JAKARTA–Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) membentuk konsorsium yang terdiri dari 30 penyedia jasa internet (PJI) guna membidik lisensi pemanfaatan frekuensi Broadband Wireless Access (BWA).
“Kami memutuskan untuk maju dalam bentuk konsorsium dalam tender BWA yang sedang berlangsung saat ini. Perusahaan yang ditunjuk sebagai leader adalah Rahajasa Media Internet (Radnet),” ungkap juru bicara APJII Heru Nugroho di Jakarta, Selasa (19/5).
Dijelaskannya, Radnet telah terdaftar sebagai salah satu dari 73 perusahaan yang mengambil dokumen tender BWA. Dan jika nanti terpilih sebagai pemenang, akan dibentuk Badan Usaha dengan nama Konsorsium Wimax Indonesia (KWI).
“Radnet dipilih sebagai leader karena merupakan salah satu PJI paling senior di Indonesia,” katanya sambil menambahkan beberapa PJI yang ikut dalam konsorsium adalah Jalawave Cakrawala, Jasnita Telekomindo, dan Linknet.
Diungkapkannya, para anggota konsorsium telah menyediakan dana sebesar 300 juta dollar AS untuk berinvestasi di jaringan BWA selama lima tahun jika menjadi pemenang.
“Di tahun pertama untuk membangun jaringan akan disediakan dana sebesar 100 juta dollar AS. Sedangkan dana untuk menawar harga frekuensi di luar angka tersebut. Sekarang kami menunggu dulu harga dasarnya dari pemerintah,” katanya.
Anggota APJII John Sihar Simanjuntak menambahkan, konsorsium akan maju menawar semua zona dengan mengambil satu blok di setiap zona. “Kami realistis juga dengan kemampuan dana,” tuturnya.
Untuk diketahui, tender BWA sudah memasuki tahap penjelasan dokumen tender kedua. Rencananya frekuensi di spektrum 2,3 Ghz akan dilelang simana di setiap zona ada dua blok frekuensi atau sebesar 30 MHz.
Selanjutnya Heru menjelaskan, bersikerasnya APJII untuk membentuk konsorsium dan maju di tender BWA karena melihat teknologi Wimax akan menjadi jawaban dari peningkatan aksesibilitas bagi para PJI.
“Bagi PJI ini hidup atau mati. Kami tidak bisa lagi mengandalkan penyedia jaringan untuk memberikan aksesibilitas. PJI harus mandiri jika ingin bertahan,” katanya.
Secara terpisah, Juru bicara Depkominfo Gatot S Dewo Broto menyambut gembira akhirnya PJI membentuk konsorsium dalam tender BWA.
“Sewajarnya memang harus dalam bentuk konsorsium. Soalnya membutuhkan dana yang besar untuk mengembangkan teknologi Wimax,” katanya.
Berkaitan dengan harga penawaran dasar dari frekuensi 2,3 GHz untuk 15 zona, Gatot mengungkapkan, nominal rupiah akan keluar pada Jumat (22/5).
“Nantinya nilai rupiah akan diberikan dalam bentuk amplop tertutup. Sekarang Postel sedang berdiskusi dulu dengan Depkeu untuk menentukan harga dasar,” jelasnya.
Sebelumnya, beredar kabar harga dasar penawaran tertinggi yang ditetapkan pemerintah untuk frekeunsi BWA di sepktrum 2,3 Ghz sebesar 32 miliar rupiah dan terendah 160 juta juta rupiah. Harga tertinggi diperkirakan akan dimiliki oleh zona Jabodetabek.[Dni]