Operator CDMA semakin mengandalkan strategi bundling guna meningkatkan penetrasinya di pasar.
Deputy CEO Smart Telecom, Djoko Tata Ibrahim mengungkapkan, hampir seratus persen dari total 500.000 pelanggannya yang dimiliki saat ini dijerat dari program bundling.
“Kami mengalokasikan dana sebesar US$ 30 juta atau 30 persen dari 100 juta biaya operasional untuk mendukung program bundling hingga akhir tahun nanti,” ujarnya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Bundling merupakan strategi pemasaran yang menjual kartu perdana dan ponsel dalam satu paket promosi dengan harga murah berkat adanya subsidi dari operator atau vendor ponsel. Strategi ini dipilih oleh operator karena varian ponsel CDMA di pasar sangat terbatas.
Smart Telecom (Smart) sejak pertama kali hadir pada September lalu langsung menggebrak pasar dengan menawarkan bundling ponsel ZTE dan Nokia. Bundling tersebut hanya dilepas dengan harga sekitar Rp 200.000. Konsep bundling ini membuat tingkat pindah layanan dari Smart hanya setengah dari industri yakni sekitar 5 persen.
Djoko menjelaskan, guna mencapai satu juta pelanggan pada semester satu tahun ini, Smart baru saja menggandeng vendor ponsel Haier yang menawarkan ponsel tipe D110 denganpaket layanan Smart. Di luar negeri, ponsel tipe tersebut dilepas sekitar US$ 50. Smart mensubsidi ponsel itu sebesar 50 persen. Dalam tiga bulan ke depan, Smart telah memesan sebanyak 300.000 unit. Hal itu berarti, operator ini mengeluarkan uang Rp 90 miliar hanya untuk mensubsidi ponsel tersebut.
“Kami harus menyediakan pilihan ponsel bagi pelanggan karena Smart berada di frekuensi 1.900, sedangkan di pasar banyak beredar ponsel untuk frekuensi 800 Mhz karena operator CDMA umumnya berada di frekuensi tersebut,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengharapkan, pada akhir tahun nanti Smart dapat meraih 2 hingga 3 juta pelanggan dengan dukungan 3.000 BTS. Saat ini BTS yang dimiliki sekitar 1.700 site, dimana 88 persen milik sendiri, sedangkan sisanya menara bersama. Konfigurasi penyebaran dari BTS tersebut 70 persen di Jawa, dan sisanya berada Sumatera.
‘Kami menyiapkan belanja modal sebesar Rp 3 triliun,” ungkapnya.
Berdasarkan catatan, beberapa operator CDMA yang mengandalkan strategi bundling selain Smart adalah Bakrie Telecom (esia), Flexi, Mobile-8, dan StarOne. Di antara operator tersebut yang tergolong fenomenal dalam menjual bundling adalah esia.
Esia menggandeng dua vendor ponsel dari China seperti Huawei dan ZTE. Produk bundling milik esia ini berkisar Rp 200.000 hingga Rp 100.000 ke ke bawah dengan kompensasi bonus bicara dalam jangka waktu tertentu. Dari 3,75 juta pelanggan Esia hingga akhir 2007 lalu, sebanyak setengahnya diperkirakan merupakan hasil program bundling.[DNI]