Para pengusaha dihimbau untuk lebih berorientasi ke pasar dalam negeri ketimbang
mengandalkan pasar luar negeri selama krisis global berlangsung.
“Produk-produk yang berorientasi ke pasar dalam negeri akan mampu bertahan di
tengah krisis saat ini. Jika masih mengandalkan pasar ekspor akan susah, karena
kondisi ekonomi global sedang mengkerut,” ujar Ekonom UI Arianto A. Patunru di
Jakarta, Selasa (21/10).
Dijelaskannya, selain harus mengubah orientasi, para produsen lokal juga harus
mengurangi ketergantungannya pada bahan baku yang diimpor dan bermain di pasar low
end.
“Untuk beberapa industri yang mampu bertahan dan membalikkan keadaan jika
mengikuti saran di atas adalah sektor alas kaki, garmen, dan furnitur akan mampu
bertahan,” ujarnya.
Peneliti dari CSIS Dionisius Ardianto memperkirakan sangat susah mengihtung dampak
dari krisis global dalam jangka pendek karena belum ada pengaruhnya. “Hitungannya
itu baru terasa setelah melewati waktu enam bulan atau pertengahan tahun depan.
Tetapi satu hal yang jelas, pasar global untuk beberapa sektor manufaktur mengalami
pengecilan meskipun kita belum tahu angka pastinya,” katanya.
Dikatakannya, selama kurun waktu tujuh tahun belakangan ini sektor garmen dan
furnitur telah tumbuh sebesar tiga persen setiap tahunnnya. Hal ini karena dipicu
oleh langkah para pengusaha yang mengekspor produk ke pasar yang sedang tumbuh dan
hasil produksinya lebih bervariasi.
“Begitu juga di sektor komponen otomotif yang mengalami peningkatan sebesar 24
persen setiap tahunnya. Produk dari sektor ini di pasar internasional sangat
diperhitungkan,” katanya.
Sedangkan untuk alas kaki mengalami penurunan ekspor setiap tahunnya rata-rata
sebesar tiga persen karena pangsa pasar dunia sedang stagnan dan menurun.
Konsultan Senada Henrietta Lake mengaku optimistis pasar garmen Indonesia akan
tumbuh meskipun negara tujuan ekspor terbesar, AS, sedang mengalami krisis ekonomi.
“AS merupakan negara terbesar yang menyerap ekpor garmen Indonesia. Hampir 60
persen ekspor garmen ke negara tersebut. Tetapi ini bisa dialihkan ke dalam negeri
dan negara lainnya,” katanya.
“Kunci sukses dari mempertahankan tren positiif tersebut bagi industri garmen
adalah meningkatkan produktivitas dan mendapat dukungan dari pemerintah,” katanya.
Menanggapi hal itu, Deputy Chairman Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Djimanto
mengaku para pengusaha di Indonesia sudah lama mulai berkonsentrasi ke pasar lokal
karena sadar itu merupakan bagian dari pasar global. “Sudah banyak pengusaha yang
bermain di pasar domestik. Yang kurang itu cuma dukungan dari pemerintah bagi
pengusaha lokal,” katanya.
Dia mengatakan, dukungan yang diminta pengusaha hanyalah kondisi bisnis yang
kondusif dan ketegasan terhadap barang selundupan. “Target ekspor alas kaki
sebesar 1,8 miliar dollar AS tahun ini saya masih yakin terpenuhi. Wong, sekarang
sudah mencapai 1,6 miliar dollar AS, kok. Jika dicapur dengan pasar lokal, tentunya
akan makin banyak pengusaha bergairah bergerak di sektor ini,” jelasnya.[dni]