Prinsipal BlackBerry asal Kanada, Research in Motion (RIM) merealisasikan janjinya untuk memperluas kanal penjualan perangkat yang paling diminati oleh pengguna gadget di negeri ini pada pekan lalu.
Kali ini, RIM menggandeng Brightpoint untuk memperluas penjualan perangkatnya, setelah sebelumnya bekerjasama dengan operator lokal menjual alat yang mencatat pertumbuhan penjualan tertinggi selama 2009 itu di Indonesia.
Brightpoint adalah perusahaan yang didirikan pada 1989 di Indianapolis Amerika Serikat dan menyediakan jasa distribusi perangkat nirkabel di seluruh dunia. Hingga tahun lalu, Brightpoint telah menangani sekitar 84 juta handset dan menjangkau 25 negara di Amerika, Asia Pasifik, Eropa Timur dan Timur Tengah, melalui 100 ribu titik penjualan ritel.
Selain dengan RIM, Brightpoint juga bekerja sama dengan Samsung, Nokia, Motorola dan perusahaan lain. Indonesia adalah negara pertama di Asia yang akan menikmati kanal penjualan baru dari jaringan distribusi Brightpoin
Mengingat belum pernah bermain di Indonesia, Brightpoint menunjuk Teletama Arta Mandiri (TAM) sebagai distributor lokal pertama bagi BlackBerry di Indonesia. TAM saat ini memiliki lebih dari 400 karyawan dengan 20 kantor cabang dan pusat layanan yang tersebar di Indonesia.
Sebagai langkah awal, distribusi akan merambah 80 retail point di 7 kota, yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Surabaya, Bali dan Makassar. Gerai-gerai tadi akan menyediakan beberapa model perangkat BlackBerry meliputi BlackBerry seri Bold 9700, BlackBerry Bold 9000, BlackBerry Curve 8900, dan BlackBerry Curve 8520.
“Indonesia merupakan salah satu negara di Asia Tenggara dengan tingkat penjualan handset kami cukup tinggi. Dengan memiliki distributor di Inonesia, diharapkan dapat semakin memberikan layanan dengan meningkatkan ketersediaan smartphone BlackBerry di Indonesia,” kata Director of Distribution in Asia Pasific Research In Motion (RIM), Hastings Singh di Jakarta, belum lama ini.
Menurutnya, hadirnya distributor langsung yang ditunjuk RIM akan memberikan nilai tambah kepada pengguna. “Kami akan menyediakan lebih banyak warna, model, dan aplikasi yang khas untuk Indonesia, selain mencoba memudahkan proses pembelian oleh masyarakat,” katanya.
Kepala Finansial dari Brightpoint di Asia Pasific Paul Ringrose mengungkapkan, kehadiran perseroan untuk mendukung langkah RIM menguasai 25 persen total penjualan smartphone di Indonesia. Berdasarkan catatan, diperkirakan pada 2010 terdapat 30 juta unit ponsel akan terjual di Indonesia, dimana 30 persen dari varian smartphone.
“Peningkatan kebutuhan data melalui mobile dan peningkatan konten pendukung serta tingginya animo masyarakat untuk informasi menjadi alasan utama kami bekerja sama dengan RIM. Kami akan turut melakukan tindakan positif guna mendukung target RIM,” katanya.
Jalan Sendiri
Sayangnya, gebrakan yang dilakukan RIM itu tidak melibatkan mitra resmi yang selama ini jatuh bangun mengedukasi pasar sehingga BlackBerry laris manis di pasar. Para mitra itu adalah operator telekomunikasi yakni Telkomsel, Indosat, XL, Axis, Tri, dan Smart Telecom.
“Kita hanya diajak diskusi oleh RIM tentang cara meredam barang black market yang kian merajalela. Kalau kenyataan outputnya keluar seperti itu (menggandeng distributor), sama sekali tidak ada informasi,” ungkap GM Direct Sales XL Handono Warih.
Untuk diketahui, di setiap operator yang menjadi mitra resmi RIM, peredaran BlackBerry black market telah menguasai hampir 60 persen penggunaan layanan. “RIM mencoba meredam barang black market itu dengan menunjuk satu distributor yang dinilai kuat mempengaruhi pasar. Masalah tujuan itu tercapai atau tidak, lihat saja 3 bulan ke depan. Satu hal yang jelas ini akan mengubah peta kompetisi nantinya,” jelasnya.
Dijelaskannya, selama ini operator harus menghitung margin keuntungan antara berjualan perangkat dan layanan. Setelah RIM berjualan sendirian dengan distributornya, operator tentu ingin lebih fokus kepada penyediaan layanan sesuai spesialisasinya.
“Kita semua tahu 80 persen pendapatan RIM itu datangnya dari berjualan perangkat. Jika sebelumnya operator disuruh mengerjakan semuanya, sekarang RIM ingin mengatur distribusi perangkat agar layanan tetap tumbuh,” katanya.
Namun, Warih sendiri belum bisa memprediksi langkah yang diambil RIM yaitu mempertahankan skenario menjalin kemitraan dengan operator, dan secara bersamaan juga membuka official distributor buyer-nya atau melepaskan tali pengekang kepada operator untuk membeli handset mereka. Pola terakhir ini membuat operator yang menjalin kerja sama dengan RIM, dibebankan target untuk membeli handset dalam jumlah tertentu.
Kepala Divisi Pemasaran VAS Indosat Teguh Prasetya menegaskan, pihaknya segera meninjau ulang pola distribusi dengan dengan appointed buyer-nya dan RIM. “Kami hanya ingin fokus di service, aplikasi, dan solusi,” katanya.
Diharapkannya, semakin banyaknya handset tentu akan semakin memudahkan pengguna untuk mengaktifkan layanan BlackBerry dan berujung membantu pendapatan operator. “ Efektifitasnya perlu dilihat dalam 1 bulan ke depan. Tetapi ini pasti akan meningkatkan penjualan layanan masing-masing operator. Indosat saja pada 2010 menargetkan mendapatkan 500 ribu pengguna,” ungkapnya.
Sementara Direktur ICT Lembaga Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) Ventura Elisawati menilai langkah RIM sudah terlambat. “Di luar negeri RIM menggandeng distributor untuk menolong operator kecil yang tak mampu membeli langsung perangkat. Seandainya dari dulu ini dilakukan, tentunya akan mendorong penjualan alat itu lebih tinggi karena operator akan membeli kepada distributor dengan harga yang lebih murah,” katanya.
Menurutnya, jika RIM memandang para operator sebagai para mitra, seharusnya memberikan waktu bagi rekanan untuk menghabiskan stok lama agar bisa mendapatkan margin dari perangkat yang kadung sudah dibeli. “Margin dari menjual perangkat itu sangat tipis. Kalau begini, operator bisa obral stok lama ketimbang rugi. Jadi, selama beberapa waktu ke depan tinggal menikmati harga perangkat yang lebih murah,” katanya.
Praktisi telematika Faizal Adiputra menyarankan, RIM secepatnya mengubah pola bisninya yaitu mengizinkan operator hanya fokus kepada layanan. “RIM cukup memenuhi kebutuhan bundling operator melalui distributornya. Tidak pada tempatnya operator dipaksa mengambil barang dalam jumlah tertentu karena berjualan perangkat bukan spesialisasinya,” katanya.
Faizal menyakini, jika tiga pihak (operator, distributor, RIM) bekerjasama mengedukasi pasar, maka penjualan dan penggunaan layanan BlackBerry akan lebih meningkat ketimbang tahun lalu. “Kuncinya masing-masing menjalankan fungsi. Operator menyiapkan layanan, distributor perkuat channel, serta RIM mendukung infrastruktur dan aplikasi,” jelasnya.[dni]
April 5, 2010
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar