JAKARTA—PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sebagai pemain nomor dua di pangsa pasar teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) mengaku tidak khawatir dengan adanya sinergi Smart dan Fren dalam merebut pelanggan mulai tahun depan.
”Kami tidak gentar sama sekali. Kenapa harus takut. Kedua perusahaan itu juga masih belum bagus secara performa keuangan. Kami tetap akan fokus pada lini bisnis yang dikembangkan selama ini,” tegas Wakil Direktur Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer kepada Koran Jakarta, Kamis (19/11).
Erik mengungkapkan, lini bisnis yang akan fokus digarap oleh merek dagang besutan BTEL, Esia, adalah suara dan SMS. Ditekuninya kedua jasa ini karena BTEL menyakini masyarakat masih membutuhkannya dalam beberapa tahun mendatang.
“Memang tren industri memperlihatkan jasa data mulai muncul sebagai kontribusi pendapatan. Tetapi kebutuhan dasar berkomunikasi manusia itu tetaplah bercakap-cakap. Inilah membuat kami yakin layanan ini tetap dibutuhkan. Karena itu kita berani plot pertumbuhan pendapatan dan pelanggan untuk tiga tahun sejak tahun lalu,” jelasnya tanpa memperinci target pertumbuhan pendapatan perseroan setiap tahunnya.
Berdasarkan catatan, BTEL memplot pada tahun ini mendapatkan 10,5 juta pelanggan. Sedangkan pada tahun depan 14 juta pelanggan. Hingga semester I lalu, BTEL meraih 8,9 juta pelanggan.
Dikatakannya, jasa data walau terlihat booming tetapi dari sisi pendapatan yang diberikan kepada operator belumlah signifikan. ”Bahkan kompetitor yang memiliki kanal frekuensi lebih longgar ketimbang Esia harus banting harga agar jasa datanya menarik pelanggan,” jelasnya.
Erik menjelaskan, untuk menggarap pasar suara dan SMS perseroan menyiapkan berbagai strategi seperti membundel ponsel murah dengan kartu perdana Esia, membuka area baru dan menggeber jasa Sambungan Langsung Internasional (SLI) 009.
”Bundel ponsel itu harus dilakukan karena kenyataan di pasar, perangkat untuk teknologi CDMA itu tidak sebanyak GSM. Kami harus memastikan barang tersedia di pasar dengan bundling. Belum lama ini ponsel Esia Hidayah laris 500 ribu unit,” jelasnya.
Direktur Korporasi Bakrie Telecom Rakhmat Junaedi menambahkan, pada Desember nanti layanan SLI 009 akan membuka interkoneksi dengan Telkom di enam kota baru yakni Bandung, Denpasar, Makassar, Balikpapan, Semarang, dan Palembang. Sebelumnya interkoneksi telah di buka di empat kota yakni Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam.
Erik menjelaskan, SLI 009 yang baru diluncurkan tahun ini masih mengalami beberapa kendala seperti banyak pelanggan yang sudah mendaftarkan untuk menerima layanan belum bisa melakukan akses hingga saat ini, khususnya untuk pengguna telepon kabel milik Telkom..”Kalau dari nomor ponsel semua operator tidak ada masalah,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Mobile-8 Merza Fachys mengharapkan, masuknya Grup Sinar Mas melalui anak usaha PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera ke pemilik merek Fren dan Hepi tersebut akan ada sinergi dengan Smart Telecom yang sahamnya dikuasai oleh keluarga Widjaja tersebut.
”Kami akan mengembangkan sinergi dengan Smart Telecom lebih pada pemanfaatan resources dan fasilitas yang bisa digunakan bersama-sama terutama guna membantu Mobile-8 menambah kekuatannya untuk menekan kerugian. Kita mulai bersama-sama melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pasar guna meningkatkan competition advantage melawan pesaing,” jelasnya.
Untuk diketahui, Mobile-8 saat ini memiliki 3,1 juta pelanggan dan Smart dua juta pelanggan. Keunggulan kedua operator ini jika digabung adalah pada penyelenggaraan layanan data karena memiliki kanal frekuensi yang longgar.. Mobile-8 memiliki lima kanal, sedangkan Smart melenggang sendirian di frekuensi 1.900 Mhz.
Tambah Lini Bisnis
Secara terpisah, Chief Marketing Officer Indosat Guntur S Siboro mengungkapkan, perseroan menambah lini bisnis dengan menggeluti jasa pembayaran pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi (remittance).
“Guna mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia, Indosat telah mengubah AD/ART pada Juli lalu. Sekarang lisensi belum keluar, tetapi kami tetap menyiapkan sistem untuk mendukung layanan ini,” jelasnya.
Diungkapkannya, layanan ini nantinya akan dibukukan sebagai Value Added Services (VAS) dalam laporan keuangan perseroan.. VAS sendiri selama ini berkontribusi sebesar 10-15 persen bagi pendapatan seluler Indosat.
Selanjutnya dijelaskan, sejalan dengan rencana memasuki bisnis remittance, Indosat juga mengambangkan layanan pembayaran person to merchant melalui layanan Dompetku.
”Pengembangan layanan ini tidak mudah karena harus membangun ekosistem, memberikan edukasi kepada masyarakat dan merchant, hingga membiasakan pelanggan,” jelasnya..
Diungkapkannya, selama ini Indosat telah menjalin kerjasama dengan Alfamart dalam layanan Dompetku. Sejauh ini rata-rata transaksi sekitar 5 juta rupiah per bulan dengan total pelanggan sekitar 2.500 nomor pelanggan Indosat. Saat ini baru 100 gerai dari 3.000 gerai Alfamart di Indonesia yang memiliki sinkronisasi sistem online dengan Indosat.
”Jumlah pelanggan ditargetkan mencapai 5.000 hingga akhir tahun ini seiring semakin banyaknya gerai yang bisa menerima pembayaran melalui Dompetku.,” jelasnya.
Sebelumnya, XL telah mengumumkan rencana serupa seperti Indosat yaitu menyelanggarakan layanan remittance setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) pada Senin pekan ini.
Kebutuhan pelanggan atas jasa remittance dinilai makin besar sejalan karena Indonesia memiliki banyak tenaga kerja di luar negeri seperti di Malaysia, dan sejumlah negara di Timur Tengah, dan Hongkong.
XL selama ini sudah melakukan semacam inkubasi layanan dengan Bank BNI untuk para TKI di Hong Kong dan akan segera meminta lisensi ke Bank Indonesia.[dni]
BTEL Tak Gentar dengan Sinergi Smart-Fren JAKARTA—PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) sebagai pemain nomor dua di pangsa pasar teknologi Code Division Multiple Access (CDMA) mengaku tidak khawatir dengan adanya sinergi Smart dan Fren dalam merebut pelanggan mulai tahun depan. ”Kami tidak gentar sama sekali. Kenapa harus takut. Kedua perusahaan itu juga masih belum bagus secara performa keuangan. Kami tetap akan fokus pada lini bisnis yang dikembangkan selama ini,” tegas Wakil Direktur Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer kepada Koran Jakarta, Kamis (19/11). Erik mengungkapkan, lini bisnis yang akan fokus digarap oleh merek dagang besutan BTEL, Esia, adalah suara dan SMS. Ditekuninya kedua jasa ini karena BTEL menyakini masyarakat masih membutuhkannya dalam beberapa tahun mendatang. “Memang tren industri memperlihatkan jasa data mulai muncul sebagai kontribusi pendapatan. Tetapi kebutuhan dasar berkomunikasi manusia itu tetaplah bercakap-cakap. Inilah membuat kami yakin layanan ini tetap dibutuhkan. Karena itu kita berani plot pertumbuhan pendapatan dan pelanggan untuk tiga tahun sejak tahun lalu,” jelasnya tanpa memperinci target pertumbuhan pendapatan perseroan setiap tahunnya. Berdasarkan catatan, BTEL memplot pada tahun ini mendapatkan 10,5 juta pelanggan. Sedangkan pada tahun depan 14 juta pelanggan. Hingga semester I lalu, BTEL meraih 8,9 juta pelanggan. Dikatakannya, jasa data walau terlihat booming tetapi dari sisi pendapatan yang diberikan kepada operator belumlah signifikan. ”Bahkan kompetitor yang memiliki kanal frekuensi lebih longgar ketimbang Esia harus banting harga agar jasa datanya menarik pelanggan,” jelasnya. Erik menjelaskan, untuk menggarap pasar suara dan SMS perseroan menyiapkan berbagai strategi seperti membundel ponsel murah dengan kartu perdana Esia, membuka area baru dan menggeber jasa Sambungan Langsung Internasional (SLI) 009. ”Bundel ponsel itu harus dilakukan karena kenyataan di pasar, perangkat untuk teknologi CDMA itu tidak sebanyak GSM. Kami harus memastikan barang tersedia di pasar dengan bundling. Belum lama ini ponsel Esia Hidayah laris 500 ribu unit,” jelasnya. Direktur Korporasi Bakrie Telecom Rakhmat Junaedi menambahkan, pada Desember nanti layanan SLI 009 akan membuka interkoneksi dengan Telkom di enam kota baru yakni Bandung, Denpasar, Makassar, Balikpapan, Semarang, dan Palembang. Sebelumnya interkoneksi telah di buka di empat kota yakni Jakarta, Surabaya, Medan, dan Batam. Erik menjelaskan, SLI 009 yang baru diluncurkan tahun ini masih mengalami beberapa kendala seperti banyak pelanggan yang sudah mendaftarkan untuk menerima layanan belum bisa melakukan akses hingga saat ini, khususnya untuk pengguna telepon kabel milik Telkom..”Kalau dari nomor ponsel semua operator tidak ada masalah,” jelasnya. Sebelumnya, Direktur Utama Mobile-8 Merza Fachys mengharapkan, masuknya Grup Sinar Mas melalui anak usaha PT Gerbangmas Tunggal Sejahtera ke pemilik merek Fren dan Hepi tersebut akan ada sinergi dengan Smart Telecom yang sahamnya dikuasai oleh keluarga Widjaja tersebut. ”Kami akan mengembangkan sinergi dengan Smart Telecom lebih pada pemanfaatan resources dan fasilitas yang bisa digunakan bersama-sama terutama guna membantu Mobile-8 menambah kekuatannya untuk menekan kerugian. Kita mulai bersama-sama melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pasar guna meningkatkan competition advantage melawan pesaing,” jelasnya. Untuk diketahui, Mobile-8 saat ini memiliki 3,1 juta pelanggan dan Smart dua juta pelanggan. Keunggulan kedua operator ini jika digabung adalah pada penyelenggaraan layanan data karena memiliki kanal frekuensi yang longgar.. Mobile-8 memiliki lima kanal, sedangkan Smart melenggang sendirian di frekuensi 1.900 Mhz. Tambah Lini Bisnis Secara terpisah, Chief Marketing Officer Indosat Guntur S Siboro mengungkapkan, perseroan menambah lini bisnis dengan menggeluti jasa pembayaran pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi (remittance). “Guna mendapatkan lisensi dari Bank Indonesia, Indosat telah mengubah AD/ART pada Juli lalu. Sekarang lisensi belum keluar, tetapi kami tetap menyiapkan sistem untuk mendukung layanan ini,” jelasnya. Diungkapkannya, layanan ini nantinya akan dibukukan sebagai Value Added Services (VAS) dalam laporan keuangan perseroan.. VAS sendiri selama ini berkontribusi sebesar 10-15 persen bagi pendapatan seluler Indosat. Selanjutnya dijelaskan, sejalan dengan rencana memasuki bisnis remittance, Indosat juga mengambangkan layanan pembayaran person to merchant melalui layanan Dompetku. ”Pengembangan layanan ini tidak mudah karena harus membangun ekosistem, memberikan edukasi kepada masyarakat dan merchant, hingga membiasakan pelanggan,” jelasnya.. Diungkapkannya, selama ini Indosat telah menjalin kerjasama dengan Alfamart dalam layanan Dompetku. Sejauh ini rata-rata transaksi sekitar 5 juta rupiah per bulan dengan total pelanggan sekitar 2.500 nomor pelanggan Indosat. Saat ini baru 100 gerai dari 3.000 gerai Alfamart di Indonesia yang memiliki sinkronisasi sistem online dengan Indosat. ”Jumlah pelanggan ditargetkan mencapai 5.000 hingga akhir tahun ini seiring semakin banyaknya gerai yang bisa menerima pembayaran melalui Dompetku.,” jelasnya. Sebelumnya, XL telah mengumumkan rencana serupa seperti Indosat yaitu menyelanggarakan layanan remittance setelah memperoleh persetujuan dari para pemegang saham pada rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) pada Senin pekan ini. Kebutuhan pelanggan atas jasa remittance dinilai makin besar sejalan karena Indonesia memiliki banyak tenaga kerja di luar negeri seperti di Malaysia, dan sejumlah negara di Timur Tengah, dan Hongkong. XL selama ini sudah melakukan semacam inkubasi layanan dengan Bank BNI untuk para TKI di Hong Kong dan akan segera meminta lisensi ke Bank Indonesia.[dni]
November 20, 2009
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar