JAKARTA–Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas di PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) mengaku kurang happy dengan kinerja manajemen perseroan saat ini.
Kekecewaan itu ditunjukkan oleh pemerintah dengan mengalokasikan tantiem lebih rendah sebesar 27 persen ketimbang tahun lalu bagi jajaran manajemen.
Tantiem adalah penghargaan bagi jajaran direksi atas kinerjanya selama satu tahun.
“Memang secara kinerja jajaran manajemen dan komisaris berhasil mempertahankan sebagai salah satu yang terbaik di industri. Tetapi bagi kami itu tidak cukup,” ujar Deputi Pertambangan Industri Strategis, Energi dan Telekomunikasi Kementrian BUMN, Sahala Lumban Gaol di Jakarta, Jumat (12/6).
Dikatakannya, kondisi krisis ekonomi memang memaksa industri telekomunikasi mengalami penurunan secara kinerja. “Kemarin sempat turun. Manajemen menjanjikan akan berjuang lebih keras, karena itu masih diberi kesempatan,” katanya.
Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah membantah kinerja Telkom tidak bagus selama dipegangnya. “Jika ingin membandingkan dengan industri sejenis, Telkom masih yang terbaik. Lihat saja salah satu indikator dimana EBITDA margin masih bisa mencapai 50-56 persen,” katanya.
“Jika dibilang tantiem turun, itu karena laba juga turun. Jadi, linear,” tambahnya.
Rinaldi mengungkapkan, faktor pemicu yang membuat kinerja Telkom turun adalah bisnis masa lalu yakni telepon tetap kabel yang cenderung menunjukkan penurunan. Sementara untuk jasa baru seperti broadband internet, teknologi informasi, dan seluler terus menunjukkan pertumbuhan.
“Itu adalah warisan dari masa lalu. Sekarang itu trennya ke mobile. Nah, bagaimana mengubah beban masa lalu menjadi peluang, itu yang sedang terus dikembangkan inovasinya. Salah satunya dengan triple play atau layanan data, video, dan suara,” jelasnya.
Belanja Modal
Selanjutnya Rinaldi mengungkapkan, perseroan masih menganggarkan belanja modal sebesar 21 triliun rupiah. Sebanyak 65 hingga 70 persen akan dipenuhi oleh dana internal dan sisanya dari perbankan.
Direktur Keuangan Telkom Sudiro Asno menambahkan, secara grup, Telkom membutuhkan pinjaman sebesar 8 hingga 9 triliun rupiah.
“Minggu depan sindikasi Bank yang dipimpin oleh BNI akan mengucurkan dua triliun rupiah,” katanya.
Ditegaskannya, Telkom grup tidak akan menerbitkan obligasi untuk belanja modal tahun ini. “Untuk tahun depan kemungkinan ada tetapi melihat situasi dulu. Rencananya aksi itu untuk memenuhi belanja modal tahun depan,” katanya.[Dni]