JAKARTA—PT Indosat Tbk (ISAT) belum mampu mengalahkan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dalam hal kinerja keuangan walau masing-masing perseroan memiliki lisensi terkomplit di industry telekomunikasi.
Hal itu terlihat dari laporan kinerja keuangan kuartal I 2010 dari kedua perusahaan yang dipublikasikan belum lama ini.
Telkom dari bisnis organik berhasil mendapatkan pendapatan usaha pada kuartal I 2010 sebesar 16,6 triliun, naik 6,25 persen dibanding periode sama tahun lalu sebesar 15,6 triliun rupiah. Sedangkan Indosat yang baru saja menyelesaikan penelaahan terbatas oleh akuntan independen atas hasil triwulan pertama membukukan pertumbuhan 2,6 persen secara tahunan pada pendapatan usaha terkonsolidasi menjadi 4,73 triliun rupiah.
Indosat memang mengalami pertumbuhan drastis pada laba bersih yakni sebesar 132,6 persen atau sebesar 278 miliar rupiah dibandingkan periode sama tahun lalu senilai 119,5 miliar rupiah, namun itu berkat keuntungan kurs.
Sedangkan Telkom mencatat laba bersih 2,8 triliun rupiah atau tumbuh 13 persen dari kuartal I 2009 sebesar 2,5 triliun rupiah. Laba Telkom melonjak selain ditunjang pertumbuhan pendapatan usaha, juga karena adanya keuntungan dari kurs. Tahun lalu Telkom rugi sekitar 200 miliar rupiah. Periode kuartal I 2010 untung dari kurs 164 miliar rupiah.
Menurut President Director dan CEO Indosat Harry Sasongko walaupun kinerjanya belum membaik, tetapi titik terang dari bukti keberhasilan strategi berimbang yang dipilih perseroan sudah menunjukkan hasil. “Secara keseluruhan Indosat tetap mempertahankan posisinya yang kuat sebagai penyedia layanan telekomunikasi dan informasi terintegrasi penuh terbesar kedua di Indonesia,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima Selasa (11/5).
Dijelaskannya, strategi pertumbuhan berbasis nilai yang berimbang diterapkansejak tahun lalu dengan mulai menyeimbangkan pertumbuhan pelanggan berbasis basis pengguna yang berkualitas, melalui pengurangan perilaku calling card dan pemangkasan jumlah pelanggan prabayar yang tidak aktif.
“Average Revenue Per Users (ARPU) kami meningkat sebesar 7,7% dari tahun lalu sebesar 30.625 rupiah menjadi 32.988 rupiah dengan penambahan hampir 6 juta pelanggan, jumlah pelanggan selular. Jasa seluler berkontribusi sebesar 75 persen bagi pendaptan perseroan,” katanya.
Benarkah demikian? Jika dibandingkan dengan Telkomsel dan XL yang sama-sama menjual jasa seluler, Bisa dikatakan Indosat dari sisi kinerja keuangan berada di paling buncit untuk posisi tiga besar.
XL pada kuartal pertama 2010 mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dengan nilai 4,2 triliun rupiah.
Telkomsel, mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 9 persen dibandingkan periode yang sama dengan tahun lalu sebesar 10,67 triliun rupiah.
Bahkan XL berhasil meningkatkan pertumbuhan Average Revenue Per Users (ARPU) sebesar 21 persen dibandingkan periode sama tahun lalu menjadi 35 ribu rupiah. Sementara ARPU Telkomsel turun 9 persen dari 47 ribu menjadi 43 ribu rupiah.
Jika menilik selama ini jasa seluler menyumbang sekitar 75 persen bagi total pendapatan Indosat, bisa dikatakan layanan itu memiliki nominal hanya sebesar 3,548,1 triliun rupiah.
Padahal, Indosat mencatat lonjakan pelanggan yang luar biasa jika dibandingkan dengan posisi akhir 2009. Tercatat, Indosat mendapatkan enam juta pelanggan baru hanya dalam kuartal pertama sehingga memiliki 39,1 juta nomor.
Bandingkan dengan XL yang “hanya’mendapatkan 1,2 juta pelanggan atau Telkomsel yang hanya mampu memikat 306 ribu pelanggan baru. Logikanya, jika Indosat berhasil meraup jumlah pelanggan yang besar, tentu akan linear dengan peningkatan jumlah pendapatan, layaknya Telkomsel yang memiliki pelanggan banyak.
Sebelumnya, Harry mengakui kinerja dari layanan selulernya belum bisa menyamai pertumbuhan industri yakni sebesar 10-15 persen hingga kuartal keempat 2010. “Pda kuartal keempat nanti baru terasa dampak keseluruhan dari strategi yang dipilih,” katanya.
Guna mencapai target tersebut, perseroan meremajakan jaringan dan berkomitmen memiliki belanja modal pada 2010 sebesar 550-700 juta dollar AS. Perusahaan juga memberikan panduan belanja modal yang dibayarkan sebesar 1,0-1,2 miliar dollar AS. “Ini kebijakan yang sesuai dengan panduan pelaporan pada tingkat Grup Qatar Telecom QSC (Qtel),” katanya.[dni]