JAKARTA—Penggunaan aplikasi buatan lokal oleh perusahaan dalam negeri mengalami
peningkatan sebesar 30 hingga 40 persen dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini.
Aplikasi lokal yang banyak digunakan oleh perusahaan adalah sistem akuntansi dan
penggajian. Untuk sistem penggajian, nilai aplikasi berkisar dari 10 juta hingga
satu miliar rupiah.
Sedangkan untuk potensi bisnis aplikasi (lokal dan luar negeri) di Indonesia pada
tahun ini mencapai 500 juta dollar AS. Angka itu meningkat 20 persen dibandingkan
tahun lalu.
Dirjen Aplikasi Telematika Cahyana Amadjayadi menjelaskan, berkembangnya bisnis
aplikasi di dalam negeri tak dapat dilepaskan dari semakin kreatifnya bangsa
Indonesia mengembangkan produk tersebut.
”Produk ini sangat bergantung pada kreatifitas. Karena itu di tengah krisis ini
akan banyak aplikasi lokal berkembang karena modalnya hanyalah pada otak yang
kreatif,” jelasnya di Jakarta, Rabu (10/12).
Menurut Cahyana, pasar yang bisa digarap oleh aplikasi lokal adalah segmen Usaha
Kecil dan Menengah (UKM) karena saat ini sektor tersebut masih menggeliat. ”UKM
banyak yang belum memanfaatkan aplikasi untuk memudahkan proses produksinya. Jika
pemain aplikasi lunak mampu memenuhi kebutuhan UKUM tentu akan banyak yang
berminat,” jelasnya.
Berkaitan dengan maraknya pembajakan pada aplikasi yang dijual di pasar, Cahyana
mengatakan, hal tersebut sepantasnya tidak dilakukan karena membeli produk tersebut
digunakan selama masa operasional perusahaan.
”Barang bajakan itu jika lama digunakan bisa membuat sistem crash. Bayangkan jika
itu terjadi pada perusahaan besar. Tentu akan merugikan diri sendiri,” tuturnya.
Product Consultant Manager Zahir, M. Nizar menambahkan, meningkatnya penggunaan
apalikasi lokal karena adanya krisis dan rendahnya pajak yang dikenakan untuk buatan
lokal.
”Dua faktor tersebut secara signifikan mengangkat penjualan aplikasi lokal,”
katanya.
Dikatakannya, untuk aplikasi akuntansi memang banyak digunakan oleh perusahaan
berbasis UMKM khususnya yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa. ”Kami
menargetkan tahun ini pertumbuhan penjualan mencapai 60 persen,” jelasnya tanpa
menyebut tahun lalu angka penjualan yang diraih.
Untuk mencapai target tersebut, terangnya, perusahaanya meluncurkan Zahir Merdeka
yang dijual secara isi ulang. Pola penjualan seperti ini merupakan inovasi pertama
di Indonesia.
”Pola penjualan seperti ini membuat UKM tidak alergi dengan aplikasi akuntansi.
Mereka cukup membeli starter kit seharga 250 ribu rupiah dan melakukan isi ulang
jika batas waktu pemakaian usai,” jelasnya.
”Kami menargetkan produk baru ini laku sebanyak 1 juta unit. Jika itu tercapai
maka transaksi tahun ini bisa mencapai 250 miliar rupiah,” tambahnya.[dni]