Badan Pusat Statistik (BPS) selama Januari hingga Oktober lalu mencatat jumlah
penumpang pesawat udara tujuan domestik mencapai 26,50 juta juta orang atau naik
sebesar 4,75 persen ketimbang periode sama tahun lalu yang mencapai 25,295 juta
orang.
Pada bulan Oktober lalu yang diperkirakan sebagai masa panen karena adanya musim
mudik pun ternyata tidak mendongkrak jumlah penumpang pesawat udara. Tercatat,
jumlah penumpang angkutan udara dengan tujuan domestik pada bulan tersebut hanya
mencapai 2,81 juta orang alias mengalami kenaikan sebesar 35,36 persen ketimbang
bulan September yang mencapai 2,077 juta orang.
Hal senada juga terjadi pada jumlah penumpang udara tujuan internasional. Pada
Januari-Oktober, penumpang udara tujuan internasional mengalami kenaikan 11,81
persen menjadi 5,96 juta orang ketimbang periode yang sama tahun lalu yang sekitar
5,33 juta orang.
Khusus untuk Oktober, jumlah penumpang tujuan internasional mencapai 623,3 ribu
orang atau naik 0,26 persen ketimbang bulan sebelumnya yang mencapai 621,7 ribu
orang.
Data tersebut sepertinya mencerminkan kekhawatiran dari Indonesia National Air
Carriers Association (Inaca), pada pertengahan tahun lalu yang memperkirakan
industri penerbangan di Indonesia diperkirakan hanya akan membawa 34 hingga 36
juta penumpang hingga akhir tahun nanti alias tumbuh sekitar 12 hingga 13 persen.
Penurunan ini dipicu oleh berhenti beroperasinya maskapai Adam Air dan harga
minyak mentah dunia di pasar yang fluktuatif sehingga memicu biaya avtur dibanderol
tinggi.
Departemen Perhubungan yang sebelumnya optimistis dengan target jumlah angkutan
penumpang udara bisa mencapai 15 persen pun akhirnya mengakui bahwa tahun ini akan
ada pelambatan pertumbuhan.
Direktur Angkutan Udara Departemen Perhubungan Tri S Sunoko mengatakan, jumlah
penumpang pesawat domestik untuk tahun ini diperkirakan akan turun.
“Penurunan ini disebabkan oleh naiknya harga minyak mentah dunia yang sempat
mencapai 100 dollar AS per barrel sehingga penumpang harus menanggung fuel
surcharge yang sangat besar. Akhirnya ketika musim panen seperti Lebaran dan Natal,
konsumen lebih memilih naik angkutan lain,” katanya di Jakarta belum lama ini.
Sebelumnya, ungkap Tri, menargetkan kenaikan penumpang domestik sebesar 10
persen selama Libur Lebaran. Namun kenyataannya, jumlah penumpang lebih rendah 17
persen dari Libur Lebaran tahun lalu.
Tetap Optimistis
Meskipun statistik secara keseluruhan menunjukkan adanya perlambatan, ibarat
pepatah, tentu ada yang masih bisa mengeruk keuntungan di tengah krisis. Dan untuk
kali ini masih ada beberapa maskapai yang berkibar alias dipayungi awan terang
rupiah.
Maskapai yang bisa disebutkan di sini adalah Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan
Mandala Airlines. Maskapai-maskapai tersebut tetap optimistis mampu mencapai
target jumlah penumpang yang ditetapkan oleh manajemen hingga akhir tahun nanti,
meskipun dua bulan belakangan tingkat isian di bawah 90 persen.
Tercatat, Garuda optimistis mendapatkan 10 juta penumpang dapat, begitu juga dengan
Mandala Airlines yang yakin meraih empat hingga lima juta penumpang hingga akhir
tahun nanti. Sementara Sriwijaya Air juga menyemburkan optimisme yang sama dengan
mematok dapat meraih 4,8 juta penumpang hingga akhir tahun nanti.
“Hingga Oktober lalu kami masih meraup sebanyak 4,4 juta. Bagi kami ini tren yang
positif karena itu kita tetap optimistis target 4,8 juta penumpang itu tercapai,”
ujar Presiden Direktur Sriwijaya Air Chandra Lie.
Juru bicara Mandala Trisia Megawati mengungkapkan, optimisme Mandala mencapai
target yang ditetapkan karena selama ini strategi bisnis berjalan sesuai rencana.
Srategi yang dimaksud adalah menggaet pasar korporasi dan mempermudah pemesanan
melalui jalur internet.
Korporasi yang belum lama ini behasil digandeng Mandala adalah Total E&P
Indonesie. Dalam kerjasama tersebut Mandala menjadi maskapai yang dipercaya untuk
mengangkut 9 ribu karyawan perusahaan tersebut.
Sementara untuk pemesanan secara online Mandala mencatat kenaikan. Terbukti, situs
Mandala dikunjungi 5 juta calon penumpang hanya dalam bulan Oktober lalu, meskipun
tidak semuanya melakukan pembelian tiket. “Kunjungan itu membuktikan masyarakat
punya animo untuk menggunakan moda pesawat,” jelasnya.
“Terakhir kami kedatangan dua pesawat baru jenis Airbus yang digunakan ke
empat tujuan baru yaitu Jambi, Pontianak, Pangkal Pinang, dan Bengkulu. Pesawat
baru ini juga memungkinkan kami menambah frekuensi penerbangan, sehingga target yang
ditetapkan dapat tercapai,” jelasnya.
Alihkan Ke Domestik
Direktur Niaga Garuda Agus Priyanto mengungkapkan, untuk menggenjot pertumbuhan
penumpang pihaknya tidak hanya akan menambah armada tetapi juga akan membuka rute
domestik baru sebagai kompensasi menurunnya penumpang internasional akibat adanya
krisis ekonomi global.
Dirut Garuda Emirsyah Satar menambahkan, arus kedatangan orang asing ke Indonesia
(inbound) dari sejumlah negara, yakni Australia, Korea Selatan dan Jepang,
diperkirakan turun.
“Pertumbuhan penerbangan internasional tertahan karena daya beli masyarakat
Australia dan Korea Selatan turun,” ujarnya.
Menurut Emirsyah, nilai mata uang Australia, Korsel, dan Jepang terdepresiasi cukup
dalam terhadap dolar AS sehingga akan memengaruhi daya beli dan minat bepergian
masyarakat dari ketiga negara itu. “Meski forward booking [pembatalan pemesanan]
belum terjadi, kami tetap harus mengantisipasi penurunan permintaan,” tambah
Emirsyah.
”Untuk itu rencananya kita akan membuka sedikitnya 18 rute penerbangan baru pada
jalur domestik menyusul penurunan pertumbuhan penumpang internasional akibat krisis
keuangan global,” jelas Agus.
Menurut Agus, pembukaan rute baru domestik itu karena banyak sekali permintaan dari
masyarakat dan pemerintah daerah agar Garuda membuka rute ke daerah mereka.”
Permintaan dari masyarakat dan pemda banyak sekali agar Garuda terbang ke daerah
mereka,” jelasnya.
Rute baru yang akan dibuka antara lain, penerbangan dari Jakarta ke Jambi,
Bengkulu, Kendari, dan sejumlah daerah lainnya di kawasan barat dan timur Indonesia.
”Rute baru itu akan diterbangi mulai tahun depan menunggu kedatangan pesawat yang
telah dipesan Garuda,” katanya.
Sekretaris Perusahaan Garuda Pujobroto menambahkan, selama 2009 mendatang, Garuda
akan lebih serius menggarap rute jarak pendek domestik dimana selama ini hanya
digarap oleh Sriwijaya Air seperti Kota Malang (Jawa Timur) . Selain itu, Kota
Palu, Ambon dan Ternate pun akan digarap semaksimalnya.
“Target utama adalah rute dalam negeri solid untuk mendukung jaringan internasional.
Rute- rute ini nantinya jadi rute penghubung,” tandasnya.
Selain itu, jelas Pujo, rute-rute di Indonesia akan ditambah untuk membantu
meningkatkan penumpang dalam negeri dan kunjungan pariwisata ke Indonesia. Dua jenis
pesawat telah disediakan untuk target penambauah rute 2009 ini, yaitu Boeing
737-300 dan Boeing 737-500.
Dijelaskannya, paling tidak pada 2009 mendatang seluruh ibukota provinsi sudah bisa
dilewati oleh Garuda. Dengan demikian, bila ada penumpang yang akan luar negeri bisa
langsung naik pesawat Garuda ke bandara pengumpul.
Agus juga mengungkapkan, pihaknya mulai merestrukturisasi sejumlah rute
penerbangan luar negeri untuk meningkatkan daya saing. Rute itu di antaranya
Jakarta-Hong Kong dan Jakarta-Beijing dengan memindahkan transit dari Singapura ke
Denpasar.
“Jadi, untuk selanjutnya penerbangan Jakarta ke Hong Kong dan Jakarta-Beijing
transitnya melalui Denpasar. Pertimbangannya, sedikit penumpang yang bisa dibawa
melalui Changi dan akan lebih menguntungkan melalui Bali,” ujar Agus.
Dikatakannya, Garuda terbang ke tiga kota di daratan China, yakni dari
Jakarta-Singapura-Hong Kong, Jakarta-Singapura-Singapura-Beijing dan
Jakarta-Guangzho. Untuk penerbangan langsung Jakarta-Guangzho tetap dipertahankan,
sementara transit melalui Singapura dihapus dan dialihkan melalui Denpasar.
Menghadapi serangan dari Garuda, juru bicara Sriwijaya Air, Hanna Simatupang
mengatakan maskapainya akan tetap fokus menggarap rute-rute yangs selama ini sudah
tidak dilalui oleh maskapai penerbangan lain.
Hal ini karena terbukti rute yang banyak ditinggalkan ternyata masih menguntungakan
juga. “Saat ini strategi bisnis perusahaan memang membidik rute-rute yang sudah
tidak dilewati oleh maskapai lain. Ternyata hasilnya cukup bagus, paling tidak rute
Jakarta-Ambon yang sudah ditinggalkan maskapai lain, ternyata setelah dilalui
Sriwijaya justru load factornya 80 persen,” katanya.
Menanggapi langkah maskapai besar seperti Garuda yang akan menggarap lebih serius
pasar domestik, Tri Sunoko mengatakan, semestinya rute tersebut digarap oleh
maskapai lainnya yang fokus pada penerbangan nasional. “Tetapi karena Garuda yang
mengusulkan rute-rute itu ya kita
persilakan. Tapi seharusnya maskapai lain juga nggak kalah ekspansif agar tidak
kalah bersaing,” ujarnya.
Sekjen Inaca Tengku Burhanuddin bisa memahami langkah yang diambil Garuda karena
pada tahun depan akibat krisis ekonomi global akan terjadi perlambatan pertumbuhan
penumpang, khususnya untuk rute internasional.
”Sebagai perusahaan rasanya wajar menyiapkan payung sebelum hujan. Ini karena
menurut perkiraan kami pada tahun depan pertumbuhan penumpang itu totalnya hanya 10
persen. Krisis memang membuat semuanya melambat,” katanya.
Pertumbuhan penumpang, jelas Burhanuddin, akan terjadi di sektor domestik karena
adanya kegiatan kampanye Pemilu selama satu tahun dan mulai menurunnya harga minyak
mentah sehingga avtur perlahan turun,” jelasnya
Sementara untuk pertumbuhan penumpang ke luar negeri tetap terjadi meskipun
kecil salah saunya dipicu akan berlakunya kebijakan bebas fiskal bagi Warga
Negara Indonesia yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). [dni]
Desember 5, 2008
Kategori: Dephub . Tag:Dephub, Industri Penerbangan . Penulis: doniismanto . Comments: Tinggalkan komentar