Munculnya nama Tifatul Sembiring sebagai salah satu kandidat Menkominfo di kabinet Indonesia Bersatu jilid II sudah diduga banyak kalangan. Sinyal itu makin kuat kala beredar isu, pesaing berat dari kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, Andi Malarangeng, akan diplot menjadi Mennegpora oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Meskipun banyak bermunculan suara mencibir akan kemampuan pria kelahiran Bukittinggi, 28 September 1961 tersebut, mengingat pendidikan menyangkut Teknologi Informasi, dan Komunikasi (TIK) hanyalah jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Informatika dan Komputer (STI&K) Jakarta, tetapi bapak tujuh anak ini tetap melaju.
Lihatlah komunikasi massa yang dibangun oleh orang kepercayaan Tifatul guna mencitrakan, pria ini melek TIK. Rekam jejak sebagai profesional yang pernah bersinggungan dengan TIK pun dipaparkan dengan mengungkapkan mantan Presiden PKS itu selama hampir delapan tahun bekerja di PT PLN Pusat Pengaturan Beban Jawa, Bali, Madura.
Bahkan untuk menunjukkan dirinya sudah akrab dengan dunia TIK, pria yang disebut-sebut sebagai anak panah ketiga di partainya tersebut berusaha memaparkan visinya tentang sektor TIK walaupun belum dilantik secara resmi oleh SBY. Tidak hanya itu, dunia microblogging, Twitter, pun diakrabi dengan memiliki akun “Tifsembering”.
Sekarang, suami dari Sri Rahayu yang diberkahi tujuh orang anak tersebut memimpin instansi yang memberikan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) sekitar 6 triliunan rupiah dengan kapitalisasi pasar industri yang dibinanya mencapai 90 triliun rupiah pada tahun ini.
Lantas bagaimana pandangan dari pria yang pernah berprofesi sebagai wartawan ini tentang TIK dan akan dibawa kemana sektor ini? Wartawan Koran Jakarta, Doni Ismanto, berhasil mewawancarai lulusan International Politic Center for Asian Studies Strategic Islamabad, Pakistan, sejak dilantik (Jumat, 23/10), hingga pembukaan Global Conference on Open Source (Senin, 26/10) . Berikut kutipannya
T: Apa langkah yang Anda siapkan untuk menjabat Menkominfo
J: Prioritas saya adalah mendorong teknologi informasi (TI) ke pendidikan, bisnis, dan birokrasi. Kita menargetkan ke depan tidak ada lagi urusan birokrasi diselesaikan dengan adanya uang kas dipegang pejabat pemerintah. Semua harus paper less dan berbasis TI.
Program jangka pendek yang akan dilakukan adalah menyediakan 100 komputer untuk 100 desa dalam waktu tiga bulan. Dan dalam lima tahun ke depan akan ada 10 ribu desa dengan komputer. Program 25 ribu desa berdering juga akan digeber dalam 100 hari pertama mengemban jabatan ini. Selain itu kita juga ingin menggalakkan penggunaan perangkat ramah teknologi. Misalnya BTS menggunakan kotoran sapi sebagai sumber energi.
T: Bagaimana dengan pembangunan infrastruktur
J: Proyek Palapa Ring untuk kawasan timur Indonesia akan segera direalisasikan. Ini juga bagian dari program 100 hari pertama. Hadirnya Palapa Ring diharapkan bisa membuat sistem informasi dan komunikasi akan merata di seluruh wilayah Indonesia. Jadi, walaupun transportasi tidak terjangkau, komunikasi di pelosok dapat tercapai
T: Soal regulasi, misalnya Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE), akankah tetap dipertahankan
J: Internet adalah media yang sangat besar, tentunya semua orang bisa memanfaatkanya untuk yang baik dan buruk. Pemerintah pun, dalam hal ini Depkominfo tidak ingin internet menjadi sarang bagi industri pornografi. UU ITE itu menjadi sebuah movement , dengan dukungan dari semua pihak. Regulasi ini tidak akan membungkam kebebasan dalam berekspresi dan mengeluarkan pendapat. Saya kan mantan wartawan, tidak mungkin saya ingin membalikkan keadaan seperti masa lalu.
T:Pandangan Anda tentang persaingan operator di Indonesia
J: Jumlah 11 operator yang ada saat ini masih wajar. Ini indikator pasar di Indonesia cukup terbuka. Yang terpenting itu operator bisa menjaga kualitas layanan dan tarif yang diberikan ke masyarakat murah. Saya rasa tidak perlu dibatasi jumlah pemain karena nanti akan terkendala frekuensi. Masalah perang tarif yang terjadi saat ini, nanti akan tercipta titik stabilitas harga.
T: Bagaimana dengan peran manufaktur dan aplikasi lokal
J: Itu akan menjadi tantangan dalam pekerjaan ini. Riset mengatakan investasi satu persen di sektor ini bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi hingga tiga persen. Realitas yang ada, belanja TI sebesar 70 triliun rupiah itu dihabiskan untuk membeli alat dari luar negeri. Paradigma ini harus diubah, kita harus memberikan kesempatan yang lebih luas bagi pemain lokal. Contoh nyata, penggunaan aplikasi open source yang dikembangkan oleh anak negeri. Turunan dari penggunaan open source ini sangat luar biasa. Bisa mengembangkan kemampuan sumber daya lokal dan membuka peluang untuk bisnis lainnya.
T: Saat ini beredar isu akan ada wakil menteri di Depkominfo, benarkah
J: Masalah wakil menteri itu adalah domain dari Presiden. Jika ditanya ke saya sebagai pribadi, departemen ini tidak membutuhkan wakil menteri karena eselon I di instansi ini sudah pada mumpuni. Satu hal lagi yang harus diingat, anggaran untuk Depkominfo tahun depan sudah disetujui. Jadi, tugas saya lebih meng-adjust dengan program terbaru dari kabinet.
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan