Perusahaan yang akan mengikuti tender menara telekomunikasi milik PT Bakrie
Telecom (BTEL) harus mempersiapkan dana sebesar 50 miliar rupiah untuk mengikuti
lelang yang sedang berjalan hingga akhir tahun ini.
Presiden Direktur Bakrie Telecom Anindya N Bakrie mengungkapkan, besaran angka
tersebut harus disiapkan oleh masing-masing perusahan untuk bid bond senilai delapan
miliar rupiah dan deposit 42 miliar rupiah.
“Ini untuk menunjukkan keseriusan setiap peserta mengikuti tender ini. Jika tidak
ada dana yang dijaminkan bisa saja ada perusahaan yang ikut setengah hati,”
tegasnya di Jakarta, Selasa (16/12).
Diungkapkannya, saat ini sudah ada enam perusahaan penyedia menara yang mengikuti
lelang yakni Solusi Tunas Pratama, Tower Bersama, Protelindo, Retower, Padi Mekatel,
dan Powertel.
Adapun menara yang akan dijual terdiri atas 123 menara green field (berdiri di atas
tanah) dengan taksiran nilai sebesar 115,62 miliar rupiah dan 420 menara rooftop
atau terletak di atas gedung dengan taksiran 264,6 miliar rupiah.
Dana penjualan sebesar 380,22 miliar rupiah akan digunakan untuk belanja modal.
BTEL sebelumnya telah mencanangkan hingga 2010 memiliki belanja modal sebesar 600
juta dollar AS. Sebagaian didapatkan dari right issue senilai tiga trilun rupiah
yang telah dilakukan pada kuartal pertama tahun ini. sisanya 50 persen melalui skema
vendor financing dan kas internal perseroan.
Ketika ditanya tentang kemungkinan peserta tender memiliki afiliasi dengan investor
asing, Anindya mengatakan, sejauh ini semua peserta sudah memenuhi persyaratan
sesuai dengan Permenkominfo No 2/2008 tentang menara bersama.
“Setahu saya semua peserta sudah mengikuti aturan menetri tersebut. Jika ada yang
melanggar tentunya akan kita diskualifikasi,” katanya.
Untuk diketahui, salah satu peserta tender yakni Protelindo merupakan perusahaan
telekomunikasi milik Pan Asia Tower yang bermarkas di Singapura. Pan Asia Tower
sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pengusaha asal Amerika Serikat bernama J
Michael Gearon.
Perusahaan ini sekarang merupakan pemain terbesar dalam bisnis penyewaan menara
dengan jumlah aset yang dimiliki sekitar lima ribu menara. Membengkaknya jumlah
menara yang dimiliki Protelindo tak dapat dilepaskan dari keberhasilan perusahaan
itu membeli 3.692 menara miliki Hutchinson CP Telecom Indonesia (HCPT) pada Maret
lalu.
Wakil Direktur Utama Bidang Jaringan Bakrie Telecom Muhammad Buldansyah menambahkan,
taksiran nilai yang dibuat oleh BTEL terhadap menaranya sudah wajar karena usia
menara sekitar satu hingga lima tahun.
“Selain itu, sebagian besar kita jual menara yang di Jakarta. Ini kan daerah
strategis,” katanya.
Wakil Direktur Utama Bidang Pemasaran Bakrie Telecom Erik Meijer mengatakan, aksi
penjualan menara ini akan membuat perseroan lebih fokus pada peningkatan jaringan
untuk memberikan layanan berkualitas. “Kita tidak memikirkan lagi infrastruktur di
luar teknologi telekomunikasi. Apalagi sekarang BTEL telah memiliki 7 juta
pelanggan. Dan pada tahun depan diperkirakan melonjak menjadi 10,5 juta
pelanggan,” jelasnya.
Berkaitan dengan aksi korporasi pembelian kembali saham (buy back), Anindya
mengungkapkan, BTEL telah membeli kembali 2,4 persen atau sekitar 2,8 miliar saham
yang berada di pasar.
“Target kita adalah sekitar 7,5 persen dari total saham beredar yakni sekitar 28,4
miliar saham,” katanya.
Berdasarkan catatan, per 30 September 2008 BTEl memiliki total aset 8,1 triliun
rupiah diantaranya adalah 2.500 BTS. [dni]