Mengguritanya layanan konten milik Research in Motion (RIM) yang menawarkan model berlangganan all you can eat dalam satu perangkat bagi pelanggan, merangsang para kreator lokal untuk berkreasi.
Hal itu bisa dilihat dengan keluarnya aplikasi mobile community network (Mobinity.net) dan Esia Messenger pada awal Desember ini. Mobinity.net dikembangkan oleh InTouch yang selama ini dikenal sebagai pengembang aplikasi bagi Nokia. Sedangkan Esia Messenger hasil kolaborasi antara Bakrie Telecom dengan sejumlah kreator lokal.
Mobinity.net merupakan aplikasi bersifat On Device Portal (ODP) yang khusus dibuat untuk menyediakan berbagai layanan bagi komunitas mobile yang mencakup mobiFriends (client untuk Facebook) mobiChat (client untuk Yahoo!Messenger dan MSN).
Berikutnya, mobiGroups (client untuk akses Facebook Groups) mobiNews (client untuk akses full news lengkap dengan foto dari Detik, Kompas, Republika, Seleb-TV; SonyMusic, The Jakarta Post) dan mobiReporter yang diklaim sebagai aplikasi warta warga sehingga memungkinkan pemakai menjadi wartawan dengan meng-upload foto (dari kamera ponsel), merekam suara dan mengetik berita yang dapat dilihat oleh pemakai mobinity lain.
Mobinity juga menggunakan Access Point Name (APN) khusus untuk mengakses mobile internet yang disediakan oleh operator selular sehingga pemakai bisa mengakses paket data unlimited khusus untuk mengakses layanan sepuasnya dengan harga mingguan atau bulanan yang tetap dan terjangkau. Saat ini layanan tersebut berjalan di platform Symbian S60 dan Java MIDP 2.0.
Mobinity.net hanya mematok harga 500 rupiah flat per hari, berlaku untuk semua operator GSM. Angka itu berbeda jauh dengan layanan Internet tak terbatas dari perangkat BlackBerry, biaya yang dibanderol oleh operator berkisar antara 3.900 sampai 8.000 rupiah per hari nya.
Saat ini InTouch sudah menggandeng Three , Axis, Indosat, Telkomsel, dan XL. Sedangkan ponsel merk lokal yang digandeng adalah G-Star, HT Mobile, i-Mobile, IVIO, Mito, Ti-Phone, dan Venera.
Sedangkan Esia Messenger merupakan aplikasi yang mirip dengan BlackBerry Messenger dimana memungkinkan antar sesama pelanggan Esia berkomunikasi melalui instant messaging. Personal Identification Number (PIN) dari Esia Messenger adalah nomor telepon Esia dari pelanggan.
CEO inTouch Kendro Hendra menegaskan, Mobinity. Net miliknya siap menantang konten RIM, yang sama-sama menawarkan konten di atas koridor layanan unlimited. Target menggaet 100 juta pengguna seluler pun dipasang oleh perusahaan ini.
Menurut Kendro, layanan besutan lokal ini diharapkan mampu meningkatkan Average Revenue Per Users (ARPU) pelanggan dari operator. “Kami gunakan sistem revenue sharing dengan operator untuk aplikasi ini. besarannya fifty-fifty. Selain itu aplikasi ini juga embuat devisa tidak lari keluar negeri alias berputar di kantong orang lokal,” katanya.
Wakil Direktur Utama Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer mengungkapkan, Esia Messenger yang sudah ditanam di Hape Esia Online milik Huawei akan dikembangkan ke ponsel bundling lainnya milik perseroan.
“Ponsel itu dirancang sepenuhnya oleh Bakrie Telecom. Sekarang banyak operator CDMA luar negeri menayakan aplikasi ini. Sebentar lagi aplikasi ini akan mendunia,” katanya.
Erik menegaskan, aplikasi yang dibesutnya melalui Hape Esia Online lebih murah ketimbang berlangganan jasa BlackBerry. “Langganan BlackBerry itu sekitar 180 ribu rupiah per bulan, atau 5 ribu rupiah per hari. Di Hape Esia Online untuk email cuma 5 ribu rupiah per minggu dan aplikasi lainnya 3 ribu rupiha per minggu. Langganan ini sudah termasuk data charges,” katanya.
Secara terpisah, Praktisi Telematika Ventura Elisawati menyakini hadirnya dua aplikasi lokal ini belum akan mampu menggilas fenomena BlackBerry Messenger. “Tidak mudah menggilas BBM. Tetapi aplikasi buatan lokal itu akan membesarkan pasar pengguna aplikasi chit chat yang ujungnya akan berkembang ke arah data,” jelasnya.
Praktisi Telematika lainnya, Faizal Adiputra mengatakan, aplikasi lokal akan berkembang jika tidak terikat pada satu jenis ponsel dan menggarap komunitas yang besar.
“Mobinity lebih open terhadap platform dan operator. Secara kasat mata aplikasi ini mungkin bisa jadi lebih mudah berkembang. Tetapi karena belum mempunyai dasar komunitas, nampak nya akan berjalan sedikit lebih lamban dibandingkan Esia Messenger,” katanya.
Berkaitan dengan nasib BlackBerry Messenger, Faizal menyakini, tetap akan memiliki segmen di pasar. “Sekarang tergantung Esia. Bisa tidak operator ini merangkul semua komunitas dan memposisikan aplikasi ini membantu mereka. Kalau itu terjadi, baru namanya ancaman bagi BlackBerry Messenger,” katanya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan