Posisi Nokia sebagai penguasa pasar telepon seluler (Ponsel) di Indonesia masih kokoh walau dalam waktu dua tahun belakangan ini mulai tergerus oleh merek lokal.
Simak data yang disajikan oleh lembaga riset GFK untuk Maret 2010 ini. Secara nasional, penjualan total ponsel merek lokal per triwulan pertama telah mencapai 22 persen alias rangking kedua di bawah Nokia yang memiliki pangsa pasar 51,2 persen
Angka 22 persen milik merek lokal itu berasal dari Nexian (5,7%), HT Mobile (4,1%), serta klasifikasi others atau gabungan ponsel merek lokal yang masing-masing pangsanya di bawah 2 persen yang mencapai 12,2 persen.
Angka ini cukup fantastis jika melihat Nexian dan HT Mobile sebagai entitas telah melampaui capaian merek global yang lebih dulu beroperasi, seperti LG (2,1%), HTC dan ZTE (0,1%), Huawei (0,4%), dan Motorola (1,1%).
Nokia pun sejak tahun lalu sudah menyadari ancaman dari merek lokal yang memiliki kekuatan pada harga murah dengan dukungan fitur melimpah serta desain Qwerty.
Setelah terkesan diam menghadapi gejolak pasar, akhirnya pada minggu pertama bulan ini, Nokia meluncurkan ponsel Nokia C3 di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Medan, Surabaya, Semarang, Denpasar, Makassar, Banjarmasin dan Palembang.
Ponsel ini dilengkapi dengan fitur Nokia Messaging yang memungkinkan pengguna untuk mengatur email dan chatting langsung dari perangkat ponsel tanpa PC. Tak hanya itu, Nokia Messaging mendukung akun email seperti Ovi Mail, Gmail, Yahoo! Mail, Windows Live Hotmail, beberapa penyedia email lokal, dan juga chat lewat Ovi Chat, Yahoo! Messenger, Windows Live Messenger, dan Google Talk.
Ponsel berbasis platform S40 dari Symbian ini memiliki konektivitas Wi-Fi, dan EDGE, kamera 2 megapixel, layar warna, dan dukungan untuk kartu memori hingga 8GB. Nokia C3 tersedia dalam warna Golden White, Slate Grey dan Hot Pink.
Country Manager Nokia Indonesia Bob McDougall mengungkapkan, Indonesia adalah negara pertama tempat peluncuran C3. “Sebagai salah satu negara dengan pengguna jejaring sosial terbesar di dunia. Kami optimis Nokia C3 bisa memberikan sentuhan yang lain untuk tetap terhubung dengan siapapun melalui layanannya,” katanya di Jakarta, belum lama ini.
Reaksi pasar pun terhadap produk yang dibanderol 1.159.999 rupiah itu menggembirakan bagi Nokia. Di Bandung, hanya dalam waktu sehari dua ribu unit C3 ludes.
Area Operations Manager Central Java-DIY Nokia Ikhwan Rudiyanto mengungkapkan, hadirnya C3 bisa menjawab tantangan berkompetisi di pasar karena saat ini produk yang laris adalah dengan kisaran harga satu hingga 1,5 juta rupiah. “Di area Jawa Tengah pertumbuhan penjualan kategori itu rata-rata 20 persen lebih tinggi dari nasional. Ponsel merek lokal main di harga itu. Hadirnya C3 diharapkan bisa mengangkat pangsa pasar Nokia di area ini,” katanya.
Tak Gentar
Komisaris TiPhone Hengky Setiawan mengaku tidak gentar dengan langkah Nokia melalui C3 karena produk yang dimilikinya masih lebih kompetitif. “Ponsel merek lokal dengan harga yang dibanderol Nokia, bisa memberikan fitur yang lebih seperti TV analog dan dual Sim card, atau banyak lainnya. Harga yang dibanderol Nokia masih belum kompetitif,” tegasnya.
Hengky pun menyakini segmen pasar yang akan diambil oleh C3 adalah pengguna Nokia sendiri. “Nanti para pengguna Nokia lama ingin naik tingkat beli C3. Untuk ponsel merek lokal segmennya ada sendiri,” katanya.
GM CSL Indonesia Edmundus Leonard mengungkapkan, jika tahap awal pembeli antri membeli satu produk dengan harga miring bukanlah kejutan karena ponsel merek lokal juga mampu melakukan hal yang sama. “Kami di daerah kalau meluncurkan satu produk, sampai antri satu lapangan bola. Perangnya itu nanti setelah masa penjualan,” katanya.
Menurutnya, harga yang dipatok oleh Nokia masih membuat aman para pemain merek lokal karena di atas satu juta rupiah. “Jika harganya sebesar itu, pelanggan akhirnya menabung untuk membeli BlackBerry. Sedangkan kami menawarkan ponsel dengan kemampuan setara BlackBerry tetapi harganya murah, segmen ini lumayan besar,” katanya.
Kerjasama
Sementara itu, Manager Brand Management Kartu As Telkomsel Tengku Ferdi Febrian mengatakan, masuknya Nokia C3 ke pasar memberikan alternatif bagi operator dalam penawaran bundling handset.
“Bagaimanapun merek Nokia itu memiliki daya magis di pasar. Telkomsel sendiri bekerjasama dengan Nokia untuk C3 melalui produk simPati,” katanya.
GM Direct Sales XL Axiata Handono Warih mengungkapkan, penjualan bundling dengan Nokia C3 yang bersifat terbuka melalui dealer sejauh ini menggembirakan. “Baru berjalan beberapa minggu, belum bisa dihitung,” katanya.
Menurutnya, langkah Nokia melalui C3 adalah pertaruhan melawan ponsel merek lokal. “Kita akan melihat dampaknya tiga bulan ke depan. Jika ternyata tidak mampu berbicara banyak di pasar alias menganggu merek lokal, berarti pimpinan Nokia harus berfikir ulang,” katanya.
Pada kesempatan lain Praktisi Telematika Faizal Adiputra mengakui C3 adalah sejarah baru bagi lini produk Nokia. “Secara teori produk ini menyasar segmen bawah tetapi dengan harga yang dipatok maka skala ekonominya di atas perangkat sejenis,” katanya.
Menurutnya, hadirnya C3 tidak akan mematikan ponsel merek lokal karena masyarakat masih membutuhkan perangkat dengan harga 500 ribuan rupiah. “Tetapi bagi merek lokal yang hanya bermental pedagang, bisa saja terlibas,” katanya.
Disarankannya, Nokia tidak terlena dengan keberhasilan tahap awal dimana perangkat laris manis tetapi tidak mengembangkan aplikasi. “Ponsel merek lokal sekarang sudah mengarah juga ke aplikasi. Jika Nokia terlena, maka bisa ketinggalan lagi,” katanya.
Masih menurutnya, walau Nokia adalah merek global, tetapi sebaiknya memberikan perhatian yang khusus bagi pasar Indonesia dimana anomali banyak terjadi di sini. “Di Indonesia yang disukai itu desain Qwerty, sementara global sedang tergila layar sentuh. Lambatnya Nokia mengantisipasi euforia Qwerty berhasil dimanfaatkan merek lokal dua tahun lalu, Nokia harus belajar dari kesalahan itu,” tuturnya.[dni]
Juni 14, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar