Jakarta—PT Garuda Maintenance Facility (GMF) memperkirakan pendapatan usahanya tahun ini tidak akan mencapai target sebesar 15 persen atau hanya sebesar 165 juta dollar AS. Sedangkan target perseroan pada tahun ini meraih pendapatan sebesar 195 juta dollar AS.
Direktur Utama GMF, Richard Budihadiyanto menjelaskan, tidak terealisasinya target perseroan karena jumlah maskapai yang dirawat mengalami penurunan akibat krisis global.
“Maskapai banyak yang memilih meng-grounded pesawatnya dari pada mengoperasikannya. Hal ini dilakukan karena jumlah penumpang turun signifikan, sehingga biayanya lebih besar. Biaya operasi pesawat lebih besar dibanding grounded,” ujarnya di Jakarta , Selasa (13/10).
Padahal, hingga saat ini 65 persen penghasilan perseroan berasal dari reparasi pesawat milik Garuda Indonesia . Sedangkan 35 persen lainnya kebanyakan adalah pesawat milik maskapai asing.
Diungkapkannya, hingga September lalu pendapatan GMF telah mencapai 150 juta dollar. Sedangkan untuk sisa waktu yang masih tersisa tahun ini, penambahan perawatan sudah tidak banyak lagi, sehingga diperkirakan sepanjang tahun pendapatan kotor bengkel pesawat milik Garuda Indonesia itu sekitar 165 juta dollar.
Selanjutnya dijelaskan, meski pendapatan tak mencapai target, tetapi untuk keuntungan bersih tetap akan tercapai. Bila pada 2008 lalu keuntungannya mencapai 67 miliar rupiah, tahun ini diperkirakan bisa mencapai 90 miliar rupiah.
“Hingga September, keuntungan bersih telah mencapai 60 miliar rupiah. Kita terus melakukan efisiensi dan mudah-mudahan target akan tercapai,” tuturnya.
Ekspansi
Berkaitan dengan aksi korporasi yang dilakukan oleh perseroan dalam waktu dekat, Richard mengungkapkan, akan membangun satu hangar lagi senilai 50 juta dollar AS dalam dua tahun mendatang.
Hanggar yang memiliki fasilitas maintenance repair and overhaul (MRO) itu akan diperuntukkan bagi pesawat jenis Airbus. Fasilitas diantaranya terdiri dari hangar pesawat yang mampu menampung 16 pesawat narrow body (berbadan sempit) sebanyak satu line dan dua line untuk pesawat berbadan lebar (wide body).
Langkah tersebut diambil seiring perseroan mendapatkan pengakuan dari Federal Aviation Administration (FAA) atau Otoritas Penerbangan Amerika Serikat mampu mereparasi pesawat jenis Airbus.
FAA memberikan sertifikat safety kepada GMF setelah mangaudit kemampuan bengkel pesawat tersebut. GMF dianggap telah mampu melakukan maintenance repair and overhaul (MRO) hingga C-Check terhadap Airbus tipe A310, A319 dan A20.
Acting Assistant Manager Singapore FAA Catherine Vanassche mengatakan, sertifikat diberikan kepada GMF karena telah memiliki kemampuan merawat pesawat Airbus secara sempurna.
“Kemampuannya sangat baik, sehingga FAA harus memberikan sertifikat,” kata Catherine.
Berdasarkan catatan, kapitalisasi pasar perawatan pesawat di tanah air sendiri saat ini mencapai 750 juta dolar AS per tahun dan begkel perawatan pesawat Indonesia baru mampu menyerap 30 persen.
Sementara itu, pangsa pasar PT GMF sendiri di Indonesia sudah mencapai 70 persen dan regional baru 10 persen. Dalam lima tahun ke depan, pada kawasan regional, kapitalisasi pasar perawatan pesawat akan tumbuh 3-8 persen per tahun.
Masih di Peringkat II
Pada kesempatan sama, Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal mengakui hingga saat ini FAA masih memasukkan Indonesia di kategori dua sejak 2007.
Kategori I dalam FAA adalah negara yang telah memenuhi persyaratan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Sedangkan kategori II belum memenuhi persyaratan ICAO dalam masalah keselamatan penerbangan.
Menurut Jusman, kategori II bagi dunia penerbangan Indonesia diterapkan karena FAA menilai, banyak temuan yang masih harus diperbaiki.
“Kondisi ini mengakibatkan, jika pun ada penerbangan Indonesia ke Amerika, mereka belum mengizinkan mengangkut penumpang dari negara itu, tetapi hanya menurunkan saja,” katanya.
Dikatakannya, pemerintah Indonesia mulai tahun depan meminta Amerika Serikat untuk melakukan audit langsung ke Indonesia .[dni]
Oktober 13, 2009
Kategori: Uncategorized . . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar