JAKARTA—Penyelesaian tender desa pinter yang diharapkan mendapatkan pemenang pada akhir November ini dipastikan molor seiring dokumen pemilihan Penyediaan Pusat Layanan Jasa Akses Internet Kecamatan (PLI-K) baru dalam tahap penyempurnaan.
“Diperkirakan pemenang baru bisa ketahuan pada pertengahan Desember nanti. Soalnya kita minta dimundurkan seminggu untuk menyempurnakan dokumen,” ungkap Kepala Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) Santoso Serad kepada Koran Jakarta, Minggu (8/11).
Dijelaskannya, penyempurnaan perlu dilakukan untuk menepis isu yang berkembang diantara peserta tender bahwa adanya persyaratan yang mengarah pada merek tertentu untuk pengadaan barang. “Kami tidak mau itu terjadi, karena itu harus diteliti ulang persyaratannya sehingga tidak condong kepada merek tertentu,” tegasnya.
Juru bicara Depkominfo Gatot S Dewa Broto menambahkan, saat ini proses tender telah menyelesaikan tahapan prakualifikasi untuk 11 paket pekerjaan. Sebanyak 19 dari 25 perusahaan dinyatakan lolos masuk tahapan prakualifikasi. Beberapa perusahaan besar yang lolos diantaranya Telkomsel, Telkom, Indosat Mega Media (IM2), dan Rahajasa Media Internet.
Gatot pun mengakui, saat ini beredar isu panitia pengadaan mengeluarkan atau mempublikasikan Dokumen Pemilihan. “Itu tidak benar. Hanya ada kegiatan konsultasi publik yang diselenggarakan pada tanggal 11 Agustus lalu dalam rangka diperoleh masukan terhadap substansi terkait dengan kegiatan PLI-K dimaksud,” katanya.
Gatot menjelaskan, sebagai konsekuensi adanya penyempurnaan dokumen pemilihan ini, maka rangkaian kelanjutan jadwal tender Universal Service Obligation (USO) layanan internet kecamatan ini mengalami perubahan dan sedikit pengunduran waktu dan diharapkan dalam kurun waktu sekitar 1 minggu berikutnya proses tender ini dapat dilanjutkan lagi pelaksanaannya.
Secara terpisah, Direktur Utama Rahajasa Media Internet Roy Rahajasa Yamin mengaku belum tahu adanya pengunduran jadwal tender. “Saya tidak tahu adanya pengunduran. Setahu saya, Senin sampai Rabu depan mengambil dokumen tahap II, dan Kamis dilakukan Aanweijzing,” katanya,
Namun, jika pun ada pengunduran jadwal Roy mengaku tidak keberatan,”Jika hanya mundur seminggu tidak apa-apa”.
Berkaitan dengan hasil tender, Roy mengharapkan dalam tender kali ini pemenangnya tidak didominasi oleh pemain-pemain lama. “Kami ikut di 11 paket. Harapan saya pemain baru diberikan kesempatanlah. Bosan lihat muka-muka lama terus yang menang,” tegasnya.
Sementara Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah mengaku optimistis akan memenangkan tender. “Tender kali ini berbeda karena ditentukan kecepatan akses mulai 256 kbps.. Telkom memiliki infrastruktur yang lengkap untuk teknologi tersebut,” tegasnya.
Sedangkan Anggota Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) Yadi Heryadi meragukan program Desa Pinter efektifitasnya jika masih berbasis pada proyek pengadaan barang.
“Jika pemerintah bersikukuh pelaksanaan tender Desa Pinter itu mengacu pada pelaksanaan proyek layaknya pengadaan barang, maka sama saja ini dengan menabur garam ke laut,” ungkapnya.
Menurut Yadi, sangat disayangkan dana yang disediakan pemerintah untuk program tersebut mencapai triliunan rupiah jika akhirnya menjadi sia-sia akibat salah konsep.
“Jika konsepnya pengadaan barang, tidak akan tercapai itu target menaikan jumlah pengguna internet,” katanya.
Meanggapi hal itu, Santoso membantah progaram tersebut akan gagal karena keberlanjutannya terjamin mengingat pemerintah membiayai dana operasional selama empat tahun. “Ada jaminan dari pemerintah untuk biaya operasional,kok dibilang gagal. Baiknya dibiarkan dulu berjalan,” katanya.
Untuk diketahui, Desa Pinter diadakan bagi 5.738 kecamatan dengan total pagu anggaran tahun pertama 370,5 miliar rupiah. Depkominfo melalui Balai Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan (BTIP) Ditjen Postel membagi pengerjaan proyek Desa Pinter dari dana USO menjadi 11 paket pekerjaan.
Program desa pinter sendiri masuk dalam penilaian kinerja 100 hari pertama pejabat menkominfo baru, Tifatul Sembiring.
Tifatul menargetkan dalam 3 bulan terdapat 100 desa dengan masing-masing memiliki 1 komputer.[Dni]