JAKARTA—PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) mengharapkan Divisi Business Service (DBS) menghasilkan pendapatan sebesar tiga triliun rupiah bagi perseroan jika target melayani 40 ribu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) tercapai pada 2010.
“Kita harapkan DBS bisa berkontribusi sebesar angka di atas karena sekarang sudah mulai fokus melayani segmen UKM ,” ungkap Direktur Enterprise and Wholesale Telkom Arief Yahya kepada Koran Jakarta, akhir pekan lalu.
DBS adalah unit yang dibentuk Telkom dikhususkan untuk mengelola pelanggan bisnis yang sebagian besar merupakan segmen UKM. Pada segmen ini, Telkom akan menawarkan beragam solusi untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan bisnis melalui penerapan teknologi komunikasi informasi (ICT) yang tepat.
Beberapa aplikasi berbasis platform as as services (PAAS) cloud computing sudah disiapkan Telkom, di antaranya e-UKM, aplikasi untuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat), aplikasi untuk pengelolaan koperasi, dan lainnya. Cloud computing adalah pemanfaatan teknologi internet untuk menyediakan sumber komputing.
DBS berada di bawah kendali direktorat Enterprise and Wholesale. Direktorat ini sendiri berkontribusi sebesar 50 persen bagi pendapatan perusahaan dalam neraca unconsiladated.
Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah mengungkapkan, selama ini segmen UKM telah berkontribusi sebesar 10 hingga 15 persen bagi pendapatan perseroan. “Angka itu di luar wartel atau SOHO,” katanya.
Arief menambahkan, untuk mencapai target dari unit baru tersebut dibentuk Small Medium Enterprise (SME) Center di 13 Kota di seluruh Indonesia yang menelan biaya hingga 13 miliar rupiah.
SME Center adalah pusat layanan pengembangan UKM yang didirikan Telkom dengan tujuan meningkatkan kompetensi dan daya saing pengusaha kecil melalui penyediaan solusi TI sebagai business enabler.
Executive General Manager Divisi Business Service (DBS) Telkom Slamet Riyadi mengungkapkan, pertumbuhan belanja solusi Teknologi Informasi (TI) yang dilakukan kalangan UKM hingga empat tahun kedepan diperkirakan mencapai 60,3 persen atau senilai 18,6 triliun rupiah dengan nilai Compound Annual Growth Rate (CAGR) 12,83 persen.
“Penggunan TI secara tepat sebagai enabler diyakini bisa menekan biaya operasional dari pebisnis skala UKM hingga 60 persen, sehingga berimbas pada penurunan drastis dari Total Cost of Ownership (TCO),” katanya.
Di Bawah 10%
Selanjutnya Rinaldi mengharapkan, untuk obligasi senilai dua triliun rupiah yang akan diterbitkan pada Juni nanti, kupon diharapkan berkisar di bawah 10 persen. “Jika dilihat kondisi pasar, kita ingin yang terbaik. Kemarin ada perusahaan yang dibawah 10 persen, tentu kita juga berharap demikian,” katanya.
Rinaldi optimistis, obligasi yang dikeluarkan tidak akan oversubscribe karena sudah sesuai dengan kebutuhan perseroan. “Kebutuhan itu digabung dengan pinjaman bank, jika bagus, kita lihat, tetap 2 triliun atau dinaikkan. Untuk pemenuhan belanja modal sendiri kami sudah punya pinjaman bank dan vendor financing, serta dana internal,” katanya.
Diungkapkannya, pinjaman dari bank sudah ada yang jatuh tempo, sehingga harus ditarik lagi. “Jumlahnya sekitar 2 – 3 triliun rupiah. Itu refinancing lama dan baru. Sedangkan total belanja modal sebesar 1,8 – 2 miliar dollar AS,” katanya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan