JAKARTA—Maskapai penerbangan nasional, Garuda Indonesia, menambah kapasitas sebesar 42.226 kursi untuk 17 rute penerbangan guna mengantisipasi lonjakan selama musim mudik nanti.
VP Corporate Secretary Garuda Indonesia Pudjobroto mengungkapkan, penambahan kapaistas dimulai pada 16 September – 28 September 2009 untuk 10 rute domestik dan 7 rute internasional.
“Untuk rute lainnya masih bisa dilayani oleh kapasitas yang ada, sehingga tidak perlu ada penambahan,” ujarnya di Jakarta , Jumat (21/8).
Dijelaskannya, dalam penambahan kapasitas penerbangan manajemen melaksanakan melalui dua cara. Pertama, meningkatkan frekuensi penerbangan, dengan tambahan kursi sebanyak 29.754 kursi, terdiri dari rute Jakarta – Denpasar (pp) 16.228 kursi, Jakarta – Padang (pp) 1.872 kursi, Jakarta – Jogjakarta (pp) 2.052 kursi, Surabaya – Denpasar (pp) 8.510 kursi dan Jakarta – Singapura (pp) 8.510 kursi.
Kedua, melalui pengoperasian jenis pesawat yang lebih besar, yaitu pada rute Jakarta – Denpasar (vv) 220 kursi, Jakarta – Makassar (pp) 1.584 kursi, Jakarta – Semarang (pp) 336 kursi, Jakarta – Solo (pp) 644 kursi, Jakarta – Jogjakarta (pp) 516 kursi, Denpasar – Jogjakarta (pp) 220 kursi, Denpasar – Surabaya (pp) 88 kursi, Jakarta – Medan (pp) 176 kursi, Jakarta – Pontianak (pp) 112 kursi, Jakarta – Bangkok (pp) 380 kursi, Jakarta – Hong Kong (pp) 3.360 kursi, Surabaya – Hong Kong (pp) 264 kursi, Jakarta – Canton (pp) 548 kursi, Jakarta – Kuala Lumpur (pp) 1.020 kursi, dan Denpasar – Singapura (pp) 132 kursi.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (Inaca) Tengku Burhanuddin mengungkapkan, menjelang musim mudik harga tiket sudah melambung tinggi.
“Sudah biasa menjelang libur panjang harga tiket melambung seperti saat peak season lain. Hanya pada Lebaran intensitasnya
sangat besar, karena melibatkan masyarakat yang lebih banyak lagi,” katanya.
Menurut dia, fenomena tersebut adalah hukum pasar. Kalau peminat banyak, harga akan lebih tinggi. “Selama masih belum melanggar batas tarif atas, harga yang mahal itu sah-sah saja dan tidak menyalahi aturan pemerintah,” katanya.
Dijelaskannya, harga yang besar tersebut juga tidak diiringi dengan
penerbangan sebaliknya. Dia memberikan contoh, pada beberapa hari menjelang Lebaran, pesawat dari Jakarta akan dipenuhi oleh
penumpang yang mudik, tetapi pada rute sebaliknya pesawat akan
kosong.
“Di sini operator penerbangan akan rugi, bila tidak mengambil tarif yang besar pada saat mudik. Yang penting, jelasnya, adalah pelayanan dari operator harus sesuai dengan yang dijanjikan dan tidak delay. Sementara pemerintah juga dituntut untuk terus mengawasi agar tidak terjadi pelanggaran,” katanya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, harga tiket pesawat yang terbang
menjelang Lebaran mulai membubung tinggi, bahkan kenaikannya sudah lebih dari 100 persen.
Misalnya Lion Air, mematok tarif pesawat rute Jakarta-Batam seharga 870 ribu rupiah pada penerbangan tanggal 18 September.
Pada penerbangan biasa seperti saat menjelang puasa ini, maskapai
ini memberikan tarif normal yaitu 332 ribu rupiah per seat.
Demikian juga dengan Mandala Airlines yang mulai menaikkan harga
tiket sekitar sepekan sebelum Idul Fitri yang diperkirakan jatuh
pada 21 September 2009. Masih untuk rute Jakarta-Batam, Mandala memberikan tarif dalam tiga kategori penumpang. Untuk penumpang ultra saver, harga tiket sebesar 918.182 rupiah untuk tingkat menengah yaitu ultra flex sebesar 1.104.545 rupiah per penumpang, sedangkan bagi penumpang kelas atas yaitu Mandala Priority tarifnya sebesar 1.715.455 rupiah
Sedangkan Sriwijaya Air yang tarifnya naik masih untuk rute sama
menjadi 947 ribu rupiah pada tanggal 17-19 September. Biasanya rute tersebut dibanderol 317 ribu rupiah.
Kerjasama TNI AU
Sementara itu, untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang dimilikinya, Garuda menggandeng TNI Angkatan Udara untuk bekerjasama dibidang penerbangan.
Adanya kerjasama tersebut membuat dalam aspek pengembangan SDM, Garuda Indonesia dan TNI-AU akan terlibat dalam berbagai berbagai kegiatan seperti pemanfaatan cockpit dan cabin crew, pemanfaatan fasilitas ground training, pertukaran instruktur dan program pelatihan, perbantuan teknisi dan lain lain.
Untuk aspek perawatan pesawat terbang, Garuda Indonesia dan TNI-AU akan saling memanfaatkan fasilitas dan kapabilitas yang dimiliki untuk meningkatkan efisiensi.
Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar, mengatakan bahwa kerjasama dengan TNI-AU ini merupakan suatu bentuk sinergi yang saling menguntungkan antara Garuda Indonesia dengan TNI Angkatan Udara. “Garuda Indonesia mengharapkan kerjasama ini dapat dikembangkan pada bidang-bidang lainnya yang lebih luas dimasa mendatang”, katanya.[dni]
Tinggalkan komentar
Belum ada komentar.
Tinggalkan Balasan