JAKARTA—Harga ritel baja domestik mulai bulan depan (April) diperkirakan akan naik bervariasi karena adanya tekanan harga internasional.
Tercatat, untuk plat hitam (HR) diperkirakan terjadi kenaikan sekitar 4 persen mulai harga Maret ke April hingga Juni nanti. Saat ini harga HR 8000 ribu rupiah per kilogram. Pada April nanti diperkirakan bisa melonjak menjadi 8.350 ribu rupiah per kilogram.
Direktur Pemasaran Krakatau Steel Irvan K. Hakim mengungkapkan, pemicu naiknya harga internasional diantaranya melonjaknya pemesanan di China setelah libur tahun baru, produksi baja di luar China yang rendah dan meningkatnya permintaan di luar China.
“Selain itu juga ada faktor harga bahan baku atau biji besi yang naik untuk kontrak tahunan mencapai 70 persen, ” katanya di Jakarta, Selasa (9/3).
Selain itu, harga besi tua (Scrap) dan crude oil internasional juga mengalami kenaikan. “Crude oil saja mencapai 82 dollar AS per barel,” jelasnya.
Dijelaskannya, untuk biji besi perseroan sudah melakukan kontrak jangka panjang dengan negara pemasok seperti Chili, Brazil, dan Bahrain di kisaran harga 90-120 dollar AS. “Saat ini kami masih memakai harga sekitar 60 persen kenaikan. Karena itu prediksi saya untuk delivery April atau Mei baru harga baru diterapkan oleh pemain di harga ritel,” jelasnya.
Ditambahkannya, kondisi dalam negeri yang mengindikasikan terjadinya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5 persen juga ikut mendorong naiknya harga baja. “Konsumsi dalam negeri juga naik. Ini hukum permintaan dan penawaran saja. Apalagi belanja pemerintah akan naik nantinya,” katanya.
Diungkapkannya, konsumsi baja nasional setiap tahunnya mencapai 8 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi dari Krakatau Steel mencapai 2,4 juta ton. Sisa dari kebutuhan nasional dipenuhi oleh pemain local atau produk impor.
“Salah satu yang akan memicu konsumsi baja tinggi nantinya jika program elpiji 3 Kg diteruskan oleh Pertamina. Jika itu teralisasi, bisa tinggi konsumsi baja,” katanya.
Selama ini, konsumsi baja untuk pembuatan elpiji 3 Kg menyedot 10 persen dari total penjualan Krakatau Steel setiap bulannya yang mencapai 210 ribu ton per bulan.
Dampak
Selanjutnya dikatakan, dampak dari kenaikan harga ritel baja ini akan terasa di sektor yang banyak mengonsumsi komoditi tersebut seprti otomotif, property, perkapalan, atau infrastruktur. “Para pelaku usaha di sektor itu akan melakukan penyesuaian harga. Kenaikan tidak akan langsung besar, tetapi bertahap. Namun pada Juni, akan menyesuaikan dengan kenaikan ritel baja,” jelasnya.
Berkaitan dengan adanya baja dari China, Irvan menegaskan, tidak akan mampu menahan kenaikan harga baja karena situasinya pasar internasional yang mendorong. “Pemain China tidak akan berbuat banyak. Jika mereka mau nakal, nanti ada mekanisme anti dumping, safe guard, atau standar nasional yang kita terapkan,” katanya,[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan