JAKARTA: Jika Uni Eropa (UE) secara resmi membuka larangan terbang bagi maskapai Indonesia pada bulan ini, operator lokal baru bisa merealisasikan secara komersial rute ke nagara-negara Eropa pada semester pertama 2010.
“Seandainya benar terjadi pencabutan secara resmi oleh komisioner UE, maka dibutuhkan persiapan pemilihan rute, penggunaan jenis pesawat, dan pembukaan kantor cabang di negara-negara Eropa,” ungkap juru bicara Garuda Indonesia Pudjobroto di Jakarta, Minggu (5/7).
Garuda Indonesia adalah satu-satunya dari dua maskapai berjadwal yang ingin membuka penerbangan ke negara-negara Eropa. Mandala Airlines sendiri belum tertarik untuk membuka rute penerbangan ke Eropa. Selain kedua perusahaan tersebut, maskapai yang lolos dari larangan terbang adalah perusahaan carter yakni Premi Air dan Airfast.
Pudjo mengatakan, rute yang akan dibidik adalah Jakarta-Amsterdam mengingat potensi pasar ke negara tersebut lumayan menjanjikan. Armada yang digunakan adalah Airbus 330-200. “Jika armada B 777 sudah datang, bisa jadi Garuda akan terbang langsung. Itu kemungkinan pada 2011 nanti,” katanya.
Nasib Maskapai Lainnya
Pada kesempatan sama, Dirjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Herry Bakti S. Gumay, mengungkapkan, setelah empat maskapai resmi dicabut larangan terbangnya pada Juli nanti, pemerintah akan melakukan pembicaraan berikutnya dengan Air Safety Committee Uni Eropa (ASC- UE) pada September nanti.
“Untuk 37 maskapai yang tersisa tidak akan ada lagi prosedur ketat ala “guru-murid” yang terjadi selama dua tahun belakangan ini. Hal ini karena posisi regulator lokal dan UE sudah setara,” jelasnya.
Dikatakannya, untuk sisa maskapai lokal yang ingin terbang ke Eropa proses yang berlaku adalah ASC-UE harus mempercayai hasil audit yang dilakuakan oleh regulator lokal. “Pencabutan larangan terbang pada Juli nanti menjadi pintu masuk bagi terjadinya kerjasama horizontal seperti air services,” katanya.
Herry menjelaskan, pencabutan larangan terbang jika terealisasi memiliki makna yang lebih luas yakni digunakannya maskapai lokal oleh turis dari Eropa ketika di Indonesia. “Inilah yang lebih penting bagi kami ketimbang terbang ke Eropa,” katanya.
Pudjo mengakui, penggunaan maskapai lokal selama di Indonesia oleh turis Eropa lumayan menjanjikan pasarnya. “Nilai bisnisnya mencapai 9 juta dollar AS,” katanya.[dni]
“Seandainya benar terjadi pencabutan secara resmi oleh komisioner UE, maka dibutuhkan persiapan pemilihan rute, penggunaan jenis pesawat, dan pembukaan kantor cabang di negara-negara Eropa,” ungkap juru bicara Garuda Indonesia Pudjobroto di Jakarta, Minggu (5/7).
Garuda Indonesia adalah satu-satunya dari dua maskapai berjadwal yang ingin membuka penerbangan ke negara-negara Eropa. Mandala Airlines sendiri belum tertarik untuk membuka rute penerbangan ke Eropa. Selain kedua perusahaan tersebut, maskapai yang lolos dari larangan terbang adalah perusahaan carter yakni Premi Air dan Airfast.
Pudjo mengatakan, rute yang akan dibidik adalah Jakarta-Amsterdam mengingat potensi pasar ke negara tersebut lumayan menjanjikan. Armada yang digunakan adalah Airbus 330-200. “Jika armada B 777 sudah datang, bisa jadi Garuda akan terbang langsung. Itu kemungkinan pada 2011 nanti,” katanya.
Nasib Maskapai Lainnya
Pada kesempatan sama, Dirjen Perhubungan Udara Departemen Perhubungan Herry Bakti S. Gumay, mengungkapkan, setelah empat maskapai resmi dicabut larangan terbangnya pada Juli nanti, pemerintah akan melakukan pembicaraan berikutnya dengan Air Safety Committee Uni Eropa (ASC- UE) pada September nanti.
“Untuk 37 maskapai yang tersisa tidak akan ada lagi prosedur ketat ala “guru-murid” yang terjadi selama dua tahun belakangan ini. Hal ini karena posisi regulator lokal dan UE sudah setara,” jelasnya.
Dikatakannya, untuk sisa maskapai lokal yang ingin terbang ke Eropa proses yang berlaku adalah ASC-UE harus mempercayai hasil audit yang dilakuakan oleh regulator lokal. “Pencabutan larangan terbang pada Juli nanti menjadi pintu masuk bagi terjadinya kerjasama horizontal seperti air services,” katanya.
Herry menjelaskan, pencabutan larangan terbang jika terealisasi memiliki makna yang lebih luas yakni digunakannya maskapai lokal oleh turis dari Eropa ketika di Indonesia. “Inilah yang lebih penting bagi kami ketimbang terbang ke Eropa,” katanya.
Pudjo mengakui, penggunaan maskapai lokal selama di Indonesia oleh turis Eropa lumayan menjanjikan pasarnya. “Nilai bisnisnya mencapai 9 juta dollar AS,” katanya.[dni]