Belum lama ini lembaga riset Gartner mengumumkan belanja aplikasi pengguna ponsel diperkirakan mencapai 6,2 juta dollar AS dengan jumlah konten yang diunduh sekitar delapan miliar pada tahun ini
Sedangkan pada tahun lalu Gartner mengungkapkan tercatat belanja aplikasi pengguna ponsel di dunia mencapai sekitar 4,2 miliar dollar AS dan diperkirakan pada 2013 akan meningkat menjadi 29,5 miliar dollar AS.
VP Digital Music & Content Management Telkomsel Krish Pribadi mengungkapkan, di Indonesia bisnis konten pun diprediksi bakal meraup banyak keuntungan tahun ini.
Salah satu indikatornya adalah maraknya aplikasi mobile seperti Facebook, Twitter, e-banking dan e-commerce, serta masih berjayanya bisnis Ring Back Tone (RBT).
” RBT telah sukses menjadi ‘pahlawan’ di industri rekaman. Di tahun 2005, dulu pembajakan musik telah menguasai 87 persen industri rekaman Indonesia. Saat itu RBT bak menjadi pahlawan, sebagai bentuk bisnis baru hingga kini,” paparnya di Jakarta, belum lama ini.
Diungkapkannya, pertumbuhan industri konten diprediksi bakal tumbuh pesat antara 35-50 persen pada tahun ini. “Sebagai informasi, pada tahun 2009 lalu industri konten meraup keuntungan dari 2 triliun menjadi 2,5 triliun rupiah,” jelasnya.
Full Track
Krish mengungkapkan, konten yang berbau musik tetap akan menjadi primadona dari pengguna karena sifatnya yang menghibur. “Saat ini saja RBT di Telkomsel sudah digunakan oleh sekitar 7 juta pengguna. Sedangkan full track digital musik menggaet 10 ribu pengguna. Full track ini akan menggantikan tren RBT dalam waktu tiga tahun mendatang,” ungkapnya.
Untuk diketahui RBT adalah konten yang memungkinkan memperdengarkan potongan lagu bagi pihak yang menelpon. Sedangkan full track digital musik adalah lagu diunduh utuh dan didengarkan sendiri oleh pengguna. Layanan full track ada yang ditawarkan oleh portal musik atau langsung dari operator. Konten ini membutuhkan dukungan jaringan data yang extensive kala mengunduh satu lagu.
Menurutya, antara full track digital dan RBT bukanlah industri yang identik sehingga ada peluang dan tantangan yang berbeda mengembangkannya. “RBT lebih close environment sedangkan full track itu lebih terbuka. Artinya alternatif terhadap pengembangan full track lebih terbuka mulai dari compact disc hingga portal,” katanya.
Dikatakannya, konten ini dilihat industri kreatif sebagai salah satu penyelamat ciptaanya terdistribusi dan tidak dibajak. Sedangkan dari sisi masyarakat sudah mulai ada kesadaran perlunya memiliki hasil kreatifitas yang legal. “Itulah kenapa operator berlomba menyajikan full track digital musik. Tren ke arah sana,” jelasnya.
Wakil Dirut Bakrie Telecom Bidang Pemasaran Erik Meijer mengakui, full track digital musik memiliki harapan sebagai salah satu mesin uang bagi operator. Hal itu dibuktikan dengan aplikasi yang dikembangkan oleh perusahaan ini melalui Esia MusicBox.
“Kami memiliki konsep sendiri dalam berjualan konten ini. Kita melakukan rental, karena Esia ingin masuk ke pasar dengan cara dan harga yang baik,” ungkapnya.
Diungkapkannya, pola yang ditawarkan Esia adalah menawarkan satu lagu selama 30 hari seharga seribu rupiah, setelah itu pengguna boleh mengunduh kebali atau memilih lagu ainnya.
“Ketimbang dijual putus satu lagu 5 ribu rupiah, itu susah menarik pelanggan. Soalnya setiap bulan pengguna itu berubah-ubah seleranya. Hasil dari pola seperti ini berhasil membetot sebesar 50 persen dari 100 ribu semua ponsel yang memiliki Esia MusicBox,” katanya.
Hambatan
Pada kesempatan lain, Praktisi telematika I Made Hartawijaya mengatakan, mengembangkan aplikasi full track digital musik memliki berbagai hambatan, salah satunya dari label musik tempat pemusik bernaung.
“Pola pikir label itu memiliki egoisme yang tinggi. Di satu sisi menitipkan lagu ke operator, disisi lain, dia jualan lagi ke pihak lainnya. Padahal sekarang bisnis mereka 70 persen dari operator telekomunikasi, misalnya melalui RBT itu. Masih banyak yang bisa diekploitasi dari industri musik ini jika ada kerjasama yang baik,” katanya.
Menurutnya, industri musik harus bisa berfikir ala digital dan meninggalkan berjualan bisnis musik tradisional. “Isu pembajakan dan mengukur sukses atau tidaknya lagu juga berbeda. Apalagi pola bagi hasilnya,” katanya.
Sementara Wakil Ketua Komite Tetap Informatika Kadin Iqbal Farabi mengakui full track digital musik sangat bagus untuk proteksi hak cipta dan royalti karena hitungan dan nilainya sdh jelas di depan. “Melalui mobile itu ada Digital Right Management (DRM) sehingga valid untuk bagi hasilnya,” katanya.
Menurutnya, tantangan mengembangkan aplikasi ini adalah harga retail, infrastruktur dan aplikasi yang masih mahal, serta sosialisasi masih minim dari operator. “Investasi untuk mengembangkan portal ini sekitar 50 ribu dollar AS. Pemilik portal biasanya minim budget. Sekarang operator mulai melirik bisnis ini, semoga bisa booming beberapa tahun ke depan,” jelasnya.
Sedangkan praktisi telematika lainnya, Andi S. Boediman mengungkapkan, masalah kecepatan mengunduh dan kemudahan memilih lagu juga menjadi hambatan bagi aplikasi full track digital musik. “Belum ada player yang sederhana seperti iTunes milik Apple,” katanya.
Buah Unbundling
Pada kesempatan lain, peneliti dari Lirne William H Melody menjelaskan, maraknya penawaran aplikasi di jasa telekomunikasi tak bisa dilepaskan dari dilakukannya unbundling layanan yang selama ini dimonopoli oleh operator.
“Kompetisi berubah dari pasar vertikal menjadi horizontal. Pemain-pemain aplikasi mulai tumbuh seiring operator memberikan jalan memanfaatkan infrastruktunya digunakan,” katanya.
Praktisi telematika Suryatin Setiawan menyarankan, menghadapi fenomena itu operator memiliki dua pilihan. Pertama , mengubah infrastruktur jaringan untuk merebut pusat kepintaran dari unit pelanggan (ponsel) , menjadikan infrastruktur jaringan menjadi platform yang dapat diakses oleh pengembang aplikasi independen kemudian mendukung operator memberi sumber pendapatan baru.
Sedangkan pilhan ke dua adalah mengubah diri dan menggeser fokus menuju ke arah pengelolaan yang menyeluruh dan intense segala macam aplikasi dan konten dan layanan internet serta layanan data di internet ( cloud computing). “Dua pilihan ini harus diambil untuk menghindari operator hanya menjadi sebagai penyedia pipa dan berujung pada berdarah-darahnya keuangan,” katanya.[dni]
April 22, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: 1 Komentar