati-hati dalam pemasaran karena pelanggan internet itu kritis,” tegasnya.
Senang
Head of Core Product and Branding Smart Telecom Smart Ruby Hermanto mengaku senang dengan hadirnya BCONNECT yang sama-sama mengandalkan teknologi Rev A. “Itu bagus. Jadi, Smart ada teman mengedukasi pasar melawan teknologi High Speed Access (HSPA) dari GSM di pasar,” katanya.
Smart telah menggelar EVDO Rev A di 32 kota dan Rev B di satu kota. EVDO Rev B merupakan pengembangan dari jaringan EVDO Rev A yang menawarkan kecepatan maksimum 9,3 Mbps untuk download dan 5,4 Mbps (upload). Operator ini memiliki enam kanal sehingga sangat leluasa memanjakan 600 ribu pengguna akses datanya.
Ruby mengaku tidak khawatir dengan BCONNECT karena di pasar data masalah kualitas akan sangat menentukan. “Kalau hanya memiliki satu kanal itu lumayan berani. Bagaimana nanti menghadapi lonjakan trafik di padat populasi. Jika mengandalkan menambah BTS itu akan berbiaya tinggi,” katanya.
Ruby menyakini, hadirnya BCONNECT belum akan memulai perang tarif di akses data pada tahap awal. “Hal yang mungkin terjadi adalah perang penawaran perangkat ke konsumen. Soalnya mereka mau membuka segmen baru,” jelasnya.
GM Direct Sales XL Axiata Handono Warih melihat masuknya BTEL ke pasar data semakin menyakinkan tren bahwa data adalah masa depan bagi pendapatan. “Perang tarif data akan semakin ketat ke depan. Tetapi untuk jangka pendek XL tidak akan terjebak dalam perang tarif akses data jika BCONNECT memancing,” jelasnya.
Pengamat telematika Bayu Samudiyo mengharapkan, BCONNECT tidak hanya bermain di tarif untuk memenangkan persaingan, tetapi pada kualitas. “Sebaiknya jangan bermain di pasar unlimited karena di luar negeri model pemasaran itu sudah ditinggalkan dan beralih ke berbasis volume. Ini karena mereka sadar unlimited itu tidak mengembalikan investasi,” jelasnya. [dni]
Juni 29, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar