JAKARTA—Kementerian Perhubungan (Kemnehub) berjanji untuk mengaji secara ketat pemberian surat izin usaha penerbangan (SIUP) untuk maskapai Firefly Indonesia guna menjaga kompetisi sehat di industri penerbangan.
“Hingga saat ini SIUP untuk Firefly belum dikeluarkan. Kami akan melakukan seleksi ketat. Apalagi isu akan hadirnya maskapai ini membetot perhatian pelaku usaha,” ungkap Direktur Angkutan Udara Ditjen Hubungan Udara Tri S Sunoko kepada Koran Jakarta, akhir pekan lalu.
FireFly adalah anak usaha Fly Firefly Sdn Bhd (Malaysia Airlines Group) dengan investor lokal. Maskapai yang menggunakan pesawat baling-baling jenis ATR 72 tersebut telah sukses melayani rute jarak dekat antar negara Malaysia-Indonesia.
Indonesia National Air Carriers Association (INACA) menilai, masuknya Firefly ke pasar lokal berpotensi merusak bisnis maskapai nasional. Hal ini karena melalui brand perusahaan penerbangan asing dapat merusak dinama perusahaan penerbangan.
Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti S. Gumay mengungkapkan, regualtor tengah mengevaluasi mengarahkan Firefly untuk menggarap ruteinternasional.
“Tim internal tengah mengaji untuk meningkatkan pemanfaatan penerbangan ke luar negeri hasil perjanjian dengan negara lain. Kita lihat saja nanti, kemungkinan itu bisa,” katanya.
Dia menandaskan pihaknya tetap membuka izin pendirian maskapai baru baik berjadwal maupun carter, tetapi belum satupun maskapai itu beroperasi. Saat ini, pihaknya tengah memproses 11 SIUP maskapai baru dimana Firefly termasuk salah satu di dalamnya.
Pilot Asing
Selanjutnya Herry menjelaskan, hingga saat ini Kemenhub masih mengizinkan pilot asing berkiprah di penerbangan domestik karena masih kurangya pasokan pilot lokal.
“Kami masih setujui pilot asing, termasuk hingga flight officer atau co pilot. Namun, tetap kita awasi,” katanya.
Dijelaskannya, sebelumnya, Indonesia hanya mengizinkan tenaga asing hanya untuk instruktur, tapi kini, hingga pilot pun sudah diizinkan karena pasokan domestik belum mampu melayani.
“Sampai saat ini baru ada tujuh sekolah pilot di Indonesia dengan lulusan sebanyak 100-120 orang per tahun . Padahal, kebutuhannya hingga 400-500 pilot per tahun,” katanya tanpa bisa memastikan sampai kapan kebijakan tersebut akan diterapkan.
Secara terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengungkapkan, dalam waktu empat tahun ke depan membutuhkan 100-120 pilot baru mengingat armada akan mencapai 116 unit dari saat ini 67 unit.
t-pilot baru per tahun hingga 2014,” katanya.
Diungkapkannya, untuk memenuhi kebutuhan itu, pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah sekolah pilot seperti STIP Curuq, Malaysia dan Cebu Filipina. “Dari Curuq tahun ini akan dapat tambahan 41 lulusan pilot baru, sekitar 20-an dari Malaysia,” kata Emirsyah.
Emir menjelaskan, perseroan akan agrsif pada tahun ini karena berbagai aksi pemasaran tengah dilakukan. Salahsatunya adalah mengoptimalkan menggarap segemn koroprasi. “Kerjasama terbaru adalah dengan BP MIgas,” katanya.
Hasil kerjasama dengan BP MIgas untuk dua tahun diperkirakan bisa mencapai satu triliun rupiah untuk jasa kargo dan penumpang. “Kami akan merevisi target pendapatan dari segmen korporasi. Bila sebelumnya dengan 750 perusahaan diperkirakan ada omzet 2 triliun rupiah, saya rasa tahun ini akan melonjak,” katanya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan