JAKARTA—Pemerintah sedang mengaji untuk jangka panjang spektrum frekuensi 2,5 GHz digunakan untuk teknolgi netral.
Selama ini spetrum tersebut digunakan untuk penyiaran oleh Media Citra Indostar (MCI) dengan penguasaan alokasi sebesar 150 MHz. Pemanfaatan spektrum 2,5GHz untuk penyiaran di dunia hanya dilakukan oleh Indonesia dan Iran. Negara lainnya menggunakan spketrum tersebut untuk teresterial.
“Teknologi terus berubah. Ketika ditetapkan untuk penyiaran belum ada teknologi baru. Sekarang spektrum itu bisa digunakan untuk teresterial, kita terbuka mengakomodasinya,” ungkap PLT Dirjen Postel Basuki Yusuf Iskandar di Jakarta, Rabu (31/12).
Berdasarkan kesepakatan di World Radiocommunication Conference 2000 (WRC) telah dinyatakan frekuensi 2,5 GHz dialokasikan untuk teristerial baik itu pengembangan 3G atau WiMAX
Dikuasainya frekeunsi oleh penyiaran membuat Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) menjadi murah yakni sekitar 50 juta rupiah per transponder. Sedangkan pelanggan TV berbeayar yang bisa dilayani maksimal 500 ribu jiwa. Sedangkan jika diberikan untuk akses teresterial bisa dinikmati oleh 10 juta pelanggan.
Basuki menegaskan, langkah menata ulang frekuensi terbuka dilakukan oleh regulator karena sudah pernah dilakukan untuk teknologi 3G di spektrum 2,1 GHz. “Itu bisa kita lakukan jika bagi negara menguntungkan. Saya rasa penguasaan 150 MHz oleh MCI memang besar jika melihat kondisi sekarang. Apalagi ada kisruh kepemilikan setelah terjadi pemindahan kepemilikan satelit Indostar II baru-baru ini,” katanya.
Untuk diketahui, belum lama ini SES World Skies (SES) membeli satelit Indostar II dari PT Protostar seharag 185 juta dollar AS. Indostar II selama ini digunakan oleh operator televisi berbayar MCI untuk melayani pelanggan Indovision.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan